2.1.8 Berpikir Kreatif
Berpikir asal katanya adalah pikir. Menurut Kamus Teaurus Bahasa Indonesia 2008: 504, pikir berarti agak, akal, budi, intelek, kata hati, pendapat,
dan pertimbangan.
Berpikir artinya
menggunakan akal
budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang-nimbang dalam ingatan. Sedangkan para ahli psikologi kognitif memandang berpikir merupakan
kegiatan memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Menurut Ruggiero dan Evans, sebagaimana dikutip oleh Siswono 2005,
berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru. Dalam berpikir kreatif tersebut, kedua
belahan otak digunakan bersama-sama secara optimal. Menurut Daryanto 2009, berpikir kreatif pada hakikatnya adalah berhubungan dengan penemuan
sesuatu,mengenai hal yang menghasikan sesuatu baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.
Menurut Presseinsen, sebagaimana dikutip oleh Hartono 2009, berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu aktivitas mental
yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan. Adapun menurut Sabandar 2008, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan
berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin
harus diselesaikan. Menurut Papu, sebagaimana dikutip oleh Sumarmo 2010, kreativitas memuat empat proses utama yaitu: 1 eksplorasi, 2 menemukan, 3
memilih, dan 4 menerapkan.
Menurut Krulik, sebagaimana dikutip oleh Siswono 2004, penalaran merupakan bagian dari berpikir yang tingkatnya di atas pengingatan recall.
Dalam penalaran dikategorikan secara hirarkhis yaitu berpikir dasar basic, berpikir kritis critical dan berpikir kreatif. Kategori tersebut tidak diskrit dan
sulit sekali untuk mendefinisikan dengan tepat. Berikut indikator yang menunjukkan tiap tingkat tersebut.
1 Dasar basic
a. Memahami konsep
b. Mengenali suatu konsep ketika konsep tersebut berada dalam suatu
setting. 2
Kritis a.
Menguji, menghubungkan dan mengevalusi semua aspek suatu situasi atau masalah.
b. Menfokuskan pada bagian-bagian suatu situasi atau masalah.
c. Mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi.
d. Validasi dan menganalisis informasi.
e. Mengingat dan mengasosiakan informasi-informasi yang dipelajari
sebelumnya. f.
Menentukan jawaban yang beralasan reasonable. g.
Menyimpulkan dengan valid. h.
Analitikal dan refleksif secara alami. 3
Kreatif a.
Asli, efektif dan menghasilkan suatu produk yang komplek.
b. Penemuan inventive.
c. Sintesis ide-ide.
d. Membangun ide-ide.
e. Menerapkan ide-ide.
Pembentukan skema tingkat berpikir kreatif TBK mengikuti pola kategori berpikir yang dibuat Krulik seperti gambar berikut.
Tingkat 5 :
Peserta didik yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas peserta didik memenuhi semua kriteria
produk kreativitas.
Kreatif Kritis
Dasar Recall Ingatan
Tingkat 0 Tingkat 1
Tingkat 2 Tingkat 3
Tingkat 5 Tingkat 4
Gambar 2.1 Gambar Skema Tingkat berpikir Kreatif TBK
Peserta didik dapat 1
membangun atau membangkitkan ide-ide dari materi matematika yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar;
2 mensintesis menggabung-gabungkan ide-ide dari materi matematika atau
lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar; dan 3
menerapkan ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan.
Tingkat 4
: Peserta didik yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman
terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas peserta didik memenuhi semua kriteria produk kreativitas.
Peserta didik dapat 1
membangun atau membangkitkan ide-ide dari materi matematika yang sudah dipelajari dan sedikit dari pengalaman di lingkungan sekitar;
2 mensintesis menggabung-gabungkan ide-ide dari materi matematika atau
lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar; dan 3
menerapkan ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan.
Tingkat 3 :
Peserta didik pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas peserta didik memenuhi semua kriteria produk
kreativitas.
Peserta didik dapat 1
membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi matematika yang sudah dipelajari;
2 mensintesis menggabung-gabungkan ide-ide dari materi matematika atau
lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar; dan 3
menerapkan ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan.
Tingkat 2
: Peserta didik pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman terhadap tugas
yang diberikan, tetapi hasil tugas peserta didik tidak semua memenuhi kriteria produk kreativitas.
Peserta didik dapat 1
membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi matematika yang sudah dipelajari;
2 mensintesis menggabung-gabungkan ide-ide dari materi matematika atau
lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar; dan 3
menerapkan ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikannya untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan.
Tingkat 1 :
Peserta didik pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman terhadap tugas yang diberikan, tetapi hasil tugas peserta didik tidak semua memenuhi kriteria
produk kreativitas.
Peserta didik 1
dapat membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi matematika yang sudah dipelajari;
2 belum dapat menyintesis menggabung-gabungkan ide-ide dari materi
matematika atau lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar; dan
3 belum dapat menerapkan ide yang digagas sekaligus perbaikanperbaikannya
untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan.
Tingkat 0 :
Peserta didik pada tingkat ini, belum menunjukkan pemahaman terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas peserta didik tidak memenuhi semua kriteria
produk kreativitas. Peserta didik tidak menunjukkan proses berpikir kreatif hanya sekedar mengulang atau recall.
Tabel 2.1 Tingkat kemampuan berpikir kreatif
Kriteria Subjek Penelitian
Komponen Kreativitas
Kefasihan Fleksibilitas
Kebaruan Sangat Kreatif
Kreatif Cukup Kreatif
Tidak Kreatif
Menurut Silver, hubungan kreativitas dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Hubungan kreativitas dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah
Pemecahan Masalah Komponen
Kreativitas Pengajuan Masalah
Peserta didik menyelesaikan masalah dengan bermacam-
macam solusi dan jawaban. Kefasihan
Peserta didik membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan.
Peserta didik berbagi masalah yang diajukan
Peserta didik menyelesaikan masalah dengan satu cara lalu
dengan cara lain. Peserta didik mendiskusikan
berbagai metode penyelesainnya. Fleksibilitas
Peserta didik mengajukan masalah yang cara penyelesaian berbeda-
beda. Peserta didik menggunakan
pendekatan “what-if-not?” untuk mengajukan masalah.
Peserta didik memeriksa jawaban degan berbagai metode
penyelesainnya dan kemudian membuat metode yang baru yang
berbeda. Kebaruan
Peserta didik memeriksa beberapa masalah yang diajukan, kemudian
mengajukan suatu masalah yang berbeda.
Menurut Silver sebagaimana dikutip oleh Siswono 2005, indikator untuk menilai berpikir kreatif peserta didik dalam tiga kriteria, yaitu kefasihan fluency,
fleksibilitas, dan kebaruan novelty. Kriteria tersebut dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut.
1 Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman
bermacam-macam jawaban masalah yang dibuat peserta didik dengan benar, sedang dalam pengajuan masalah mengacu pada banyaknya atau
keberagaman masalah
yang diajukan
peserta didik
sekaligus penyelesaiannya dengan benar.
2 Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan
peserta didik memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Sedang fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan
peserta didik mengajukan masalah yang mempunyai cara penyelesaian berbeda-beda.
3 Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta
didik menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh
individu peserta didik pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan peserta didik mengajukan suatu masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya.
2.1.9 Aktivitas Peserta didik