3. Semua peserta didik terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
4. Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah. 5.
Dapat membantu peserta didik untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam
dan lebih baik, merangsang peserta didik untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan pengetahuan, peserta didik
dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah. Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran problem posing juga
memiliki kekurangan antaralain sebagai berikut. 1.
Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan baik
perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.
2. Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat
disampaikan. 3.
Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
2.1.6 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik PMR, adalah sebuah pendekatan belajar matematika
yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari
Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal 1905
– 1990 bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas
matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada peserta didik, melainkan tempat peserta didik menemukan kembali ide dan konsep
matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Menurut Dolk 2006, matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari
pemecahan masalah. Karena itu, peserta didik tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali
ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Sedangkan menurut Hadi 2005, proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui penjelajahan
berbagai persoalan dunia nyata. Di sini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari,
lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata.
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto 2007 adalah sebagai berikut.
1. Masalah kontekstual yang realistik realistic contextual
problems digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada peserta didik.
2. Peserta didik menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau
model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya.
3. Peserta didik diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap
masalah yang mereka temukan yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya.
4. Peserta didik merefleksikan memikirkan kembali apa yang telah
dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
5. Peserta didik dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran
matematika yang memang ada hubungannya. 6.
Peserta didik diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil- hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep
atau prinsip matematika yang lebih rumit. 7.
Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan
paling cocok dilakukan melalui learning by doing belajar dengan mengerjakan.
Menurut Suwarsono, sebagaimana dikutip oleh Hadi 2003 kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain sebagai berikut.
1. Memberikan pengertian yang jelas kepada peserta didik tentang
keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
2. Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh peserta didik dan oleh orang lain tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar matematika.
3. Cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak
usah harus sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. 4.
Mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajarai metematika orang harus menjalani sendiri
peroses itu dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.
5. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran
lain yang juga dianggap unggul yaitu antara pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan. Kelemahan pembelajaran matematika realistik menurut Suwarsono,
sebagaimana dikutip oleh Hadi 2003 adalah sebagai berikut. 1.
Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak terlalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari peserta didik.
2. Penilaian dan pembelajaran matematika realistik lebih rumit daripada
pembelajaran konvensional. 3.
Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses berfikir peserta didik.
2.1.7 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM