7. Kadar Abu Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus
Kadar abu merupakan parameter kemurnian produk yang dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral dalam bahan pangan tersebut Winarno,1984.
Kadar abu menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Dari hasil analisa kadar abu permen
tablet pastiles minyak kemukus, kadar abu tertinggi dihasilkan dari perlakuan A3B2, yaitu 0.55 dan kadar abu terendah diperoleh pada
perlakuan A2B2, yaitu 0.39. Histogram kadar abu permen tablet pastiles minyak kemukus dapat dilihat pada Gambar 6.
0.43 0.43 0.43 0.45
0.39 0.42 0.42 0.55
0.43
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
K ada
r a bu
Gambar 6. Histogram kadar abu permen tablet pastiles minyak kemukus Hasil analisis sidik ragam kadar abu Lampiran 8 menunjukkan bahwa
perbandingan sorbitol dan minyak kemukus tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu produk. Nilai kadar abu yang rendah pada permen
tablet pastiles minyak kemukus disebabkan karena sebagian besar bahan yang digunakan dalam formulasi produk adalah bahan organik kecuali
magnesium stearat. Menurut Voigt 1994, Magnesium Stearat merupakan senyawa anorganik, semakin tinggi penggunaan senyawa tersebut akan
menyebabkan peningkatan kadar abu. Pada penelitian ini nilai kadar abu masing-masing perlakuan hampir sama, hal tersebut disebabkan karena
penggunaan maagnesium stearat dalam formulasi jumlahnya sama.
8. Uji Organoleptik Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus
Uji organoleptik merupakan parameter yang penting untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen dan kesukaannya terhadap produk. Uji
organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik dengan panelis sebanyak 30 orang. Penilaian organoleptik yang dilakukan dalam uji hedonik ini,
meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, kesegaran dan penerimaan umum terhadap produk. Skala yang digunakan terdiri dari tujuh tingkat, yaitu
sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka, netral, agak suka, suka, dan sangat suka. Format uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 9. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Karena rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dan uji hedonik
termasuk dalam statistik non parametrik, maka pengujian statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik, yaitu Kruskall-Wallis
dengan uji lanjut multiple comparison.
8.1. Uji Hedonik Terhadap Warna
Warna merupakan kesan pertama yang diperoleh konsumen dari suatu produk pangan. Oleh karena itu, warna memiliki peranan yang penting
dalam menentukan penerimaan konsumen terhadap produk. Menurut Soekarto 1981, warna mempunyai arti dan peranan dalam produk
pangan, yaitu sebagai tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu dan pedoman proses pengolahan.
Berdasarkan uji hedonik dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk berbeda-beda. Permen tablet pastiles
dengan perlakuan perbandingan sorbitol dan minyak kemukus 79:2 A3B3 memperoleh nilai paling tinggi, yaitu 5.17 sedangkan warna
produk yang paling tidak disukai adalah warna produk A2B3 77:2 dengan nilai kesukaan sebesar 4.27. Histogram uji hedonik terhadap warna
permen tablet pastiles minyak kemukus dapat dilihat pada Gambar 7.
4.67 4.77
4.30 4.63
4.97 4.27
5.07 4.40
5.17
1 2
3 4
5 6
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
S k
or ke
sukaa n
Gambar 7. Histogram kesukaan panelis terhadap warna permen tablet pastiles minyak kemukus
Hasil uji Kruskall-Wallis terhadap warna permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 11 menyatakan bahwa formulasi produk
yang berbeda berpengaruh nyata terhadap warna permen tablet yang dihasilkan P0.05.
Uji lanjut menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dari tablet formula pertama, yaitu A1B1 berbeda nyata dengan warna yang
dihasilkan tablet dari formula A3B3. Selain itu, tablet yang dihasilkan dari formula A1B2 berbeda nyata dengan tablet dari formula A1B3, A3B3, dan
A2B3. Perbedaan warna juga terjadi antara tablet yang dihasilkan dari formula A1B3 dengan tablet yang dihasilkan dari formula A2B2, A3B1,
dan A3B3. Warna tablet yang dihasilkan dari formula A2B1 berbeda nyata dengan warna tablet dari formula A3B3. Hal serupa juga terjadi pada
tablet dari formula A2B2 dengan A2B3 dan A3B2.Tablet dari formula A2B3 juga menghasilkan penerimaan warna yang berbeda dengan tablet
yang dihasilkan dari formula A3B1 dan A3B3. Perbedaan warna juga terjadi pada tablet hasil formulasi A3B2 dengan tablet hasil formulasi
A3B1 dan A3B3. Perbedaan warna dapat disebabkan karena peningkatan bahan pengisi
yang digunakan, sehingga warna semakin cerah. Warna merupakan atribut yang pertama kali diterima oleh indra manusia, dan perbedaan warna
meskipun sedikit memberikan efek yang berbeda terhadap penerimaan setiap individu.
8.2. Uji Hedonik Terhadap Aroma
Aroma merupakan hasil rangsangan kimia dari syaraf-syaraf olfaktori yang berada di bagian akhir rongga hidung. Aroma merupakan bau yang
tercium karena sifatnya yang volatil Sletser,1995. Menurut Lachman et al.
1994, aroma merupakan salah satu ciri khas dalam sediaan tablet, karena biasanya setiap sediaan memiliki aroma yang khas. Aroma pada
permen tablet pastiles dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, tetapi aroma yang mendominasi adalah aroma dari minyak atsiri kemukus.
Dari hasil uji hedonik terhadap aroma permen tablet pastiles, dapat diketahui bahwa respon kesukaan dari tiap panelis terhadap aroma produk
hampir sama yaitu dalam rentang nilai 3.4-3.67 atau dapat diartikan antara tidak suka hingga netral. Penilaian yang relatif sama tersebut dikarenakan
aroma yang keluar dari produk didominasi oleh aroma minyak kemukus, yang bersifat volatil. Histogram uji hedonik terhadap aroma permen tablet
pastiles minyak kemukus dapat dilihat pada Gambar 8.
3.67 3.4
3.5 3.4
3.37 3.57
3.53 3.53
3.6
1 2
3 4
5
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
S kor
ke suka
an
Gambar 8. Histogram kesukaan panelis terhadap aroma permen tablet pastiles minyak kemukus
Hasil uji Kruskall-Wallis terhadap aroma permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 13 menyatakan bahwa formulasi produk
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap aroma permen tablet yang dihasilkan P0.05. Hasil tersebut dikarenakan aroma minyak kemukus
relatif mendominasi keseluruhan aroma tablet, sehingga aroma yang tercium sama, yaitu aroma kemukus.
8.3. Uji Hedonik Terhadap Rasa
Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan. Rasa
dimulai melalui tanggapan rangsangan indera pencicip hingga akhirnya terjadi keseluruhan interaksi antara sifat aroma, rasa dan tekstur sebagai
keseluruhan rasa makanan. Pada uji hedonik terhadap rasa dapat diketahui bahwa tingkat penerimaan terhadap rasa produk berbeda-beda. Produk
yang paling disukai adalah produk dari formula A3B1 dengan nilai rata- rata 4.4 sedangkan produk yang mendapatkan penilaian paling kecil
adalah produk yang dihasilkan dari formula A3B3 dengan nilai rata-rata 3.27. Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap rasa permen tablet
pastiles dapat dilihat pada Gambar 9.
4.33 4.1
3.33 3.43
4.1 3.63
4.4 3.8
3.27
1 2
3 4
5 6
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
S k
or kesukaa
n
Gambar 9. Histogram kesukaan panelis terhadap rasa permen tablet pastiles minyak kemukus
Hasil Uji Kruskall-Wallis terhadap rasa produk permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 15 menyatakan bahwa formula produk yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap rasa permen tablet pastiles yang dihasilkan P0.05.
Uji lanjut menunjukkan bahwa permen tablet pastiles yang dihasilkan dari formula pertama yaitu A1B1 menghasilkan rasa yang berbeda nyata
dengan rasa yang dihasilkan permen tablet pastiles dari formula A1B3, A2B1, A2B3, A3B2 dan A3B3. Selain itu, formula kedua yaitu A1B2
juga menghasilkan rasa yang berbeda nyata dengan tablet yang dihasilkan dari formula A1B3, A2B1, dan A3B3. Rasa yang berbeda juga terjadi
antara permen tablet yang dihasilkan dari formula A1B3 dengan permen tablet yang dihasilkan dari formula A2B2 dan A3B1. Perbedaan rasa juga
terjadi pada permen tablet yang dihasilkan dari formula A2B1 dengan tablet dari formula A2B2 dan A3B1. Hal serupa juga terjadi pada permen
tablet dari formula A2B2 dengan A3B3, permen tablet dari formula A3B1 juga memberikan sensasi rasa yang berbeda dengan permen tablet dari
formula A2B3 dan A3B2. Perbedaan rasa juga terjadi pada permen tablet hasil dari formula A3B1 dengan permen tablet hasil dari formula A2B3 ,
A3B2 danA3B3, dan pada permen tablet yang dihasilkan dari formula A3B2 dengan permen tablet hasil formulasi A3B3.
