Pembuatan Permen Tablet Pastiles Dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus (Pipper cubeba Linn.)

(1)

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Yuari Susanti. F34103055. Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus ( Pipper cubeba Linn.). Di bawah bimbingan Chilwan Pandji dan Suryatmi Retno Dumadi. 2007

ABSTRAK

Kemukus merupakan tanaman merambat dan termasuk dalam famili Piperaceae. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang ada di Indonesia. Masyarakat Jawa Tengah menggunakan kemukus dalam ramuan jamu-jamuan. Menurut Ketaren (1985), kemukus berkhasiat untuk menyembuhkan infeksi pada tenggorokan dan melegakan pernapasan. Burkil (1935) menyatakan bahwa kemukus digunakan dalam pengobatan bronchitis dan batuk. Selain itu juga digunakan sebagai bahan diuretic dan antiseptik. Penggunaan minyak kemukus dalam pembuatan permen tablet pastiles merupakan hal yang tepat karena bahan ini memiliki efek menyegarkan, dan mampu melegakan tenggorokan sesuai dengan fungsi dari sediaan pastiles, yaitu memberikan efek lokal mulut dan tenggorokan.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formula permen tablet pastiles yang terbaik dan mengetahui penerimaan terhadap produk. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi sorbitol (A) dan konsentrasi minyak kemukus (B). Masing-masing faktor terdiri dari tiga taraf, untuk konsentrasi sorbitol (A) adalah 75% (A1), 77% (A2) dan 79% (A3) sedangkan untuk konsentrasi minyak kemukus (B) adalah 1% (B1), 1.5% (B2), dan 2% (B3). Uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dan penerimaan produk antara lain analisa sifat fisik dan kimia (meliputi kekerasan; keregasan; keseragaman bobot; keseragaman ukuran; kadar air; dan kadar abu), uji toksisitas serta uji organoleptik.

Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan uji karakteristik minyak atsiri kemukus, dan penentuan perbandingan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus yang akan digunakan dalam penelitian utama. Dari uji karakteristik minyak atsiri kemukus diperoleh hasil bahwa minyak memiliki indeks bias 1.4905, putaran optik -41°C, bobot jenis 0.9088 (g/cm3), bilangan ester 2.12, bilangan asam 0.313 (mg KOH/g minyak), kelarutan dalam etanol 90% adalah jernih pada 1:1, minyak ini berwarna kuning keemasan dan jernih dengan aroma khas kemukus. Minyak kemukus yang digunakan telah sesuai dengan standar yang berlaku. Hasil penentuan perbandingan sorbitol dan minyak kemukus seperti yang tercantum dalam rancangan percobaan, dimana konsentrasi sorbitol adalah 75%, 77% dan 79%, sementara konsentrasi minyak kemukus adalah 1%, 1.5%, dan 2%. Bahan lain yang digunakan dalam formulasi adalah maltodekstrin (10%), magnesium stearat (4%), kanji/tapioka (5%), pewarna (0.1%), dan aquades. Dalam penelitian utama dilakukan pembuatan produk dan analisa produk secara fisik dan kimia, uji toksisitas serta organoleptik. Dari uji kekerasan dapat diketahui bahwa tablet hasil formula A1B1 memiliki nilai kekerasan tertinggi yaitu 3.25 kg/cm2 sedangkan kekerasan terendah dihasilkan oleh tablet dari formula A3B2 yaitu 1.63 kg/cm2. Nilai keregasan terendah dihasilkan tablet hasil formula A1B1 yaitu 0.92% sedangkan tertinggi adalah 3.99% (A3B1). Dari uji keseragaman bobot dan ukuran semua formula memenuhi syarat yang telah


(3)

ditentukan oleh Depkes RI (1995). Pada uji kadar air produk, dapat diketahui bahwa kadar air cukup tinggi, nilai kadar air tertinggi adalah 9.16 % (A3B3) dan terendah adalah 8.60% (A2B1). Tingginya kadar air produk disebabkan karena pengeringan dilakukan pada suhu rendah dan waktu yang singkat (40°C, 1 jam) dan sifat sorbitol yang higroskopis. Nilai kadar abu produk berada pada kisaran 0.39-0.55%. Uji toksisitas menyatakan bahwa formula yang mempunyai kemampuan bioaktif adalah formula A1B3 (sorbitol 75% : minyak kemukus 2%) karena memiliki nilai LC50 < 1 ppm. Dari uji organoleptik diperoleh hasil bahwa produk yang diminati oleh konsumen adalah produk hasil formula A1B1 (sorbitol 75% : minyak kemukus 1%), A3B1 (sorbitol 79% : minyak kemukus 1%), dan A2B2 (sorbitol 77% : minyak kemukus 1.5%).


(4)

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

Lahir di Purworejo, 7 Januari 1985 Tanggal Lulus : Agustus 2007

Menyetujui , Bogor, Agustus 2007

Drs. Chilwan Pandji, Apt., M.Sc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, M.S. Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1985 dari pasangan Suprapto dan Purwati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Pertiwi Ngadisono, Wonosobo (1990-1991), SDN 1 Ngadisono, Wonosobo (1991-1997), SLTP N 3 Kaliwiro, Wonosobo (1997-2000),dan SMU N 7 Purworejo (2000-2003).

Pada akhir pendidikan SLTA penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2003 penulis menjadi mahasiswa di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa kuliah, penulis bergabung dalam organisasi Kepramukaan IPB, Gabungan Mahasiswa Purworejo (Gamapuri) dan Ikatan Mahasiswa Wonosobo (Ikamanos). Dalam rangka mengembangkan diri penulis mengikuti seminar dan menjadi panitia pada berbagai kegiatan. Pada tahun 2006, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PT. Perkebunan Tambi Wonosobo dengan judul ” Mempelajari Penerapan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management) Teh Hitam”. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ” Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus (Pipper cubeba Linn.) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus (Pipper cubeba Linn.) dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat.

Penelitian dan penyusunan karya ini merupakan suatu hal yang sangat berarti bagi penulis, dan tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Pada kesempatan ini, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Drs. Chilwan Padji, Apt., M.Sc. selaku pembimbing pertama. Terima kasih atas bimbingan, nasehat, dorongan semangat, bantuan dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir Suryatmi Retno Dumadi, M.S, selaku pembimbing kedua. Terimakasih atas kesempatan yang diberikan, arahan, bimbingan dan dorongan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Erliza Noor, selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, kritik yang diberikan kepada penulis guna penyempurnaan penyusunan skripsi.

4. Bapak, Ibu, dek Teguh dan Hesti serta Keluarga Besar Harjdo Suwono atas doa, dorongan semangat, kasih sayang dan semua yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materiil yang sangat berharga bagi penulis.

5. Asri, Mona, dan Adam teman-teman se-PA dan seperjuangan...ayo tetep semangat!!terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suport, dan semuanya..Tetep Semangat ya..

6. Bapak dan ibu laboran di Laboratorium LDIT I, LDIT II, Pengemasan, Teknik Kimia, Pengawasan Mutu, Bioindustri dan segenap staf UPT TIN, serta Staf Laboratorium Agroindustri; BPPT; Serpong.


(8)

7. Temen-temen di Pondok Amanah C, RR, Arum, Nurul (semangat!!!), adek-adek (hotty, micha, rahma, irma dan melita), adik kecilku Pingkan dan Amanah, Bu cia, Kak Uchi, Mba Fai. Terima kasih telah menjadi bagian dalam memori hidupku..terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan.

8. temen-temen terbaikku Ides, Windi, Ana, Dika, Marxue, Endah-Endang, Upe, Luci, Bunda, Anak-anak Tupperware dan semua anak TIN 40 yang tidak dapat disebut satu persatu terima kasih banyak untuk segala kebersamaan, kisah dan cerita, semoga jalinan silaturahhmi diantara kita tetap terjaga.

9. Kakak-kakakku tersayang mba Keke, mba Dian, Mba Inge, Mba Erni. Terimakasih atas dukungan, sharing dan ilmu serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga rahmat Allah SWT selalu bersama kalian.

10. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini, terima kasih atas segala dukunganya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjadi amalan ibadah yang tak terputus.

Bogor, Agustus 2007


(9)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN PENELITIAN... II. TINJAUAN PUSTAKA... A. KEMUKUS... 1. Botani dan Morfologi Tanaman kemukus... 2. Minyak Kemukus... 3. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus... 4. Kegunaan Kemukus... B. PERMEN TABLET PASTILES... 1. Bahan pengisi... 2. Bahan Pengikat... 3. Bahan Pelincir... 4. Bahan Aktif... 5. Bahan Pewarna... III. METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT... B. METODE PENELITIAN... 1. Penelitian Pendahuluan... 2. Penelitian Utama ... C. RANCANGAN PERCOBAAN... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. PENELITIAN PENDAHULUAN... 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus...

i iii v vi vii 1 1 2 3 3 3 4 9 10 11 14 16 16 17 17 18 18 18 18 19 22 24 24 24


(10)

2. Penentuan Perbandingan Sorbitol dan Minyak Kemukus... B. PENELITIAN UTAMA... 1. Analisa Karakteristik Fisik dan KimiaPermen Tablet Pastiles

Minyak Kemukus... 2. Keseragaman Bobot ... 3. Keseragaman Ukuran... 4. Kekerasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 5. Keregasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 6. Kadar Air Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 7. Kadar Abu Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 8. Uji Organoleptik Permen Tablet pastiles Minyak Kemukus... 9. Uji Toksisitas Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 10. Uji Total Plate Count (TPC)... V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

25 28

28 30 30 31 32 33 35 36 43 45 46 46 46 47 50


(11)

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Yuari Susanti. F34103055. Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus ( Pipper cubeba Linn.). Di bawah bimbingan Chilwan Pandji dan Suryatmi Retno Dumadi. 2007

ABSTRAK

Kemukus merupakan tanaman merambat dan termasuk dalam famili Piperaceae. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang ada di Indonesia. Masyarakat Jawa Tengah menggunakan kemukus dalam ramuan jamu-jamuan. Menurut Ketaren (1985), kemukus berkhasiat untuk menyembuhkan infeksi pada tenggorokan dan melegakan pernapasan. Burkil (1935) menyatakan bahwa kemukus digunakan dalam pengobatan bronchitis dan batuk. Selain itu juga digunakan sebagai bahan diuretic dan antiseptik. Penggunaan minyak kemukus dalam pembuatan permen tablet pastiles merupakan hal yang tepat karena bahan ini memiliki efek menyegarkan, dan mampu melegakan tenggorokan sesuai dengan fungsi dari sediaan pastiles, yaitu memberikan efek lokal mulut dan tenggorokan.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formula permen tablet pastiles yang terbaik dan mengetahui penerimaan terhadap produk. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi sorbitol (A) dan konsentrasi minyak kemukus (B). Masing-masing faktor terdiri dari tiga taraf, untuk konsentrasi sorbitol (A) adalah 75% (A1), 77% (A2) dan 79% (A3) sedangkan untuk konsentrasi minyak kemukus (B) adalah 1% (B1), 1.5% (B2), dan 2% (B3). Uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dan penerimaan produk antara lain analisa sifat fisik dan kimia (meliputi kekerasan; keregasan; keseragaman bobot; keseragaman ukuran; kadar air; dan kadar abu), uji toksisitas serta uji organoleptik.

Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan uji karakteristik minyak atsiri kemukus, dan penentuan perbandingan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus yang akan digunakan dalam penelitian utama. Dari uji karakteristik minyak atsiri kemukus diperoleh hasil bahwa minyak memiliki indeks bias 1.4905, putaran optik -41°C, bobot jenis 0.9088 (g/cm3), bilangan ester 2.12, bilangan asam 0.313 (mg KOH/g minyak), kelarutan dalam etanol 90% adalah jernih pada 1:1, minyak ini berwarna kuning keemasan dan jernih dengan aroma khas kemukus. Minyak kemukus yang digunakan telah sesuai dengan standar yang berlaku. Hasil penentuan perbandingan sorbitol dan minyak kemukus seperti yang tercantum dalam rancangan percobaan, dimana konsentrasi sorbitol adalah 75%, 77% dan 79%, sementara konsentrasi minyak kemukus adalah 1%, 1.5%, dan 2%. Bahan lain yang digunakan dalam formulasi adalah maltodekstrin (10%), magnesium stearat (4%), kanji/tapioka (5%), pewarna (0.1%), dan aquades. Dalam penelitian utama dilakukan pembuatan produk dan analisa produk secara fisik dan kimia, uji toksisitas serta organoleptik. Dari uji kekerasan dapat diketahui bahwa tablet hasil formula A1B1 memiliki nilai kekerasan tertinggi yaitu 3.25 kg/cm2 sedangkan kekerasan terendah dihasilkan oleh tablet dari formula A3B2 yaitu 1.63 kg/cm2. Nilai keregasan terendah dihasilkan tablet hasil formula A1B1 yaitu 0.92% sedangkan tertinggi adalah 3.99% (A3B1). Dari uji keseragaman bobot dan ukuran semua formula memenuhi syarat yang telah


(13)

ditentukan oleh Depkes RI (1995). Pada uji kadar air produk, dapat diketahui bahwa kadar air cukup tinggi, nilai kadar air tertinggi adalah 9.16 % (A3B3) dan terendah adalah 8.60% (A2B1). Tingginya kadar air produk disebabkan karena pengeringan dilakukan pada suhu rendah dan waktu yang singkat (40°C, 1 jam) dan sifat sorbitol yang higroskopis. Nilai kadar abu produk berada pada kisaran 0.39-0.55%. Uji toksisitas menyatakan bahwa formula yang mempunyai kemampuan bioaktif adalah formula A1B3 (sorbitol 75% : minyak kemukus 2%) karena memiliki nilai LC50 < 1 ppm. Dari uji organoleptik diperoleh hasil bahwa produk yang diminati oleh konsumen adalah produk hasil formula A1B1 (sorbitol 75% : minyak kemukus 1%), A3B1 (sorbitol 79% : minyak kemukus 1%), dan A2B2 (sorbitol 77% : minyak kemukus 1.5%).


(14)

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PEMBUATAN PERMEN TABLET PASTILES DENGAN BAHAN AKTIF MINYAK KEMUKUS (Pipper cubeba Linn.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : YUARI SUSANTI

F34103055

Lahir di Purworejo, 7 Januari 1985 Tanggal Lulus : Agustus 2007

Menyetujui , Bogor, Agustus 2007

Drs. Chilwan Pandji, Apt., M.Sc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, M.S. Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1985 dari pasangan Suprapto dan Purwati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Pertiwi Ngadisono, Wonosobo (1990-1991), SDN 1 Ngadisono, Wonosobo (1991-1997), SLTP N 3 Kaliwiro, Wonosobo (1997-2000),dan SMU N 7 Purworejo (2000-2003).

Pada akhir pendidikan SLTA penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2003 penulis menjadi mahasiswa di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa kuliah, penulis bergabung dalam organisasi Kepramukaan IPB, Gabungan Mahasiswa Purworejo (Gamapuri) dan Ikatan Mahasiswa Wonosobo (Ikamanos). Dalam rangka mengembangkan diri penulis mengikuti seminar dan menjadi panitia pada berbagai kegiatan. Pada tahun 2006, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PT. Perkebunan Tambi Wonosobo dengan judul ” Mempelajari Penerapan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management) Teh Hitam”. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ” Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus (Pipper cubeba Linn.) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta.


(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Pembuatan Permen Tablet Pastiles dengan Bahan Aktif Minyak Kemukus (Pipper cubeba Linn.) dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat.

Penelitian dan penyusunan karya ini merupakan suatu hal yang sangat berarti bagi penulis, dan tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Pada kesempatan ini, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Drs. Chilwan Padji, Apt., M.Sc. selaku pembimbing pertama. Terima kasih atas bimbingan, nasehat, dorongan semangat, bantuan dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir Suryatmi Retno Dumadi, M.S, selaku pembimbing kedua. Terimakasih atas kesempatan yang diberikan, arahan, bimbingan dan dorongan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Erliza Noor, selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, kritik yang diberikan kepada penulis guna penyempurnaan penyusunan skripsi.

4. Bapak, Ibu, dek Teguh dan Hesti serta Keluarga Besar Harjdo Suwono atas doa, dorongan semangat, kasih sayang dan semua yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materiil yang sangat berharga bagi penulis.

5. Asri, Mona, dan Adam teman-teman se-PA dan seperjuangan...ayo tetep semangat!!terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suport, dan semuanya..Tetep Semangat ya..

6. Bapak dan ibu laboran di Laboratorium LDIT I, LDIT II, Pengemasan, Teknik Kimia, Pengawasan Mutu, Bioindustri dan segenap staf UPT TIN, serta Staf Laboratorium Agroindustri; BPPT; Serpong.


(18)

7. Temen-temen di Pondok Amanah C, RR, Arum, Nurul (semangat!!!), adek-adek (hotty, micha, rahma, irma dan melita), adik kecilku Pingkan dan Amanah, Bu cia, Kak Uchi, Mba Fai. Terima kasih telah menjadi bagian dalam memori hidupku..terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan.

8. temen-temen terbaikku Ides, Windi, Ana, Dika, Marxue, Endah-Endang, Upe, Luci, Bunda, Anak-anak Tupperware dan semua anak TIN 40 yang tidak dapat disebut satu persatu terima kasih banyak untuk segala kebersamaan, kisah dan cerita, semoga jalinan silaturahhmi diantara kita tetap terjaga.

9. Kakak-kakakku tersayang mba Keke, mba Dian, Mba Inge, Mba Erni. Terimakasih atas dukungan, sharing dan ilmu serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga rahmat Allah SWT selalu bersama kalian.

10. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini, terima kasih atas segala dukunganya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjadi amalan ibadah yang tak terputus.

Bogor, Agustus 2007


(19)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN PENELITIAN... II. TINJAUAN PUSTAKA... A. KEMUKUS... 1. Botani dan Morfologi Tanaman kemukus... 2. Minyak Kemukus... 3. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus... 4. Kegunaan Kemukus... B. PERMEN TABLET PASTILES... 1. Bahan pengisi... 2. Bahan Pengikat... 3. Bahan Pelincir... 4. Bahan Aktif... 5. Bahan Pewarna... III. METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT... B. METODE PENELITIAN... 1. Penelitian Pendahuluan... 2. Penelitian Utama ... C. RANCANGAN PERCOBAAN... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. PENELITIAN PENDAHULUAN... 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus...

i iii v vi vii 1 1 2 3 3 3 4 9 10 11 14 16 16 17 17 18 18 18 18 19 22 24 24 24


(20)

2. Penentuan Perbandingan Sorbitol dan Minyak Kemukus... B. PENELITIAN UTAMA... 1. Analisa Karakteristik Fisik dan KimiaPermen Tablet Pastiles

Minyak Kemukus... 2. Keseragaman Bobot ... 3. Keseragaman Ukuran... 4. Kekerasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 5. Keregasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 6. Kadar Air Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 7. Kadar Abu Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 8. Uji Organoleptik Permen Tablet pastiles Minyak Kemukus... 9. Uji Toksisitas Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus... 10. Uji Total Plate Count (TPC)... V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

25 28

28 30 30 31 32 33 35 36 43 45 46 46 46 47 50


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi kimia minyak kemukus... Tabel 2. Sifat fisiko kimia minyak kemukus... Tabel 3. Standar mutu minyak kemukus indonesia... Tabel 4. Hasil analisa sifat fisiko kimia minyak kemukus... Tabel 5. Hasil uji rasa terhadap berbagai konsentrasi minyak kemukus... Tabel 6. Formulasi permen tablet pastiles minyak kemukus... Tabel 7. Formulasi permen tablet pastiles minyak kemukus (gram)... Tabel 8. Karakteristik fisik permen tablet pastiles minyak kemukus... Tabel 9. Kategori sifat toksik bahan... Tabel 10. Persentase penyimpangan bobot rata-rata table menurut Farmakope Indonesia III...

5 10 10 24 26 27 27 29 44


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan tablet pastiles minyak kemukus.... Gambar 2. Permen tablet pastiles minyak kemukus hasil formulasi... Gambar 3. Histogram uji kekerasan permen tablet pastiles minyak kemukus.. Gambar 4. Histogram keregasan permen tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 5. Histogram kadar air permen tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 6. Histogram kadar abu permen tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 7. Histogram kesukaan panelis terhadap warna permen tablet

pastiles minyak kemukus... Gambar 8. Histogram kesukaan panelis terhadap aroma permen

tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 9. Histogram kesukaan panelis terhadap rasa permen tablet pastiles

minyak kemukus... Gambar 10. Histogram kesukaan panelis terhadap tekstur permen

tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 11. Histogram kesukaan panelis terhadap kesegaran permen tablet pastiles minyak kemukus... Gambar 12. Histogram penerimaan umum panelis terhadap permen tablet pastiles minyak kemukus...

20 29 32 33 34 35

37

38

39

41

42


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Bahan dan alat pembuatan tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 2. Prosedur analisis... Lampiran 3. Hasil penelitian keseragaman bobot permen tablet pastiles

minyak kemukus... Lampiran 4. Hasil penelitian keseragaman ukuran permen tablet

pastiles minyak kemukus... Lampiran 5. Hasil penelitian kekerasan permen tablet pastiles minyak

kemukus... Lampiran 6. Hasil penelitian keregasan permen tablet pastiles

minyak kemukus... Lampiran 7. Hasil penelitian kadar air permen tablet pastiles

minyak kemukus... Lampiran 8. Hasil penelitian kadar abu permen tablet pastiles minyak Kemukus... Lampiran 9. Lembar kuesioner uji hedonik dan kode sampel... Lampiran 10. Hasil uji organoleptik terhadap warna permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 11. Analisis Kruskal-Wallis warna permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 12. Hasil uji organoleptik terhadap aroma permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 13. Analisis Kruskal-Wallis aroma permen tablet pastiles minyak kemukus...

Lampiran 14. Hasil uji organoleptik terhadap rasa permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 15. Analisis Kruskal-Wallis rasa permen tablet pastiles minyak

kemukus... Lampiran 16. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur permen tablet pastiles

minyak kemukus... 50 51 54 55 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68


(24)

Lampiran 17. Analisis Kruskal-Wallis tekstur permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 18. Hasil uji organoleptik terhadap kesegaran permen tablet

pastiles minyak kemukus... Lampiran 19. Analisis Kruskal-Wallis kesegaran permen tablet pastiles

minyak kemukus... Lampiran 20. Hasil uji organoleptik terhadap penerimaan umum permen

tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 21. Analisis Kruskal-Wallis penerimaan umum permen tablet

pastiles minyak kemukus... Lampiran 22. Hasil Uji toksisitas permen tablet pastiles minyak kemukus... Lampiran 23. Hasil GCMS minyak kemukus...

69

70

71

72

73 74 75


(25)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya kembali ke alam memicu berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan obat pada beberapa dekade terakhir ini. Penelitian terhadap tumbuhan obat meningkat dalam 20 tahun terakhir. Penelitian tersebut meliputi sumber, penyebaran, cara ekstraksi, isolasi, identifikasi, farmakologi, biokimia, formulasi dan uji klinik. Penelitian terhadap tumbuhan obat bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan obat tradisional, meningkatkan mutu simplisia serta identifikasi senyawa bioaktif dan mengembangkannya menjadi sediaan obat yang dapat dimanfaatkan dalam sistem kesehatan secara formal, baik secara fitofarmaka maupun sebagai sumber senyawa murni.

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Diperkirakan flora Indonesia memiliki 30.000-40.000 spesies tumbuhan berbunga, suatu jumlah yang melebihi keanekaragaman flora dari negara tropika lain di dunia. Dari jumlah tersebut terdapat tidak kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional (Heyne,1987).

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia adalah Kemukus (Pipper cubeba Linn). Menurut Guenther (1952), kemukus (Pipper cubeba Linn.) merupakan tanaman merambat dan termasuk dalam famili Piperaceae, tanaman ini pertama kali ditemukan di negara Malaysia. Hingga saat ini, pemanfaatan kemukus di Indonesia sebagai obat baru sebatas pada obat tradisional seperti jamu.

Kemukus memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya sebagai obat radang selaput lendir, obat peradangan urinaria, gonorrhea, dan dapat pula digunakan untuk mengobati asma. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Fuller (1920), bahwa buah kemukus mengandung senyawa yang berguna untuk pengobatan selaput lendir dan ekstrak atau oleoresin kemukus telah digunakan secara luas untuk pengobatan gonorrhea, radang selaput lendir dan tenggorokan, serta peradangan urinaria. Sementara itu, Anonim (1980)


(26)

berpendapat bahwa Minyak kemukus digunakan juga untuk antiseptik dan dipakai untuk melawan Bacillus thyposus serta virus influenza.

Tablet merupakan sediaan farmasi yang banyak ditemui, relatif stabil, mudah dibawa dan diproduksi, serta lebih aman dari penambahan bahan-bahan lain (tamper). Tablet pastiles merupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang diformulasikan seperti tablet hisap. Menurut Lachman et al. (1976), tablet pastiles diformulasikan dan dibuat seperti tablet hisap (compressed-tablet lozenges). Penggunaan jenis tablet ini adalah untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza. Biasanya tablet hisap mengandung anestetik lokal, antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringent, dan antitusif.

Di Indonesia, pemanfaatan kemukus sebagai bahan pengobatan masih menggunakan teknologi tradisional. Penggunaan teknologi tradisional dapat menyebabkan kerusakan komponen bioaktif yang terdapat di dalamnya, sehingga khasiatnya berkurang. Selain itu, tidak semua komponen yang bermanfaat dapat ikut terekstrak. Dengan pengolahan tradisional, nilai tambah dari produk relatif kecil. Pemanfaatan minyak kemukus sebagai bahan aktif dalam pembuatan tablet pastiles bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan efektifitas pengobatan. Selain itu, bentuk dan penggunaannya yang praktis (dalam bentuk permen tablet pastiles) memungkinkan meluasnya penggunaan produk oleh konsumen, mengingat gaya hidup masyarakat sekarang yang cenderung menghargai kepraktisan sebagai salah satu nilai tambah produk.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi permen tablet pastiles dengan bahan aktif minyak kemukus (Pipper cubeba Linn) yang terbaik serta mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEMUKUS

1. Botani dan Morfologi Tanaman Kemukus (Pipper cubeba Linn.) Kemukus (Pipper cubeba Linn.) merupakan tanaman merambat dan termasuk dalam famili Piperaceae. Tanaman ini pertama kali ditemukan berasal dari negara Malaysia. Di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah, misalnya di daerah Jawa Tengah disebut kemukus atau temukus, di daerah Sunda dikenal dengan nama rinu atau sahang gunung, di Madura dikenal dengan nama kemokos, dan di Makassar dikenal dengan nama pamukusu (Guenther, 1952).

Buah kemukus mirip dengan buah lada, perbedaannya adalah pada bagian ujung buah kemukus terdapat bagian yang menyerupai ekor sehingga biasanya disebut dengan tailed pepper (Guenther, 1952).

