Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Depok Selama Otonomi Daerah 2001-2004

Nilai r i pada Tabel 4.6 menunjukkan selisih antara PDRB Kota Depok dari sektor i pada tahun 2004 dengan PDRB Kota Depok dari sektor i pada tahun 2001 dibagi dengan PDRB Kota Depok dari sektor i pada tahun 2001. Hasil perhitungannya yang berbeda tiap sektornya dikarenakan r i adalah perbandingan PDRB pada masing-masing sektor di Kota Depok. Nilai r i 0 menunjukkan nilai r i yang bernilai negatif karena terjadinya penurunan kontribusi pada sektor yang bersangkutan. Pada Tabel 4.6 tidak ada nilai r i yang bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa seluruh sektor perekonomian di Kota Depok memiliki kontribusi yang positif terhadap PDRB Kota Depok. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang memiliki nilai r i tertinggi sebesar 0,24 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi yang baik pada PDRBnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai r i 0. Sedangkan nilai r i yang paling kecil ditunjukkan oleh sektor pertanian dengan nilai r i sebesar 0,09. Walaupun memiliki nilai r i yang kecil, sektor pertanian di Kota Depok pada masa otonomi daerah berlangsung tetap mengalami peningkatan.

4.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Depok Selama Otonomi Daerah 2001-2004

Pada Tabel 4.7, komponen PR memiliki nilai yang sama di tiap sektornya, yaitu 15,59 persen. Nilai ini bernilai positif karena PR 0, yang artinya bahwa sektor perekonomian di Kota Depok memiliki kontribusi yang positif. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa hingga sampai tahun 2004, pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Depok sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan oleh nilai PR pada tahun 2001-2004 lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 1997-2000, dengan nilai -16,83 persen. Artinya bahwa pertumbuhan sektor-sektor perekonomian tahun 1999-2004 lebih baik dari pertumbuhan sektor-sektor perekonomian tahun 1997-2000. Berdasarkan pengaruh PR juga dinyatakan bahwa PDRB Kota Depok meningkat sebesar Rp 249.405,67 juta. Sektor yang memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Depok adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp 85.881,96 juta dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 54.323,19 juta. Sedangkan sektor- sektor yang memiliki kontribusi terkecil terhadap PDRB adalah sektor pertanian sebesar Rp 6.894,70 juta, dan sektor listrik, gas, dan air bersih Rp 8.627,85 juta. Tabel 4.7. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Depok Selama Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 PR ij PP ij PPW ij No. Sektor Juta Rupiah Persen Juta Rupiah Persen Juta Rupiah Persen 1 Pertanian 6.894,70 15,59 -3.353,23 -7,58 331,28 0,75 2 Pertambangan dan Galian - - - - - - 3 Industri Pengolahan 85.881,96 15,59 1.221,81 0,22 41.264,61 7,49 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8.627,85 15,59 3.499,90 6,33 -2.081,77 -3,76 5 Bangunan 15.030,39 15,59 4.571,28 4,74 -4.171,71 -4,33 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 54.323,19 15,59 11.855,41 3,40 -1.485,22 -0,43 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12.945,98 15,59 4.455,73 5,37 1.661,05 2,00 8 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 10.329,81 15,59 3.734,51 5,64 1.575,25 2,38 9 Jasa Lainnya 20.499,22 15,59 2.478,76 1,89 -3.193,75 -2,43 TOTAL 214.533,10 15,59 28.464,17 2,07 33.899,74 2,46 Persentase total perubahan PDRB sektor-sektor perekonomian Kota Depok tahun 2001-2004 adalah sebesar 20,13 persen, lebih besar dari persentase komponen PR sebesar 15,59. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Depok lebih besar daripada tingkat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Komponen PP pada Tabel 4.7 hampir seluruhnya bernilai positif. Hanya sektor pertanian yang memiliki nilai PP 0, yaitu sebesar -7,59 persen. Nilai yang negatif ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Nilai PP 0 berarti memiliki kontribusi yang positif. Artinya, sektor tersebut mengalami laju pertumbuhan yang cepat. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan tercepat adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan laju pertumbuhan sebesar 6,33 persen. Terlihat bahwa nilai total komponen PP Kota Depok adalah sebesar 2,07 persen, yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian secara keseluruhan di Kota Depok memiliki laju pertumbuhan yang positif atau relatif cepat. Pertumbuhan ini dikarenakan baru berjalannya otonomi, sehingga sektor-sektor perekonomian pun masih mengalami adaptasi dan pemulihan dari dampak krisis ekonomi yang lalu. Berdasarkan pengaruh PP juga dinyatakan bahwa PDRB Kota Depok meningkat sebesar Rp 28.464,17 juta. Komponen PPW timbul untuk melihat daya saing yang dimiliki Kota Depok selama otonomi daerah berlangsung terhadap Provinsi Jawa Barat pada tahun yang sama. PPW 0 menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan memiliki daya saing yang kurang baik. Pada Tabel 4.7, sektor yang memiliki daya saing yang kurang baik adalah sektor bangunan dengan nilai PPW sebesar -4,33 persen. Sedangkan sektor yang memiliki daya saing yang paling baik, yaitu yang memiliki nilai PPW 0, adalah sektor industri pengolahan yang memiliki nilai daya saing sebesar 7,49 persen. Pada tahun 2001-2004 komponen PPW pada seluruh sektor perekonomian di Kota Depok PB .j adalah sebesar 2,46 persen, ini menunjukkan bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian di Kota Depok memiliki daya saing cukup baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengaruh PPW dinyatakan bahwa PDRB Kota Depok meningkat sebesar Rp 33.899,74 juta.

4.2.4. Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih PDRB Kota Depok