kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatnya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diidentifikasi oleh daerah luar Jhingan, 2002.
2.4. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Daerah
Soegijoko 1997 menyatakan bahwa suatu masyarakat dalam suatu wilayah, tempat atau daerah, dihubungkan dengan unit daerah tempat atau
wilayah lain oleh faktor maupun keadaan-keadaan ekonomi, fisik dan sosialnya. Dengan demikian, pembangunan dalam suatu tempat tertentu membutuhkan
koordinasi proyek dan pembangunan lokalnya dengan rencana regional dan nasional. Dari segi pembangunan, perencanaan regional memberikan rangka dasar
dalam proyek pembangunan, baik nasional maupun lokal dapat dipertemukan secara balanced dan dapat menempati kedudukan yang sebenarnya dalam suatu
rangkaian pembangunan yang menyeluruh. Sogijoko 1997 juga menyatakan bahwa adanya proses desentralisasi
menuntut dilakukannya penyediaan pelayanan, perbaikan kemampuan aparat pemerintah daerah, dan penguatan perencanaan-perencanaan strategis di tingkat
wilayah. Oleh karena itu, strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wilayah adalah sebagai berikut :
1. Desentralisasi Kekuasaan
Pemerintah harus meningkatkan kemampuan dalam memperbesar pendapatan daerah. Di lain pihak, pemerintah pusat tetap meneruskan
pengalihan sumber daya kepada pemerintah daerah dalam bentuk bantuan yang tidak mengikat sehingga memberikan keleluasaan dalam membuat
keputusan.
2. Peningkatan Pendapatan Daerah
Dewasa ini bantuan pemerintah pusat merupakan kekuatan untuk pemerintah daerah. Akan tetapi, dengan adanya proses desentralisasi,
pemerintah daerah perlu menyusun sejumlah kriteria untuk pemasukan keuangan daerah. Pemerintah daerah juga harus dapat menampilkan
kemampuan administrasi dan proses budgetting yang baik, agar dianggap mampu untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar.
3. Pengembangan Kelembagaan
Kesuksesan desentralisasi pendanaan akan tergantung dari peningkatan kemampuan kelembagaan pemerintah agar lebih efisien dan efektif.
Tantangan itu dihadapi oleh pemerintah pusat maupun daerah, termasuk keterkaitan antar-kelembagaan agar lebih transparan dan bertanggung jawab
serta profesional. 4.
Keanekaragaman Budaya Masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki kemauan dan kebutuhan
yang berbeda-beda dan dituangkan dengan cara yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, aparat pemerintah daerah harus tanggap terhadap perbedaan-
perbedaan itu, sehingga perlu adanya penilaian sosial yang menggambarkan pendekatan strategi kebudayaan untuk masing-masing daerah.
Tambunan 2001 menyatakan ada beberapa teori yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi
antardaerah. Teori yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
1. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk
tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya di ekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan
peluang kerja di daerah tersebut. 2.
Teori Lokasi Inti pemikiran teori ini didasarkan pada sifat rasional pengusaha atau
perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin. Oleh karena itu, pengusaha memilih lokasi usaha
yang memaksimumkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha atau produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan
pasar. 3.
Teori Daya Tarik Industri Dalam upaya pengembangan ekonomi daerah di Indonesia sering
dipertanyakan jenis-jenis industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan. Ini adalah masalah membangun portofolio industri suatu daerah. Dalam
menjawab pertanyaan tersebut, ada sejumlah faktor penentu pembangunan industri di suatu daerah, yang terdiri atas 1 Faktor-faktor daya tarik industri
yang mencakup nilai tambah yang tinggi per pekerjaproduktivitas, industri- industri kaitan, daya saing di masa depan, spesialisasi industri, potensi ekspor,
dan prospek bagi permintaan domestik; dan 2 Faktor-faktor daya saing daerah, meliputi penilaian kemampuan industri suatu daerah dan
pembangunan kemampuan industri suatu daerah.
2.5. Konsep Perkotaan