Tingkat kesukaan menunjukkan penurunan dengan meningkatnya konsentrasi penggunaan minyak kemukus. Semakin tinggi konsentrasi
minyak kemukus yang digunakan menyebabkan rasa pahit yang terasa semakin kuat, hal itulah yang menyebabkan terjadinya penurunan
kesukaan terhadap produk.
8.4. Uji Hedonik Terhadap Tekstur
Tekstur dalam suatu bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh kadar air, kadar lemak, protein serta struktur karbohidrat yang dikandungnya.
Menurut Dwivedi 1978, penambahan pemanis dapat mempengaruhi struktur makanan, misalnya meningkatkan kekentalan, menambah bobot
rasa, meningkatkan mouthfeel dan sebagainya. Yang dimaksud dengan tekstur disini adalah sensasi di mulut yang diterima ketika mengkonsumsi
produk. Dari hasil uji hedonik terhadap tekstur produk, diketahui bahwa penerimaan konsumen terhadap tekstur produk hampir sama, yaitu antara
rentang 4.23-4.77, atau dapat dikatakan netral-agak suka. Histogram kesukaan panelis terhadap tekstur permen tablet pastiles minyak kemukus
dapat dilihat pada Gambar 10.
4.57 4.6
4.67 4.47
4.67 4.43
4.77 4.23
4.63
1 2
3 4
5 6
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
Skor kesu kaa
n
Gambar 10. Histogram kesukaan panelis terhadap tekstur permen tablet pastiles minyak kemukus
Hasil Uji Kruskall-Wallis terhadap tekstur permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 17 menyatakan bahwa perbedaan formula
permen tablet tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur permen tablet yang dihasilkan P0.05.
8.5. Uji Hedonik Terhadap Kesegaran
Kesegaran yang dimaksud di sini adalah sensasi dingin mint yang diperoleh ketika mengkonsumsi produk. Pada produk pastiles komersial,
efek menyegarkan dihasilkan karena adanya penambahan peppermint oil. Pada pembuatan permen tablet pastiles ini, tidak dilakukan penambahan
peppermint oil . Sensasi segar yang muncul dikarenakan penggunaan
minyak kemukus. Menurut www.ugm.ac.id di dalam kemukus terdapat senyawa-senyawa yang membantu melonggarkan jalan napas yaitu
kubebin, epikubebin dan dihydrokubebin. Dari hasil uji hedonik terhadap kesegaran produk, diketahui bahwa
penerimaan konsumen terhadap kesegaran produk berbeda-beda, nilai rata- rata tertinggi yaitu 4.47 didapat oleh produk A2B2 dan produk dengan
rata-rata nilai terendah adalah produk dari formula A2B3 yaitu 3.90. Histogram kesukaan panelis terhadap tingkat kesegaran permen tablet
pastiles minyak kemukus dapat dilihat pada Gambar 11.
4.43 4.37 4.20 4.40 4.47 3.90
4.50 4.43 4.17
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
Skor kes
uka an
Gambar 11. Histogram kesukaan panelis terhadap kesegaran permen tablet pastiles minyak kemukus
Hasil Uji Kruskall-Wallis terhadap kesegaran permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 19 menyatakan bahwa formulasi produk
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesegaran permen tablet pastiles yang dihasilkan P0.05.
8.6. Uji Hedonik Terhadap Penerimaan Umum
Penerimaan umum merupakan atribut yang digunakan untuk mengetahui penerimaan panelis secara keseluruhan terhadap tablet pastiles
minyak kemukus, meliputi warna, aroma, rasa, kesegaran, dan tekstur serta penampakan umum suatu tablet. Histogram kesukaan panelis terhadap
penerimaan umum permen tablet pastiles minyak kemukus dapat dilihat pada Gambar 12.
Dari hasil uji hedonik terhadap penerimaan umum produk, dapat diketahui bahwa produk A1B1 dan A3B1 memiliki nilai rata-rata tertinggi
yaitu 4.7, disusul produk A2B2 yaitu 4.37, dan produk dengan nilai rata-rata terendah adalah A1B3 yaitu 3.73.
Hasil Uji Kruskall-Wallis terhadap penerimaan umum permen tablet pastiles minyak kemukus Lampiran 21 menyatakan bahwa formulasi
produk yang berbeda berpengaruh nyata terhadap penerimaan umum produk P0.05.
4.70 4.03
3.73 4.03
4.37 3.80
4.70 4.00
4.10
1 2
3 4
5
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan
Sk or
kesuk aa
n
Gambar 12. Histogram penerimaan umum panelis terhadap permen tablet pastiles minyak kemukus
Dari uji lanjut dapat diketahui bahwa penerimaan umum permen tablet yang dihasilkan dari formula pertama yaitu A1B1 berbeda nyata dengan
tablet dari formula A1B2, A1B3, A2B1, A2B3, A3B2 dan A3B3. Selain itu, penerimaan umum produk pada formula kedua yaitu A1B2 juga
berbeda nyata dengan permen tablet yang dihasilkan dari formula A3B1. Hal tersebut juga terjadi pada produk yang dihasilkan oleh formula A1B3
yang berbeda nyata dengan tablet yang dihasilkan dari formula A2B2 dan A3B1. Perbedaan yang nyata juga terjadi pada permen tablet yang
dihasilkan dari formula A2B1 dengan formula A3B1, dan permen tablet dari formula A2B2 dengan formula A2B3. Permen tablet yang dihasilkan
dari formula A3B1 juga memiliki perbedaan yang cukup nyata terhadap tablet dari formula A3B2 dan A3B3.
9. Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test BSLT
Dalam rangka pengembangan obat tradisional menjadi sediaan fitofarmaka kepastian akan kandungan zat aktif yang berkhasiat
merupakan tuntutan kriteria yang harus dipenuhi. Salah satu uji yang digunakan adalah Brine Shrimp Lethality Test BSLT yaitu pengujian
terhadap ekstrak tanaman dari bagian tumbuhan terhadap larva udang A. salina
Leach Meyer et al., 1982. Metode ini menunjukkan aktivitas farmakologis yang luas. Pemilihan uji toksisitas dengan metode ini
dikarenakan metode ini cukup sederhana, murah akan tetapi efektif digunakan sebagai panduan isolasi senyawa bioaktif.
Menurut Meyer et al. 1982, uji BSTL didasarkan pada bioaktivitas senyawa terhadap larva udang yang tergambarkan dari tingkat mortalitas
larva udang yang digunakan. Senyawa aktif yang memiliki daya toksisitas yang tinggi diketahui berdasarkan nilai lethal concentration 50 LC
50
, yaitu suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat
menyebabkan kematian hewan uji hingga 50. Senyawa kimia berpotensi bioaktif apabila mempunyai nilai lethal concentration 50 LC
50
kurang dari 1000 ppm. Metode ini baik digunakan untuk uji aktivitas bahan
penenang, toksik, insektisida, dan uji aktivitas awal senyawa sitotoksik dan antitumor. Adapun kategori toksisitas bahan dapat dilihat pada Tabel
9. Tabel 9. Kategori sifat toksik bahan
Kategori LC
50
μgl Sangat toksik
30 Toksik 30-1000
Tidak toksik 1000
Sumber : Meyer et al.,1982 Pengujian toksisitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah penggunaan minyak kemukus dalam sediaan tablet pastiles masih memiliki efek farmakologis atau tidak. Pengujian toksisitas dilakukan
pada tiga sampel, yaitu sampel yang memiliki konsentrasi bahan aktif minyak kemukus yang paling tinggi konsentrasi sorbitol 75 dan
minyak kemukus 2, sedang konsentrasi sorbitol 77 dan minyak kemukus 1.5, dan rendah konsentrasi sorbitol 79 dan minyak
kemukus 1 . Pengujian ini dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka, IPB. Dari hasil pengujian diketahui bahwa sampel dengan konsentrasi
sorbitol 75 dan minyak kemukus 2 memiliki nilai LC
50
μgl Lethal concentration
50 1 ppm. Sehingga dapat dikatakan bahwa formula dengan kadar sorbitol 75 dan minyak kemukus 2 merupakan formula
yang aktif dan memungkinkan untuk digunakan sebagai sediaan farmasi
karena masih memiliki kemampuan bioaktif. Sementara itu, sampel dengan konsentrasi bahan aktif sedang Sorbitol 77 dan minyak kemukus
1.5, memiliki nilai LC
50
sebesar 2221.45 pmm dan sampel dengan konsentrasi bahan aktif rendah Sorbitol 79 dan minyak kemukus 1
memiliki nilai LC
50
sebesar 4182.15 ppm. Kedua hasil tersebut nilainya 1000 ppm sehingga dapat dikatakan tidak mempunyai kemampuan
bioaktif.
10. Uji Total Plate Count TPC