I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya kembali ke alam memicu berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan obat pada beberapa dekade terakhir ini. Penelitian
terhadap tumbuhan obat meningkat dalam 20 tahun terakhir. Penelitian tersebut meliputi sumber, penyebaran, cara ekstraksi, isolasi, identifikasi,
farmakologi, biokimia, formulasi dan uji klinik. Penelitian terhadap tumbuhan obat bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan obat
tradisional, meningkatkan mutu simplisia serta identifikasi senyawa bioaktif dan mengembangkannya menjadi sediaan obat yang dapat
dimanfaatkan dalam sistem kesehatan secara formal, baik secara fitofarmaka maupun sebagai sumber senyawa murni.
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Diperkirakan flora Indonesia memiliki 30.000-40.000
spesies tumbuhan berbunga, suatu jumlah yang melebihi keanekaragaman flora dari negara tropika lain di dunia. Dari jumlah tersebut terdapat tidak
kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional Heyne,1987.
Salah satu tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia adalah Kemukus Pipper cubeba Linn. Menurut
Guenther 1952, kemukus Pipper cubeba Linn. merupakan tanaman merambat dan termasuk dalam famili Piperaceae, tanaman ini pertama kali
ditemukan di negara Malaysia. Hingga saat ini, pemanfaatan kemukus di Indonesia sebagai obat baru sebatas pada obat tradisional seperti jamu.
Kemukus memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya sebagai obat radang selaput lendir, obat peradangan urinaria, gonorrhea, dan dapat pula
digunakan untuk mengobati asma. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Fuller 1920, bahwa buah kemukus mengandung senyawa yang berguna
untuk pengobatan selaput lendir dan ekstrak atau oleoresin kemukus telah digunakan secara luas untuk pengobatan gonorrhea, radang selaput lendir
dan tenggorokan, serta peradangan urinaria. Sementara itu, Anonim 1980
berpendapat bahwa Minyak kemukus digunakan juga untuk antiseptik dan dipakai untuk melawan Bacillus thyposus serta virus influenza.
Tablet merupakan sediaan farmasi yang banyak ditemui, relatif stabil, mudah dibawa dan diproduksi, serta lebih aman dari penambahan bahan-
bahan lain tamper. Tablet pastiles merupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang diformulasikan seperti tablet hisap. Menurut Lachman et al.
1976, tablet pastiles diformulasikan dan dibuat seperti tablet hisap compressed-tablet lozenges. Penggunaan jenis tablet ini adalah untuk
memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi
batuk pada influenza. Biasanya tablet hisap mengandung anestetik lokal, antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringent, dan antitusif.
Di Indonesia, pemanfaatan kemukus sebagai bahan pengobatan masih menggunakan teknologi tradisional. Penggunaan teknologi tradisional
dapat menyebabkan kerusakan komponen bioaktif yang terdapat di dalamnya, sehingga khasiatnya berkurang. Selain itu, tidak semua
komponen yang bermanfaat dapat ikut terekstrak. Dengan pengolahan tradisional, nilai tambah dari produk relatif kecil. Pemanfaatan minyak
kemukus sebagai bahan aktif dalam pembuatan tablet pastiles bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan efektifitas pengobatan.
Selain itu, bentuk dan penggunaannya yang praktis dalam bentuk permen tablet pastiles memungkinkan meluasnya penggunaan produk oleh
konsumen, mengingat gaya hidup masyarakat sekarang yang cenderung menghargai kepraktisan sebagai salah satu nilai tambah produk.
B. Tujuan