Konsep Regional dan Kewilayahan

bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.

2.2. Konsep Regional dan Kewilayahan

Menurut BPS dalam buku Pendapatan Domestik Bruto Kotamadya Depok 1998 Region dapat diartikan sebagai Daerah Tingkat I Provinsi, Daerah Tingkat II KabupatenKotamadya, dan Daerah administrasi yang lebih rendah kecamatan. Budiharsono 2001 menyatakan bahwa wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian- bagiannya tergantung secara internal. Wilayah tersebut dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Wilayah Homogen Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspekkriteria dan mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri- ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama, suku, dan sebagainya. Richardson 1975 dan Hoover 1977 mengemukakan bahwa wilayah homogen dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal internal uniformity. Contoh wilayah homogen adalah pantai utara Jawa Barat yang merupakan wilayah yang homogen dari segi produksi padi Budiharsono, 2001. 2. Wilayah Nodal Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan daerah belakangnya hinterland. Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Dalam wilayah nodal pertukaran barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut merupakan suatu hal yang mutlak harus ada. Biasanya daerah belakang akan menjual barang-barang mentah dan jasa tenaga kerja kepada daerah inti, sedangkan daerah inti akan menjual ke daerah belakang dalam bentuk barang jadi. Contoh wilayah nodal adalah DKI Jakarta dengan Botabek Bogor, Tanggerang, dan Bekasi, Jakarta yang merupakan daerah inti dan Botabek sebagai daerah belakangnya. 3. Wilayah Administrasi Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti propinsi, kabupaten, kecamatan, desakelurahan, dan RTRW. Dalam kenyataannya, suatu pembangunan seringkali tidak hanya dalam satu kesatuan wilayah administrasi. Sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas batas wilayah administrasi. Sehingga penanganannya memerlukan kerjasama dari satuan wilayah administrasi yang terkait. 4. Wilayah Perencanaan Boudeville dalam Glasson 1978 mendefinisikan wilayah perencanaan sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan- keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai suatu kesatuan Budiharsono, 2001. Klassen juga menyatakan ciri-ciri wilayah perencanaan adalah sebagai berikut: a cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala ekonomi; b mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada; c mempunyai struktur ekonomi yang homogen; d mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan; e menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan; f masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-persoalannya. Salah satu contoh wilayah perencanaan yang ada di Indonesia adalah BALERANG Pulau Batam, P. Rempang, dan P. Galang. Daerah perencanaan tersebut sudah lintas batas wilayah administrasi. Budiharsono, 2001 Klasifikasi wilayah dapat pula dibedakan atas dasar wilayah formal, fungsional, dan perencanaan Hanafiah, 1988 : 1. Wilayah Formal adalah wilayah yang mempunyai beberapa persamaan dalam beberapa kriteria tertentu. 2. Wilayah Fungsional adalah wilayah yang memperlihatkan adanya suatu hubungan fungsional yang saling tergantung dalam kriteria tertentu, terkadang wilayah fungsional diartikan juga sebagai wilayah nodal atau wilayah polaritas yang secara fungsional saling tergantung. 3. Perpaduan wilayah formal dengan wilayah fungsional menciptakan Wilayah Perencanaan. Boudeville dalam Budiharsono 2001 mengemukakan bahwa wilayah perencanaan adalah wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dirancang sedemikian rupa berdasarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut sehingga dapat meningkatkan kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

2.3. Konsep Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi