seluruh sektor perekonomian di Kota Depok PB
.j
adalah sebesar 2,46 persen, ini menunjukkan bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian di Kota Depok
memiliki daya saing cukup baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengaruh PPW dinyatakan bahwa
PDRB Kota Depok meningkat sebesar Rp 33.899,74 juta.
4.2.4. Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih PDRB Kota Depok
Selama Otonomi Daerah 2001-2004
Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang
ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proposional PP
.j
dengan pertumbuhan pangsa wilayah PPW
.j
. Data-data yang telah dianalisis diinterprestasikan dengan cara memplotkan
persentase perubahan PP dan PPW ke dalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis, sedangkan
komponen PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Dapat dilihat pada Gambar 4.2, sektor industri pengolahan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan berada di kuadran I yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan
daya saing yang baik pula. Sehingga pada kuadran I ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut tergolong sektor perekonomian yang progresif maju.
Sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor jasa lainnya berada pada kuadran II. Ini berarti bahwa
sektor-sektor tersebut memiliki daya saing yang rendah tapi pertumbuhan sektor- sektor tersebut cukup cepat.
PROFIL PERTUMBUHAN KOTA DEPOK 2001-2004
-6 -4
-2 2
4 6
8 10
-10 -5
5 10
PPW PP
Pertanian Pertambangan dan Galian
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan
Restoran Pengangkutan dan
Komunikasi Keuangan, Persewaan,
Jasa Perusahaan Jasa Lainnya
I
II IV
III
Gambar 4.2. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kota Depok Selama Otonomi Daerah Tahun 2001-2004
Bila dilihat pada Gambar 4.2, tidak ada sektor yang menempati kuadran III. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2001-2004, sektor-sektor
perekonomian di Kota Depok tidak ada yang pertumbuhannya tergolong lambat. Artinya sektor-sektor perekonomian di Kota Depok tidak ada yang memiliki daya
saing yang baik dan pertumbuhan yang lambat. Satu sektor perekonomian berada di kuadran IV, yang berarti sektor tersebut memiliki daya saing yang cukup baik
namun memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor yang berada pada kuadran IV tersebut adalah sektor pertanian.
Tabel 4.8. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kota Depok Selama Otonomi Daerah Tahun 2001-2004
PB
ij
No. Sektor Juta Rupiah
Persen
1 Pertanian -3.021,96 -6,83
2 Pertambangan dan Galian
- -
3 Industri Pengolahan
42.486,42 7,71 4
Listrik, Gas dan Air Bersih 1.418,14
2,56 5 Bangunan
399,57 0,41 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10.370,19
2,98 7
Pengangkutan dan Komunikasi 6.116,78
7,37 8
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 5.309,76
8,02 9 Jasa
Lainnya -714,99 -0,54
TOTAL 62.363,91 4,53
Nilai PB diperoleh dari penjumlahan komponen PP dan komponen PPW pada setiap sektor perekonomian. Bila dilihat pada Tabel 4.8, enam sektor
perekonomian memiliki nilai PB yang positif PB 0, yang menandakan bahwa sektor-sektor tersebut masuk ke dalam kelompok sektor yang progresif. Sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan adalah sektor yang memiliki tingkat PB terbesar, yaitu sebesar 8,02 persen. Sektor industri pengolahan menempati
urutan kedua terbesar dengan tingkat PB sebesar 7,71 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi menempati urutan PB ketiga terbesar sebesar 7,37
persen. Sedangkan yang memiliki nilai PB paling kecil adalah sektor pertanian sebesar -6,83 persen. Ini artinya sektor pertanian tergolong ke dalam sektor yang
tidak progresif. Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa secara keseluruhan nilai PB Kota Depok adalah bernilai positif PB
.j
0, yang artinya sektor-sektor perekonomian di Kota Depok secara keseluruhan tergolong ke dalam kelompok yang maju, yaitu
sebesar 4,53 persen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan