Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Konsep Otonomi Daerah

berpendidikan relatif tinggi, dan sistem organisasi kerja yang kompleks berbasis kegiatan formal. Kawasan perkotaan juga dianggap pusat kegiatan ekonomi dan politik, dan dianggap sebagai tempat dimana terjadinya proses pemusatan kekuasaan dan perubahan budaya, pusat kreativitas yang menyebabkan terjadinya pola perkembangan kehidupan masyarakat dan lingkungan fisiknya sangat berbeda dengan kawasan pedesaan yang biasanya disebut kawasan pinggiran.

2.6. Penelitian Terdahulu

Budiharsono 2001 melakukan penelitian tentang keadaan perekonomian antar daerah 27 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode analisis Shift Share . Hasilnya adalah bahwa pertumbuhan Produk Domestik PDB Indonesia pada tahun 1983-1987 sebesar 27,14 persen. Pertumbuhan ini tidak merata di seluruh provinsi. Provinsi-provinsi yang pertumbuhan PDRB-nya melebihi pertumbuhan PDB Indonesia pada kurun waktu 1983-1987 adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Timor Timur. Sedangkan provinsi-provinsi lainnya memiliki tingkat PDRB yang lebih kecil daripada pertumbuhan PDB-nya pada kurun waktu 1983- 1987. Kemudian Budiharsono melakukan penelitian kembali terhadap pertumbuhan sektor-sektor di provinsi Jawa Barat pada kurun waktu 1983-1987. Hasilnya adalah sektor-sektor Industri, Utilitas dan Jasa merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat. Sedangkan sektor pertanian mempunyai nilai pergeseran bersih negatif. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan sektor pertanian lamban. Ardiansyah 2004 dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di Kota Jambi sebelum dan pada masa otonomi menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah seluruh sektor perekonomian di Kota Jambi pertumbuhannya pesat. Akan tetapi setelah adanya otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang lambat. Kota Jambi kalah bersaing dengan Kabupaten yang lain. Selain itu dampak krisis ekonomi juga secara tidak langsung masih berpengaruh terhadap perekonomian Kota Jambi. Restuningsih 2004 dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di propinsi DKI Jakarta pada masa krisis ekonomi tahun 1997-2002 dengan menggunakan alat analisis Shift Share menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang melanda DKI Jakarta menyebabkan sebagian besar sektor- sektor ekonomi tidak dapat bersaing dengan baik, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pertambangan dan galian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusaan dapat bersaing dengan baik. Ruth Elisabeth 2006 menggunakan analisis Shift Share dalam penelitiannya untuk menganalisis dampak otonomi daerah terhadap pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara. Hasilnya adalah sebelum otonomi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara lebih kecil dari pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Saat krisis, persentase total perubahan PDRB sektor-sektor perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara lebih besar dari tingkat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Propinsi Sumatera Utara. Pada masa otonomi daerah pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara lebih kecil dari pertumbuhan sektor- sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Sebelum otonomi daerah perekonomian Tapanuli Utara tergolong lambat, pada tahun 1997-2000 juga masih cenderung lambat, dan pada tahun 2001-2004 pertumbuhannya adalah progresif. Azman 2001 menyimpulkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Padang Pariaman selama tahun 1995-1999 telah terjadi pergeseran dari kelompok sektor primer ke kelompok sektor tersier melalui analisis Shift Share. Walaupun demikian, sektor pertanian yang berada pada kelompok sektor primer masih tetap mendominasi bila dibandingkan dengan sektor lainnya, baik dari segi kontribusinya terhadap PDRB maupun dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Sedangkan pada kelompok tersier, sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan penelitian terdahulu ada yang menganalisis pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan wilayah pada satu kurun waktu tertentu dan ada pula yang menganalisis pertumbuhan wilayah pada dua kurun waktu. Pada penelitian ini menggunakan dua kurun waktu yaitu sebelum dan selama otonomi daerah, tapi dengan kurun waktu yang berbeda. Kurun waktu yang dipakai berbeda dengan penelitian sebelumnya dan terbagi dalam tiga periode, yaitu periode masa sebelum krisis ekonomi tahun 1994-1996, periode pada masa krisis ekonomi tahun 1997- 1998, dan periode pada masa otonomi daerah tahun 1999-2004.

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.8.1. Analisis