Tabel 2.3 Indikator Aktivitas Belajar Peserta didik
No Indikator
Aktivitas 1
Kegiatan-kegiatan visual Visual
Activities a.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru berkaitan dengan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai serta model pembelajaran yang akan digunakan.
b. Peserta didik memperhatikan pada saat teman
mempresentasikan hasil diskusi. 2
Kegiatan-kegiatan lisan Oral
Activities a.
Peserta didik aktif bertanya pada guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
b. Peserta didik mengemukakan pendapatnya pada
saat kegiatan diskusi . 3
Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Listening Activities
a. Peserta didik mendengarkan penyajian hasil
diskusi kelompok. b.
Peserta didik mendengarkan tanggapansaran dari kelompok lain.
4 Kegiatan-kegiatan
menulis Writing Activities
Peserta didik menulis jawaban soal-soal hasil dari kegiatan diskusi.
5 Kegiatan-kegiatan
menggambar Drawing
Activities Peserta didik dapat memodelkan soal materi
segiempat yang berupa soal uraian ke dalam gambar.
6 Kegiatan-kegiatan
motorik Motor Activities
Peserta didik dapat membuat model matematika dari soal materi segiempat.
7 Kegiatan-kegiatan
mental Mental Activities
Peserta didik dapat mengerjakan soal.
8 Kegiatan-kegiatan
emosional Emotional
Activities Peserta didik antusias dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.1.10 Materi Pokok Segi Empat
Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk atau dibatasi oleh empat garis lurus sebagai sisinya Sukino, 2004: 317-340. Secara umum ada
tujuh macam bangun datar yang akan dipelajari namun yang akan dibahas di
bawah ini hanyalah tiga macam bangun datar yaitu persegi panjang, persegi, dan layang-layang.
A. Persegi Panjang
1. Definsi Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, dan keempat sudutnya siku-siku Sukino, 2004:
317.
2. Luas Daerah Persegi panjang
Mencari luas daerah persegi panjang Daerah persegi
panjang Panjang
Lebar Luas daerah
i 3
2 6 = 3 x 2
ii 4
3 12 = 4 x 3
iii P
l p x l
i iii
ii p
l
Secara umum, jika luas daerah persegi panjang = dengan panjang =
dan lebar = maka luas daerah persegi panjang adala .
3. Keliling Persegi Panjang
Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar di atas menunjukkan bangun persegi panjang. Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya, tampak bahwa
panjangnya = 6 satuan panjang dan lebarnya = 4 satuan panjang. Keliling persegi panjang = 6 + 4 + 6 + 4 satuan panjang
= 2 6 + 4 satuan panjang = 20 satuan panjang
Secara umum, jika keliling persegi panjang = , dengan panjang = dan
lebar = adalah .
B. Persegi
1. Definisi Persegi
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang Sukino, 2004: 324.
2. Luas daerah Persegi
Perhatikan gambar bangun persegi di bawah ini.
Perhatikan gambar di atas, gambar tersebut menunjukkan bahwa bangun persegi dengan panjang sisi = 6 satuan.
Luas daerah persegi = 6 x 6 = 36 satuan luas
Secara umum, jika luas daerah persegi = L dengan panjang sisi = s maka luas daerah persegi adalah
. 3.
Keliling Persegi
Gambar di atas menunjukkan bahwa bangun persegi dengan panjang sisi = 6 satuan.
Keliling Persegi = 6 + 6 + 6 + 6 satuan = 24 satuan panjang
Secara umum jika keliling persegi = dengan panjang sisi = maka
keliling persegi adalah .
C. Layang-layang
1. Definisi Layang-layang
Layang-layang adalah bangun segi empat yang dibentuk oleh dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit Sukino, 2004:
340. 2.
Luas daerah layang-layang Layang-layang dapat dibentuk dari gabungan dua segitiga samakaki.
Perhatikan layang-layang ABCD pada gambar disamping. Pada gambar di bawah ini layang-layang ABCD dibentuk dari gabungan
segitiga samakaki ABC dan segitiga sama kaki ADC, yang panjang alasnya sama dan berimpit sehingga luas daerah layang-layang ABCD sama dengan
luas daerah segitiga ABC ditambah dengan luas daerah segitiga ADC. BO merupakan garis tinggi segitiga ABC dan DO merupakan garis tinggi segitiga
ACD.
Luas daerah layang-layang ABCD
ADC daerah
Luas ABC
daerah Luas
DO AC
BO AC
2 1
2 1
DO BO
AC
2
1
BD AC
2
1
Jadi, luas daerah layang-layang ABCD dengan BD dan AC merupakan diagonal dari layang-layang ABCD tersebut adalah
AC BD
2 1
. Secara umum, pada layang-layang dengan
dan adalah panjang
diagonal layang-layang tersebut dan L adalah luas daerah layang-layang maka berlaku Luas =
. 3.
Keliling layang-layang Perhatikan layang-layang ABCD di bawah ini.
D
A C
B O
Jika layang-layang ABCD mempunyai panjang sisi yang terpanjang = x dan panjang sisi yang terpendek = y maka
Keliling layang-layang ABCD = AB + BC + CD + DA = x + x + y + y
= 2x + 2y = 2 x + y
Jadi keliling layang-layang ABCD adalah 2 x + y. Secara umum, pada layang-layang dengan panjang diagonal berturut-
turut adalah x dan y, sedangkan keliling layang-layang tersebut adalah K, maka K = 2 x + y.
2.2
Kerangka
Berpikir
Salah satu fokus pembelajaran matematika adalah kemampuan berpikir kreatif. Dalam era pembangunan ini masyarakat dan negara bergantung pada
sumbangan kreatif berupa penemuan-penemuan baru dan teknologi-teknologi
y D
A C
B O
x x
y
baru. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif hendaknya dipupuk sejak dini. Peserta didik di SMP Negeri 2 Karanganyar, kemampuan berpikir kreatifnya
masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya nilai ulangan harian yang masih belum mencapai KKM. Salah satu faktor yang menyebabkan peserta
didik sering mengalami hambatan dalam mencapai hasil belajar yang baik adalah faktor dari peserta didik itu sendiri. Selain itu faktor guru yang masih
menggunakan model pembelajaran ekspositori sehingga kurang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat di mana dalam proses belajar mengajar
matematika guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas peserta didik, karena dengan keaktifan ini peserta didik akan mengalami,
menghayati, dan mengambil pelajaran dari pengalamannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
adalah model pembelajaran Problem Posing. Sebagaimana telah diketahui, tujuan utama diselenggarakannya proses
pembelajaran di sekolah adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi tertentu sehingga memiliki
pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan peserta didik yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku pada peserta didik. Keberhasilan tersebut
salah satunya dipengaruhi oleh peran guru atau pendidik sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru matematika diharapkan
mampu menggunakan berbagai metode, strategi, pendekatan serta model
pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI.
Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat dikembangkan dengan pendekatan PMRI karena adanya prinsip dan karakteristik PMRI yang diterapkan
dalam pembelajaran. Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Pendekatan PMRI terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di SMP N 2
Karanganyar Kabupaten Demak.
2.3
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka peneliti mengambil hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Problem Posing dengan pendekatan PMRI efektif terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan indikator sebagai berikut.
a. Hasil belajar peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Problem
Posing dengan pendekatan PMRI dapat mencapai KKM secara klasikal sebesar
75 , artinya paling sedikit 75 dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut mendapat nilai
70.
b. Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas kontrol.
c. Keaktifan peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
keaktifan peserta didik di kelas kontrol.
47
BAB 3 METODE PENELITIAN