Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sensualitas Perempuan
Perempuan dan segala apa yang ada dalam dirinya kerap sekali menjadi pusat perhatian yang hangat dan menarik, terutama tentang apa yang Ia tampilkan melalui
tubuh yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Tubuh perempuan kerap sekali bersahabat dengan istilah sensualitas. Dunia dewasa ini hadir dengan beragam
konstruksinya terhadap tubuh perempuan itu sendiri. Tubuh perempuan bukan lagi menjadi miliknya sendiri, melainkan menjadi konsumsi oleh kepentingan banyak
orang. Sensualitas itu sendiri diambil dari bahasa Inggris “Sensuality” yang berarti suatu keadaan atau kondisi dimana sesuatu hal dianggap sensual, baik secara fisik
maupun tindakan yang mengarah kepada seksual atau kondisi yang menyentuh kenikmatan tertentu http:jurnalperempuan.com201105seni-pertunjukan.
Kata sensualitas mengarah kepada akar kata ‘sense’ yang berarti indera. Sensualitas merupakan tataran imajinasi seksual individu terhadap objek yang
dilihatnya. Imajinasi tersebut merupakan pengalaman menyenangkan, yang terjadi melalui penginderaan seseorang terhadap bentuk tubuh orang lain. Jennifer
L.Hillman dalam bukunya ‘Clinical perspective on elderly sexuality”, menjelaskan pengalaman menyenangkan tersebuat akan menghasilkan sebuah kesenangan
pleasure yang didapatkan melalui aktivitas seksual orang lain yang dirasakan melalui penginderaannya. Walaupun demikian, sensual tidak hanya didapatkan
dengan mengikutserakan orang lain sebagi objek, tetapi juga bisa didapatkan melalui benda, gambar, suara yang bersentuhan langsung dengan penginderaannya.
Sensualitas bekerja dalam konteks yang ditentukan, dimana konteks tersebut mencakup lingkungan sosial, budaya, maupun opini publik. Dengan kata lain,
sesuatu yang dapat dikatakan sensual merupakan apa yang selama ini disetujui oleh lingkungan sosial dan budaya dalam suatu lingkungan. Sensualitas perempuan kerap
sekali dinilai berdasarkan tubuhnya dan bagaimana tubuh tersebut mengeluarkan daya tariknya. Daya tarik fisik muncul dari persepsi masyarakat yang memiliki latar
belakang budaya terhadap ciri-ciri fisik individu yang dianggap menarik, indah, dan nyaman dipandang mata. Bahkan tak jarang, daya tarik fisik ini mempengaruhi daya
tarik seksual seseorang. Sehingga sensualitas pada dasarnya berawal dari penginderaan seseorang terhadap sesuatu kemudian menjadi pleasure bagi mereka
dan akhirnya dapat membangkitkan daya tarik seksual.
Universitas Sumatera Utara
Tubuh perempuan secara fisik awalnya merupakan sebuah identitas yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, baik secara fungsi maupun
konfigurasi anatominya. Tetapi disisi lain, tubuh perempuan menjadi sebuah masalah besar yang menggundang banyak orang untuk mengkonstruksinya
berdasarkan latar belakang budaya yang mereka miliki masing-masing. Konstruksi yang terbentuk membuat posisi perempuan terhegemoni oleh dominasi laki-laki.
Tubuh perempuan sering dianggap sebagai penggoda yang memaksa laki-laki untuk memangsanya.
Karena dari payudaranya ia meracuni kesusilaan dari kedua pahanya dan selangkangannya ia membuat lelaki tergiur memperkosa, dan dari tatapan serta
bibirnya ia membuat jantung lelaki berdebar keras dan segera meninggalkan istri-istri mereka. Dari pernyataan tersebut mununjukkan bagaimana imanijasi laki-laki akan
merangsang hasrat seksualnya bila melihat tubuh perempuan yang ditampilkan dengan menonjolkan daya tarik seksual perempuan tersebut. Selama bertahun-tahun
peran perempuan di media digambarkan hanya sebagai seorang obyek seks atau memiliki peran dalam hal domestik saja www.yjp.go.id.
Termasuk dalam dunia game, yang hampir sering menampilkan anime perempuan dengan wujud “penghibur”, melalui karakter perempuan, pakaian seksi,
dan bentuk tubuh yang proporsional. Keindahan tubuh perempuan memang selalu menjadi daya tarik yang tak terbantahkan dikalangan laki-laki, sehingga membuat
banyak orang sering sekali memasukkan unsur-unsur ini dalam media massa, hingga dunia game. Bahkan, daya tarik tersebut dijadikan sebagai potensi komersial yang
pada ujungnya membuat perempuan menjadi sasaran eksploitasi. Tubuh perempuan seperti menciptakan visual pleasure bagi kaum laki-laki. Perempuan ditempatkan
dalam posisi ‘objek’ yang bertugas sebagai pemuas kebutuhan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Model Teoritis