Pemuliaan dan Karakterisasi Gandum

13 pada populasi F1 sebelum dilakukan seleksi. Oleh sebab itu persilangan perlu dilakukan pada genotipe koleksi gandum yang memiliki hubungan kekerabatan jauh. Informasi tersebut belum diketahui pada genotipe koleksi gandum Indonesia hasil introduksi, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mempelajari keragaman diantara genotipe-genotipe gandum tersebut. Karakterisasi merupakan bagian dari kegiatan pemuliaan tanaman yang menyumbangkan peran penting. Salah satu cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan dan jarak genetik masing-masing genotipe koleksi adalah dengan melakukan karakterisasi morfologi. Dengan demikian pemilihan tetua dalam persilangan yang akan dilakukan dapat ditentukan dengan mudah terutama dengan tujuan meningkatkan keragaman genetik. Beberapa studi mengenai analisis keragaman genetik tanaman gandum menggunakan karakterisasi secara morfologi telah dilaporkan pada koleksi gandum durum T. durum Aghaee et al. 2010, generasi F1 hasil persilangan gandum roti T. aestivum L. dengan T. tritordeum Lima-Brito et al. 2006, dan koleksi gandum roti di Bulgaria Desheva 2014. Studi mengenai morfo-fisiologi gandum-gandum Indonesia hasil introduksi juga telah dipelajari dengan beberapa parameter pengamatan seperti sudut daun bendera, luas daun bendera, tingkat kehijauan daun, dan heat unit yang dibutuhkan hingga panen Altuhaish 2014. Deskripsi varietas gandum hasil introduksi yang dilakukuan di Indonesia belum dilaporkan mengenai informasi karakter agronomi di dataran menengah, sehingga penting untuk dilakukan studi mengenai hal tersebut. Penanaman gandum di dataran menengah telah dilaporkan oleh Altuhaish 2014 dan Mardiana 2015. Persilangan pada gandum telah dilaporkan oleh Lukita 2016 pada genotipe Rabe hasil introduksi tahun 1993 dengan Selayar hasil introduksi tahun 2003 dimana keduanya diintroduksi pada tahun yang berbeda sangat jauh. Berdasarkan tahun lepas, biasanya morfologi tanaman setiap genotipe memiliki ideotype yang berbeda, hal ini dapat ditemukan pada tanaman kedelai hitam Indonesia, dimana uji daya hasil kedelai baru memiliki jumlah cabang, jumlah buku, dan jumlah polong yang lebih banyak dibandingkan dengan genotipe lama Rusiva 2012. Penentuan ideotype tanaman dilakukan oleh pemulia yang disesuaikan dengan kebutuhan petani maupun konsumen, seringkali dilakukan dengan mengurangi bagian tanaman yang dinilai kurang ekonomis. Tanaman padi juga demikian, dimana varietas lama tahun 1970-an cenderung memiliki ideotype yang tinggi, malai diperoleh tergantung dari jumlah anakan anakan banyak tetapi kurang produktif, serta malainya panjang, sedangkan padi tipe baru cenderung memiliki jumlah anakan yang sedikit dengan malai semuanya produktif sehingga lebat dan berdaya hasil tinggi, daun tebal dan berwarna hijau tua, perakaran dalam, serta batangnya pendek Kementan 2015. Untuk mengetahui ideotype gandum yang diintroduksi pada tahun yang berbeda dapat dipelajari salah satunya dengan melakukan karakterisasi, baik secara morfologi maupun agronomi. Dengan mempelajari karakter morfologi gandum, formulasi ideotype yang tepat dalam menunjang pertumbuhannya di wilayah tropis diharapkan dapat dilakukan. Sejauh ini, karakter yang digunakan untuk menyeleksi gandum toleran suhu tinggi adalah dengan melihat bobot biji, luas daun bendera, jumlah anakan produktif, dan rasio floret hampa Natawijaya 2012. Karakter morfologi belum dilaporkan digunakan sebagai karakter seleksi di Indonesia. Produktivitas yang