Metode Penelitian Analisis Keragaman Genetik Pada Gandum (Triticum Aestivum L) Hasil Introduksi Menggunakan Karakterisasi Morfologi Dan Molekuler
18 Karakter kuantitatif yang diamati dibagi menjadi empat, yakni pengamatan
karakter agronomi di fase vegetatif, fase generatif, pengamatan fisiologi, dan pengamatan data lingkungan.
1. Karakter Agronomi Fase Vegetatif
a. Tinggi tanaman : diamati setiap dua minggu, dihitung dari leher akar tepat di atas permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
b. Jumlah daun : diamati setiap dua minggu, mulai daun terbawah sampai daun teratas yang sudah membuka sempurna.
2. Karakter Agronomi Fase Generatif a. Jumlah anakan produktif: diamati pada saat panen, yakni keseluruhan
jumlah anakan yang menghasilkan malai dalam satu rumpun. b. Panjang akar : diukur pada saat panen, dihitung dari leher akar sampai
ujung akar terpanjang. c. Bobot kering akar, bobot kering malai, dan bobot kering tajuk : diukur
pada saat panen dengan cara dioven 105
o
C selama 24 jam kemudian ditimbang.
d. Jumlah spikelet per malai : dihitung ketika seluruh bagian malai sudah keluar dari selubungnya secara sempurna
e. Panjang malai : diukur dari batas leher malai dengan spikelet pertama sampai ujung malai pada spikelet teratas
f. Jumlah biji per tanaman : jumlah biji tiap tanaman, dihitung ketika panen g. Bobot biji per tanaman : diukur ketika panen menggunakan timbangan
h. Bobot 100 biji : ditimbang sebanyak jumlah biji yang didapatkan pada
setiap genotipe, kemudian dikonversi dengan rumus sebagai berikut: Bobot 100 biji =
i. Umur panen : dihitung sebagai umur panen apabila 50 populasi dalam satu satuan percobaan sudah siap panen.
3. Pengamatan Fisiologi a. Kerapatan stomata : diamati pada daun bendera dengan cara mengoleskan
kuteks transparan pada permukaan bawah daun dan ditempel pada solatip, diamati di bawah mikroskop.
b. Kerapatan trikoma : diamati pada daun bendera dengan cara mengoleskan kuteks transparan pada permukaan bawah daun dan ditempel pada solatip,
diamati di bawah mikroskop. Nilai pengamatan kerapatan stomata dan trikoma dihitung berdasarkan
konversi jumlah terhadap luas bidang pandang dengan rumus menurut Evi 2012
c. Tingkat kehijauan daun : diukur pada daun bendera dengan menggunakan SPAD, dilakukan di tiga titik daun yakni pangkal, tengah, dan ujung.
4. Pengamatan Data Lingkungan Pengamatan data lingkungan dilakukan setiap dua hari per minggu selama
penelitian dengan mengukur sebanyak tiga kali per hari yakni waktu pagi 08.00, siang 12.00, dan sore 17.00. Pengamatan data lingkungan yang
dilakukan meliputi: a. Suhu udara
o
C : diukur dengan menggunakan termometer ruang kemudian dirata-rata dengan rumus sebagai berikut, Handoko 1993
19 = suhu pada pengamatan pukul 08.00
= suhu pada pengamatan pukul 12.00 = suhu pada pengamatan pukul 17.00
b. Suhu media
o
C : diukur dengan menggunakan termometer tanah kemudian dirata-rata dengan metode yang sama seperti pada suhu udara.
Pengukuran dilakukan dengan menancapkan termometer tanah sedalam 10 cm dari atas permukaan tanah.
c. Kelembaban udara : diukur dengan menggunakan alat pengukur kelembaban udara.
Karakter morfologi kualitatif diolah menggunakan analisis filogenetik
dengan perangkat lunak STAR, metode Ward‘s dengan koefisien Gower. Data
yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa jenis data yaitu nominal, ordinal, maupun interval. Karakter kuantitatif dianalisis menggunakan uji F.