Buah kemukus berbentuk bulat dengan diameter 3-6 mm, tetapi ada pula yang berbentuk agak lancip dengan ukuran panjang 7 mm. Buah kemukus akan berwarna jingga ketika masak, dengan ketebalan kulit buah ± 0.3 mm dan memiliki perikarp (dinding buah) berbentuk jala. Jika tanaman kemukus akan berbuah, pada ujung batang akan terdapat tiga buah stigma (kepala putik) dengan salah satu stigma akan memanjang dan berbentuk lancip. Kemudian, pada stigma tersebut akan terbentuk batang– batang kecil dengan panjang ± 4 mm, sebagai tempat menopang buah kemukus (Anonim, 1980). Tanaman kemukus asli merupakan tanaman merambat dengan ketinggian ± 15 m (Heyne, 1987).

Kemukus mulai dapat dipanen setelah berumur 1.5-2 tahun. Dalam satu tahun hanya mengalami satu kali masa panen yang berlangsung selama 2-3 bulan, yaitu sekitar bulan April, Mei, dan Juni (Ketaren, 1985).

Selain buah kemukus asli (Piper cubeba Linn.), dikenal juga buah kemukus semu (false cubeb) yang digunakan sebagai bahan pencampur/pemalsu pada perdagangan kemukus asli. Menurut Heyne (1987), buah kemukus semu dapat dibedakan dengan buah kemukus asli dengan cara meneteskan larutan H2SO4 pada hancuran buah kemukus, jika


(28)

menghasilkan warna merah crimson (merah padam), maka buah kemukus tersebut adalah buah kemukus asli dan jika berwarna kuning, maka buah kemukus tersebut adalah buah kemukus semu.

Dari setiap pohon yang sudah cukup tua dapat dihasilkan ± 10 kg buah kemukus segar dan bila dikeringkan akan menjadi ± 4 kg buah kemukus kering per tahun (Guenther, 1952).

Kadar minyak atsiri dari buah kemukus menurut Heyne (1987) adalah 10-18%, sedangkan menurut Guenther (1952), kadar minyak atsiri buah kemukus sebesar 12.5-20%.

2. Minyak Kemukus

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai senyawa kimia dengan air. Minyak atsiri atau minyak terbang (essensial oil) adalah minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pugent taste), berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri dalam industri digunakan dalam pembuatan kosmetik, parfum, obat-obatan, dan sebagai flavouring agent dalam bahan baku makanan dan minuman. Di Indonesia terdapat berbagai jenis minyak atsiri, namun hanya beberapa jenis saja yang sudah digunakan secara komersial, yaitu minyak sereh wangi, nilam, kenanga, jahe, dan kemukus (Ketaren, 1985).

Minyak kemukus mengandung terpen, baik monoterpen maupun seskuiterpen serta cubeb camphor (persenyawaan camphor dalam kemukus). Senyawa cubeb camphor yang terdapat dalam minyak kemukus adalah seskuiterpen hidrat (C15H24H2O). Minyak kemukus mengandung terpen (pinen), diterpen dan l-kadinen (Ketaren, 1985).

Menurut www.essentialoil.in, minyak kemukus terdiri dari monoterpen (sabinen 50%, carene, α-thujene, 1,4-cineol, 1,8-cineol, pinen dan terpineol) serta sesquiterpen (copaene, α- and β-cubebin, -cadinen, caryophyllen, germacrene, cubebol). Rasa getir (pugent taste) yang


(29)

terdapat pada minyak disebabkan oleh cubebin dan beberapa komponen sejenis seperti hinokinin, clusin, dihydroclusin, dan dihydrocubebin. Komposisi kimia minyak kemukus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Minyak Kemukus

% Komponen % Komponen % Komponen 1.67 Allo- Aromaden

drene

Trac e

Elemicin Trace Myrtenol

1.39 (E)- Asarone 0.39 (E) iso-

Elemicin 1.45 (E) Nerolidol

0.37 Bisabolol 0.32 Elemol 0.07 (E)- Beta-

Ocimene

Trace Delta- Cadinene Trace Alpha -

Farnesene 0.81 (Z)- Beta-

Ocimene

Trace Calamenene trace Farnesol 0.58 Alpha- Phellandrene

0.04 Camphor 2.89 germacrene D

0.76 Beta- Phellandrene

Trace Carvone Germacene

D-4-ol

5.44 Alpha- Pinene

1.69 Beta Caryophillene 1.76 Globulol 28.09 Sabinene

4.01 Alpha -

Copaenne 0.06 Guaiol Trace (E)- Sabinene hydrate 1.65 Alpha

-

Cubebene 0.45 Alpha -

Humulene 2.73 (Z)- Sabinene hydrate 4.39 Beta- Cubebene 0.20 Ledol 0.08 Safrole 15.18 Cubebol 4.41 Limonene Trace spathulenol

0.56 Cubenol 3.22 Linalool 2.69 Terpinen 4-ol 0.01 Cuminalde hide Trace Methyl isoeugenol 1.14 Gamma - Terpinen Trace Gam ma-

