12. Phellandrene
Phellandrene termasuk senyawa golongan terpen, biasanya tidak berwarna atau sedikit berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam
10-15 bagian alkohol 90, dan dalam 1-3 bagian alkohol 95. Senyawa ini terdapat dalam tanaman lada, memberikan aroma khas lada akan tetapi
tidak memberikan efek pedas Ketaren, 1985. 13.
Limonene Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak kayu putih, dengan rumus
molekul C
10
H
16
, dengan titik didih 175-176°C. Selain itu, senyawa ini terdapat pula dalam minyak anis dan minyak kemukus Ketaren, 1985.
14. Alpha-terpineol
Oksidasi dari senyawa ini dengan larutan kalium permanganat encer akan menghasilkan gliserol dan jika dengan menggunakan asam chromat
akan menghasilkan ketolaktone dengan titik cair 62-63°C dan semicarbazone dengan titk cair 200°C Ketaren,1985.
3. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus
Menurut Guenther 1952, minyak kemukus yang diperoleh dari buah kemukus asli agak sedikit kental dengan bau yang khas dan hangat seperti
camphor, rasanya agak sedikit tajam, berwarna kuning muda hingga cerah kehijau-hijauan.
Sifat fisiko kimia minyak kemukus dipengaruhi oleh umur buah, penanganan pasca panen dan keaslian dari buah kemukus tersebut. Sifat
fisiko kimia minyak kemukus dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan standar mutu minyak kemukus menurut Departemen Perindustrian
dituangkan dalam SII Standar Industri Indonesia nomor 2048 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus Karakteristik
Nilai Resin
Minyak atsiri mlg buah Bobot jenis pada 2525°C
Putaran optik Indeks bias pada 20°C
Bilangan asam Bilangan ester
6.44-8.47 12.5-20
0.911-0.919 -19°42’--46°0’
1.492-1.498 0.35-1.0
1.0-10.7
Clevenger 1938 di dalam Ketaren 1985 Tabel 3. Standar mutu minyak kemukus Indonesia
Karakteristik Syarat
Penampakan Warna
Bau Bobot jenis 85°C 25°C
Indeks bias pada 25°C Putaran optik pada 25°C
Bilangan asam Bilangan ester
Kelarutan dalam etanol 90 Jernih
Kuning pucat sampai hijau kebiru-biruan
Khas 0.906-0.930
1.492-1.5020 -43°C- -12°C
Maks 1.0 2.0-5.6
1:1 jernih 1:2 keruh
Seterusnya keruh
Anonim 1987
4. Kegunaan Kemukus
Menurut Heyne 1987, kemukus dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi radang selaput lendir catarh dan tenggorokan, selain itu dapat
digunakan juga untuk mengobati gonorrhea, disentri, dan penyakit perut. Menurut Burkil 1935, kemukus digunakan dalam pengobatan bronkhitis
dan batuk. Selain itu juga digunakan sebagai bahan diuretic dan antiseptik. Buah kemukus yang digunakan sebagai obat-obatan adalah buah yang
sudah tua tetapi belum masak. Menurut www.pikiran–rakyat.com, biji kemukus mengandung minyak atsiri yang tersusun dari bermacam-macam
alkena seperti dipenten dan kadmen. Akan tetapi, yang terpenting adalah camphor yang menyebabkan bau kapur barus, asam cubebat dan cubebin
sejenis furanol yang menimbulkan rasa pahit. Champor dan kumpulan alkena dalam minyak atsiri itulah yang berkhasiat sebagai antiseptik.
Karena khasiatnya sebagai antiseptik, biji kemukus dipakai untuk mengobati penyakit seperti sakit perut, asma, disentri, gonorrhoea, dan
keputihan. Minyak kemukus dapat dipakai sebagai flavour yang mencirikan
rempah-rempah dan dalam berbagai macam wangi-wangian De Gusman, C.C, 1999. Minyak kemukus digunakan juga untuk antiseptik dan dipakai
untuk melawan Bacillus thyposus serta virus influenza Anonim,1980. Kandungan kimia dalam buah Kemukus antara lain minyak atsiri 5-18
yang berfungsi sebagai ekspektoran Kurniawan, 2005. Sedangkan di Jawa Tengah kemukus digunakan dalam ramuan jamu.
Menurut www.ugm.ac.id, kemukus mengandung senyawa yang membantu melonggarkan pernapasan, antara lain cubebin, epicubebin dan
dihydrocubebin. Cubebin juga berkhasiat sebagai antiradang yang membantu mengatasi masalah penyakit asma
B. PERMEN TABLET PASTILES
Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang paling disukai karena ketepatan ukuran dan dosis yang baik, serta biaya
pembuatan yang rendah karena mudah diproduksi dalam jumlah besar. Selain itu, tablet sangat ringan dan kompak, mudah dikemas dan dikirim,
mudah ditelan, serta memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik Ansel,1989.