Apabila hasil analisis ragam berpengaruh nyata pada taraf α=5, dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf α=1 dan 5. Analisis terhadap parameter genetik
meliputi heritabilitas dan KKG, dilakukan berdasarkan nilai kuadrat tengah uji F satu musim satu lokasi Tabel 3.2 yang dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Analisis ragam untuk rancangan kelompok lengkap teracak Sumber
keragaman Derajat
bebas Jumlah
kuadrat Kuadrat
tengah EKT
F hitung Total
rt-1 JK
T
Ulangan r-1
JK
U
KT
U
σ
2
+ t σ
2 U
Genotipe t-1
JK
G
KT
G
σ
2
+ r σ
2 G
KT
G
KT
E
Galat r-1t-1
JK
E
KT
E
σ
2
Pendugaan ragam lingkungan σ
2 E
, ragam genetik σ
2 G
, dan ragam fenotipe σ
2 P
dilakukan dengan rumus: σ
2 E
= KT
E
σ
2 G
= KT
G
- KT
E
r σ
2 P
= KT
E
+ KT
G
- KT
E
r r
Heritabilitas dalam arti luas kemudian dapat diperoleh dengan membagi ragam genetik terhadap ragam fenotipe, serta nilai koefisien keragaman genetik
KKG dengan rumus sebagai berikut: h
2
bs = σ
2 G
x 100 σ
2 P
h
2
50 : heritabilitas tinggi
50h
2
20 : heritabilitas sedang h
2
20 : heritabilitas rendah
KKG = √ σ
2 G
x 100 dimana μ adalah rataan peubah
Μ
20
10 20
30 40
50 60
70 80
5 10
15 20
25 30
35
Januari Februari
Maret April
Mei
K e
le m
b ab
an u
d ar
a
S u
h u
o
C
Bulan tahun 2014
Rata-rata suhu udara Rata-rata suhu media
Rata-rata kelembaban udara
3.3 Hasil dan Pembahasan 3.3.1 Kondisi Umum Percobaan
Lingkungan tempat percobaan yang digunakan untuk pertanaman gandum mempunyai rata-rata suhu udara 28.83
o
C, suhu media 24.5
o
C, serta kelembaban udara 51.3. Hal ini kurang sejalan dengan lingkungan tumbuh optimal gandum,
dimana kebutuhan suhu udara yang seharusnya adalah 24
o
C. Menurut Hossain et al
. 2013 cekaman suhu tinggi telah dilaporkan menghambat pertumbuhan dan hasil gandum. Selain suhu, tingkat keawanan yang tinggi di daerah Jawa Barat
diduga menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil gandum. Daerah Bogor pada umumnya memiliki iklim tropika basah dengan curah hujan yang tinggi.
Tiga bulan pertama kondisi keawanan cenderung tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan gandum. Penutupan awan yang tinggi pada awal musim tanam
musim hujan dapat menyebabkan tanaman kurang mendapat cahaya matahari. Menurut Nakamura et al. 1994, Bogor merupakan daerah tropika basah yang
memiliki bulan basah sebanyak 9 bulan September-Mei dan 3 bulan kering Juni-Agustus. Meskipun demikian, bulan terkering di Bogor memiliki curah
hujan 198 mm, lebih tinggi dari kebutuhan air gandum pada umumnya yaitu 100 mm per bulan. Tingginya curah hujan menyebabkan tingkat penutupan awan yang
tinggi. Dufour et al. 2013 melaporkan bahwa kurangnya cahaya matahari dapat menurunkan pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman gandum. Dengan
demikian pertumbuhan gandum di daerah tropika basah seperti Bogor diduga kurang sesuai. Kondisi suhu udara, suhu media, dan kelembaban udara pada
screen house
dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Grafik suhu udara, suhu media, dan kelembaban udara rata-rata selama percobaan pada bulan Januari-Mei 2014
Tempat percobaan pertanaman gandum Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor berada pada ketinggian 540 m dpl kategori dataran
menengah. Karakter agronomi tanaman gandum dipengaruhi oleh ketinggian tempat, di mana dengan ketinggian 1000 m dpl gandum dapat berproduksi
dengan baik dibandingkan dengan penanaman di ketinggian 400 m dpl Nur et al.
21 2010. Daya berkecambah kedelapan genotipe gandum sangat beragam, dengan
nilai tertinggi terdapat pada genotipe Nias 86.67, sedangkan daya berkecambah terendah yaitu genotipe Guri 5 Agritan 4.44. Namun
penyulaman kembali pada seminggu setelahnya mampu memperbaiki jumlah tanaman gandum sesuai kebutuhan. Kondisi umum pertanaman gandum dapat
dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Kondisi umum percobaan beberapa genotipe gandum A tanaman umur 1 MST, dan B tanaman umur 13 MST
Pertumbuhan tanaman gandum yang ditunjukkan dengan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Grafik pertumbuhan tanaman beberapa genotipe gandum umur 2 hingga 14 MST, A tinggi tanaman gandum, dan B jumlah daun
gandum
10 20
30 40
50 60
70 80
2 4
6 8
10 12
14
Ti n
g g
i Tan
am an
c m
Umur MST
2 4
6 8
10 12
2 4
6 8
10 12
14
Ju m
lah Dau
n
Umur MST
Nias Selayar
Dewata Guri 3 Agritan
Guri 4 Agritan Guri 5 Agritan
Guri 6 Unand SBD
A
B
22 Tinggi tanaman gandum mengalami peningkatan setiap minggu pengukuran,
namun pada genotipe Nias dan Selayar mulai melambat pertambahannya pada umur 8 MST, sedangkan genotipe yang baru diintroduksi terus meningkat. Begitu
juga dengan jumlah daun, genotipe Nias mulai menurun pada umur 10 MST, sementara Selayar juga menurun pada 8 MST. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan stadia tumbuh tanaman gandum pada umur yang sama dimana genotipe yang lebih awal diintroduksi cenderung sudah memasuki fase generatif pada umur
8-10 MST, sedangkan genotipe yang baru diintroduksi masih tetap tumbuh dan berada pada fase vegetatif.
Organisme Pengganggu Tanaman OPT yang ditemukan pada lahan percobaan antara lain ulat bulu, ulat jengkal, belalang, kutu pada malai, serta
penggerek. Selain itu, penyakit yang menyerang gandum yaitu busuk akar dan adanya cendawan pada batang serta malai tanaman. Namun demikian, kondisi
tersebut tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman dengan adanya pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan.