Stem Elongation Z30 sampai Z39

11 3 KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA GENOTIPE GANDUM Triticum aestivum L. DI DATARAN MENENGAH Abstrak Suhu tinggi merupakan salah satu faktor cekaman abiotik yang dihadapi tanaman gandum yang ditanam di Indonesia. Dataran tinggi yang merupakan lingkungan tumbuh optimum gandum di Indonesia memiliki kendala adanya persaingan dengan komoditas hortikultura. Dalam rangka pengembangan varietas gandum di Indonesia, pemuliaan tanaman gandum difokuskan untuk dapat menghasilkan genotipe adaptif dataran menengah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi gandum kaitannya dengan suhu tinggi, mengetahui hubungan kekerabatan secara morfologi di antara genotipe introduksi gandum di Indonesia, serta mengetahui pertumbuhan gandum di dataran menengah, sebagai langkah awal dalam menentukan tetua dalam persilangan. Percobaan disusun berdasarkan rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan dan faktor tunggal. Genotipe yang digunakan adalah tiga genotipe yang lebih awal diintroduksi Nias, Selayar, dan Dewata, serta lima genotipe yang baru diintroduksi Guri 3 Agritan, Guri 4 Agritan, Guri 5 Agritan, Guri 6 Unand, dan SBD. Genotipe gandum menunjukkan adanya keragaman berdasarkan delapan belas karakter morfologi yang diamati. Analisis filogenetik membentuk dua klaster utama yang mengelompokkan genotipe yang lebih awal diintroduksi terhadap genotipe yang baru diintroduksi, serta memperlihatkan hubungan kekerabatan yang jauh. Karakter kuantitatif pada genotipe yang baru diintroduksi memiliki nilai pengamatan lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe yang lebih awal diintroduksi, mengindikasikan adanya perbaikan karakter agronomi yang menunjang adaptasi gandum pada genotipe yang baru diintroduksi di Indonesia. Heritabilitas dan koefisien keragaman genetik yang tinggi terdapat pada karakter panjang akar, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering malai, dan bobot biji. Genotipe Nias dan SBD dapat disilangkan untuk meningkatkan keragaman genetik, Guri 3 Agritan dan Guri 4 Agritan untuk karakter hasil, sedangkan untuk tujuan mengkombinasikan taraf toleransi suhu tinggi, karakter morfologi yang menunjang perbaikan adaptasi, serta karakter agronomi dapat dipilih Selayar dan Guri 4 Agritan. Kata kunci : filogenetik, genotipe introduksi, kekerabatan, keragaman, suhu tinggi Abstract High temperature is one of major abiotic stress factor for cultivation wheat in Indonesia. High altitude as optimum environment for wheat cultivation has competition with horticulture commodities. In order to develop wheat variety in Indonesia, plant breeding program focuses to create adaptive variety for mid- altitude. The main purposes of this research are to study morphological characters of wheat related to heat tolerance, study genetic relationship by morphological characterization between several introduced wheat genotypes in Indonesia, and 12 know wheat growth performance in mid-altitude. The experiment was arranged on a randomized complete block design with three replications and one factor. We used three earlier introduced genotypes Nias, Selayar, and Dewata, and five recently introduced genotypes Guri 3 Agritan, Guri 4 Agritan, Guri 5 Agritan, Guri 6 Unand, and SBD. The wheat genotypes showed diversities in eighteen morphological characters. Phylogenetic analysis formed two major clusters grouping the earlier introduced genotypes and the recently introduced genotypes, and their genetic relationship had far distances. The recently introduced genotypes have higher quantitative characters than the earlier introduced genotypes, indicating that improvement for agronomical characters to be more adapted especially the new introduced wheat genotypes in Indonesia. High heritability and genetic diversity cofficient found in root length, root dry weight, crown dry weight, spike dry weight, and grain weight. Nias and SBD had good reasons to be choosen as parent for increasing genetic diversity, Guri 3 Agritan and Guri 4 Agritan for high yielding character, meanwhile Selayar and Guri 4 Agritan for combining heat tolerance, agronomical character, and morphological character. Key words : diversity, genetic relationship, high temperature, introduced genotype, phylogenetic

3.1 Pendahuluan

Dataran rendah dan menengah pada umumnya memiliki rata-rata suhu lingkungan yang cenderung tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi. Menurut Basu et al. 2014, suhu optimum yang mendukung pertumbuhan gandum adalah 24 o C, dimana kondisi tersebut di Indonesia dapat diperoleh di dataran tinggi. Beberapa genotipe gandum tropika telah dikembangkan di Indonesia dan dapat berproduksi dengan baik di wilayah tropis dengan ketinggian 800 m dpl. Namun akibat persaingan dengan tanaman hortikultura di dataran tinggi yang lebih prospektif, maka pengembangan gandum diarahkan pada penanaman di dataran menengah hingga rendah. Penelitian Natawijaya 2012 pada gandum yang dibudidayakan pada dataran rendah di Indonesia memiliki produktivitas yang sangat rendah karena banyak floret yang hampa yang disebabkan oleh tingginya suhu lingkungan. Dataran menengah memiliki potensi untuk digunakan sebagai area pengembangan gandum karena memiliki suhu lingkungan rata-rata yang berkisar antara 21 o C – 25 o C Sunarjono 2008. Oleh karena itu, diperlukan tanaman gandum yang adaptif dataran menengah 400-800 m dpl. Beberapa varietas nasional gandum telah banyak dikembangkan dan saat ini seluruhnya merupakan hasil dari introduksi, varietas tersebut antara lain Nias, Selayar, dan Dewata yang berpotensi mampu menghasilkan produksi gandum sekitar 2.96 tonha yang dilepas pada tahun 1993 dan 2003, diikuti dengan dilepasnya varietas unggul baru VUB pada tahun 2014 yaitu Guri 3 Agritan, Guri 4 Agritan, Guri 5 Agritan, dan Guri 6 Unand yang berpotensi menghasilkan gandum rata-rata 3.8 tonha dengan potensi maksimal 8.6 tonha Kementan 2015. Varietas gandum yang adaptif dataran menengah daerah tropis dapat dirakit dengan melakukan persilangan pada genotipe koleksi yang kemudian diseleksi sesuai dengan arah program pemuliaan. Persilangan yang dilakukan dalam pemuliaan tanaman terutama bertujuan untuk menciptakan keragaman yang tinggi