Tablet adalah sediaan obat pada takaran tunggal yang dicetak dari serbuk, granula, atau kristal dengan penambahan bahan farmasetika
lainnya dan dicetak menggunakan mesin bertekanan tinggi. Bentuk tablet antara lain silinder, kubus, batang, dan cakram, juga bentuk seperti telur
atau peluru. Panjang garis tengah tablet pada umumnya 5-17mm, dengan bobot 0.1-1 g Lachman et al., 1994.
Tablet pastiles diformulasikan dan dibuat seperti tablet hisap compressed-tablet lozenges. Penggunaan jenis tablet ini adalah untuk
memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi
batuk pada influenza. Biasanya tablet hisap mengandung anestetik lokal,
antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringent, dan antitusif Lachman et al.
, 1994. Salah satu ciri khas sediaan jenis ini adalah rasanya tidak terlalu manis
tetapi segar daun mint. Sifat fisiknya yang padat dan keras menyebabkan sediaan tidak mudah meleleh atau lumer dan tidak lengket Yulistia et al.,
2001. Menurut Lachman et al. 1994, dalam mengembangkan suatu
formulasi sediaan tablet, perlu diperhatikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh produk akhir, yaitu :
1. Produk yang menarik secara fisik.
2. Sanggup menanggung guncangan mekanik selama produksi dan
pengepakan. 3.
Mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.
4. Dapat melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh secara tetap.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kompresi langsung. Granulasi kering
dilakukan terhadap bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan menggunakan metode granulasi basah, misalnya bahan yang memiliki
kepekaan terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. Metode kompresi langsung dilakukan terhadap
bahan yang memiliki kemampuan alir bagus serta memiliki sifat kohesif yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
Lachman et al., 1994. Metode yang sering dipakai adalah granulasi basah, karena dalam
pembuatan tablet biasanya digunakan bahan dengan sifat yang berbeda- beda, sehingga menuntut adanya pencampuran yang sempurna sebelum
pencetakan. Pencampuran yang sempurna paling baik dilakukan dengan bantuan larutan pengikat Ansel, 1989.
Lachman et al. 1994 memaparkan cara pembuatan granula dalam metode granulasi basah adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuat larutan pengikat, bahan pengikat dilarutkan dalam
pelarut yang cocok. Jika semua bahan-bahan yang akan digranulasi bersifat larut dalam cairan, maka cairan yang dipakai adalah air,
etanol-air, isopropanol, atau methanol. Larutan pengikat ditambahkan sesuai kebutuhan, karena pada akhirnya cairan
tersebut akan dihilangkan kembali dikeringkan. 2.
Larutan pengikat ditambahkan ke dalam campuran bahan-bahan lain sehingga serbuk terekat bersama dan terasa seperti tanah yang
lembab. Pembentukan granula dapat dilakukan dengan beberapa cara, cara yang mudah dan sering dipakai adalah granulat guncang.
Bahan yang lembab dilewatkan melalui sebuah ayakan yang digetarkan. Butiran granulat guncang berbentuk seperti peluru atau
ellipsoid, memiliki daya hancur yang lebih besar dari cara pembentukan granula lainnya.
3. Granula kemudian disebar dalam lapisan tipis dan dikeringkan
pada suhu tidak lebih dari 40 °C. Pada umumnya massa yang telah dikeringkan diayak lagi dengan ukuran yang lebih rapat, sehingga
mengalami pengeringan sempurna. Setelah itu, bahan siap untuk dicetak.
Menurut Lachman et al. 1994, faktor-faktor yang berhubungan dengan persiapan dan penyimpanan dari sediaan ini sehubungan dengan
penyatuan obat-obatan dalam pembuatan produk ini antara lain : 1.
Temperatur tinggi, diperlukan untuk menghilangkan air dan menyiapkan tablet dalam sediaan keras.
2. Reaksi bahan dasar tablet dengan obat-obatan, baik dari bahan
dasar itu sendiri maupun dari penambahan rasa dan bahan asam yang mungkin ditambahkan ke dalam formula.
3. Dosis obat-obatan yang diperlukan atau kombinasi dari obat-
obatan dengan jumlah yang cukup tinggi. Hal ini dapat mencegah penggabungan bahan-bahan yang cukup menjadi satu atau dua
tablet karena sifat fisiknya, obat tersebut dapat menghasilkan tablet dengan tekstur permukaan yang kasar ketika dikombinasikan
dengan bahan dasar tablet, dan sekaligus mengurangi daya tarik organoleptik dari produk tersebut.
4. Peralatan pembentuk tablet dan bahan dasar yang sesuai.
Pada pembuatan tablet hisap, selain bahan aktif juga digunakan bahan pembantu yang berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan pelincir.
Tablet yang lain mungkin perlu zat warna, zat perasa, dan pemanis Voigth,1994.
1. Bahan pengisi