dan prospek bagi permintaan domestik; dan 2 Faktor-faktor daya saing daerah, meliputi penilaian kemampuan industri suatu daerah dan
pembangunan kemampuan industri suatu daerah.
2.5. Konsep Perkotaan
Berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang dimaksud dengan Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa serta perubahan nama dan pemindahan
ibukota pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam Undang- undang No. 22 Tahun 1999 Kawasan Perkotaan memiliki status Daerah Kota, dan
adanya penetapan Kawasan Perkotaan yang terdiri atas : 1.
Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian Daerah Kabupaten; 2.
Kawasan Perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah Kawasan Pedesaan menjadi Kawasan Perkotaan; dan
3. Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih Daerah yang
berbatasan sebagai satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan. Pemerintah Kota danatau Pemerintah Kabupaten yang wilayahnya
berbatasan langsung dapat membentuk lembaga bersama untuk mengelola Kawasan Perkotaan. Di Kawasan Pedesaan yang direncanakan dan dibangun
menjadi Kawasan Perkotaan di Daerah Kabupaten, dapat dibentuk Badan Pengelola Pembangunan yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
Sedangkan mengenai pengelolaan Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perkotaan, Pemerintah Daerah perlu mengikutsertakan masyarakat dan pihak swasta. Pengikutsertaan
masyarakat ini merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perkotaan, dan pengaturan mengenai Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan. O’Sullivan 2001 menyatakan bahwa sebuah kota adalah pusat produksi
dan perdagangan. Dengan adanya dua sentra tersebut, maka munculnya kota akan meningkatkan standar hidup masyarakat disekitarnya. Pusat kota adalah wilayah
dimana terdapat pusat pelayanan pemerintah. Sedangkan area perkotaan adalah wilayah yang terdiri dari minimal satu pusat kota dan dikelilingi oleh area yang
memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1000 jiwa per acre
3
, sehingga total penduduknya dalam area perkotaan minimal 50 ribu jiwa. Sedangkan yang
dimaksud dengan kota metropolitan adalah area yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar di pusat kotanya dan terintegrasi secara ekonomi. Karakteristik
kota metropolitan adalah memiliki kepadatan penduduk di pusat kota sebanyak 50 ribu jiwa dan ditambah lagi dengan penduduk yang ada di area perkotaan,
sehingga jumlah penduduknya akan mencapai lebih dari 50 ribu jiwa. Tatag Wiranto dalam Soegijoko 1997 mengungkapkan bahwa ciri
masyarakat perkotaan ditandai oleh struktur masyarakat berbasis perdagangan dan jasa, kepadatan penduduk rapat, tempat tinggal penduduk berkelompok, tenaga
3
1 acre ≈ 0,4 Ha.
berpendidikan relatif tinggi, dan sistem organisasi kerja yang kompleks berbasis kegiatan formal. Kawasan perkotaan juga dianggap pusat kegiatan ekonomi dan
politik, dan dianggap sebagai tempat dimana terjadinya proses pemusatan kekuasaan dan perubahan budaya, pusat kreativitas yang menyebabkan terjadinya
pola perkembangan kehidupan masyarakat dan lingkungan fisiknya sangat berbeda dengan kawasan pedesaan yang biasanya disebut kawasan pinggiran.
2.6. Penelitian Terdahulu