Model Pembelajaran Landasan Teori

optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan kumpulan proses kerja guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada peserta didik. Dalam mempelajari matematika bertahap, berurutan, dan mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu serta konsep-konsep matematika harus dipahami dulu sebelum memanipulasi simbol- simbol.

2.1.3 Model Pembelajaran

Menurut Joyce, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 5, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan pola interaksi pesera didik dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas Suherman, 2003: 7. Menurut Sumiyatiningsih 2006: 72, model pembelajaran memiliki ciri-ciri: 1 disusun menurut teori pendidikan dan teori proses belajar dari pedekatan tertentu; 2 mempunyai tujuan atau misi pendidikan tertentu; 3 dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di dalam kelas; 4 memiliki seperangkat elemen model, yaitu urutan tahap-tahap pengajaran syntax, prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung; serta 5 memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan suatu model pembelajaran. Menurut Soekamto, dkk sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 5, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar teretentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut. 1 Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; 2 Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 2.1.4 Model Pembelajaran Ekspositori Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi itu sehingga materi pelajaran seakan-akan sudah jadi Depdiknas, 2008: 30. Dipandang sebagai model pembelajaran, ada beberapa langkah dalam penerapan pembelajaran ekspositori yaitu sebagai berikut. a. Persiapan Preparation Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Hal- hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan adalah sebagai berikut. 1 Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif. 2 Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai. 3 Bukalah file dalam otak peserta didik. b. Penyajian Presentation Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Tindakan yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh peserta didik. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: 1 penggunaan bahasa, 2 intonasi suara, 3 menjaga kontak mata dengan peserta didik, dan 4 menggunakan joke-joke yang menyegarkan. c. Korelasi Correlation Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik peserta didik. d. Menyimpulkan Generalisation Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti core dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan peserta didik akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. e. Mengaplikasikan Application Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh peserta didik. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: 1 dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, 2 dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran Depdiknas, 2008: 33. Model pembelajaran ekspositori mempunyai beberapa kelebihan, kelebihan dari pembelajaran ekspositori antara lain sebagai berikut. 1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. 2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. 3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain peserta didik dapat mendengar melalui penuturan kuliah tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi. 4. Strategi pembelajaran ini bias digunakan untuk jumlah peserta didik dan ukuran kelas yang besar. Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut. 1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. 2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. 3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berikir kritis. 4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat bergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur berkomunikasi, dan kemampuan mengelola kelas. 5. Strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah one-way communication, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman peserta didik akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Posing

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Structured Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

1 9 210

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMA

0 25 211

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK

1 14 207

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014.

0 6 29

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN BALOK Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 12

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN BALOK Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 6

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP melalui Model Problem Based Learning

0 0 13

PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IDEAL PROBLEM SOLVING TERHADAP BERPIKIR KREATIF DAN PERCAYA DIRI SISWA DI SMP NEGERI 2 RAWALO

0 0 14