Curcumene 0.62 Alpha -

Muurolene 0.30 alpha- terpineol

0.59 Para- Cymene 4.20 Gam ma-

Muurolene 0.31 Terpinolene

0.16 dilapiole 1.15 myrcene 0.07 alpha ylangene 0.10 Delta- elemen Trace Myristicin


(30)

Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam minyak kemukus antara lain :

1. Sabinen (C10H16)

Menurut Guenther (1952), sabinen merupakan senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (dextrorotatory) dan ke kiri (levorotatory). Sabinen merupakan komponen utama dalam minyak kemukus, yaitu sekitar 33%. Bobot molekul sabinen seperti yang dikutip dari www.mdidea.com adalah 136.234 g/mol. Kegunaan senyawa ini tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan minyak lada sintetik (Guenther,1952).

2. Cubebin (C10H10O3)

Menurut Merck Index (1996), bobot molekul cubebin adalah 356.38 dengan nilai melting point 131-132°C, dan larut dalam alkohol, kloroform, dan eter. Cubebin merupakan senyawa berbentuk kristal (www.wikipedia.com).

Seperti yang dikutip dari www.pikiran–rakyat.com, cubebin merupakan sejenis furanol yang memberikan rasa pahit. Dalam www.ugm.ac.id, cubebin memberikan rasa pahit, dapat melonggarkan pernapasan dan dapat digunakan sebagai zat antiradang untuk penderita asma.

3. Camphor

Camphor yang terdapat dalam minyak kemukus memiliki struktur yang berbeda dengan camphor lainnya. Camphor yang dihasilkan dari Cinnamomum camphora memiliki struktur C10H16O (Merck Index,1996), sedangkan camphor terdapat dalam minyak kemukus memiliki rumus struktur C15H25OH (www.henriettesherbal.com).

Camphor adalah seskuiterpen alkohol dengan bentuk kristal, merupakan turunan dari seskuiterpen dengan cara oksidasi. Bersifat levorotatory, dengan melting point 65°C (www.henriettesherbal.com).

Seperti yang dikutip dalam www.pikiran-rakyat.com, camphor merupakan senyawa yang berbau seperti kapus barus. Camphor dan


(31)

senyawa dengan gugus alkena yang terdapat dalam minyak kemukus merupakan zat yang berkhasiat sebagai antiseptik.

4. Cubebol.

Cubebol merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam minyak kemukus, yang memberikan sensasi dingin dan segar. Cubebol banyak digunakan sebagai bahan pemberi rasa segar pada berbagai produk seperti pasta gigi, permen karet, minuman dan lain sebagainya (www.wikipedia.com).

5. Kadinen (C15H24)

Kadinen merupakan senyawa seskuiterpen yang banyak terdapat dalam minyak atsiri. Senyawa ini mempunyai dua isomer yaitu d-kadonen dan l -kadinen. Senyawa d-kadinen banyak terdapat dalam minyak atlas Cedarwood, minyak cendana dan minyak juniper, sedangkan senyawa l -kadinen banyak terdapat dalam minyak cade, minyak cypress dan minyak kemukus.

Senyawa ini memiliki beberapa sifat fisik, antara lain bobot jenis (20°C) adalah 0.918, indeks bias (20°C) sebesar 1.508, dan putaran optik -125°12’ (Guenther, 1952).

6. Farnesol

Selain dalam minyak kemukus, senyawa farnesol juga terdapat dalam minyak adas, dan termasuk dalam golongan senyawa hidrokarbon. Farnesol sering juga disebut feniculin (p-anol phenil eter). Komponen ini memiliki titik beku 21.5°C dan dengan pemanasan hingga suhu 260°C akan terurai menjadi p-phenil phenol yang memiliki titik cair 41°C (Ketaren, 1985).

7. Safrol

Safrol merupakan salah satu komponen minyak atsiri yang terdapat dalam minyak kemukus. Selain itu juga terdapat dalam minyak adas dan minyak pala. Dalam minyak pala konsentrasi safrol mencapai 0.6% (Guenther, 1952). Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa hidrokarbon. Oksidasi dari safrol oleh kalium permanganate menghasilkan senyawa piperonal (heliotropin) dengan titik cair 35-36°C (Ketaren, 1985).


(32)

8. Alpha-pinene (C10H16)

Senyawa ini merupakan senyawa tidak berwarna dengan bobot molekul 136.24, bersifat labil, dengan bobot jenis 8.86, dan titik didih 157°C. Alpha pinene larut dalam alkohol, propilen, glikol, dan gliserin. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak pala, minyak adas, minyak kayu putih, minyak anis, dan minyak kemukus. Di Eropa, persenyawaan ini digunakan sebagai flavouring agent pada bahan pangan dengan dosis 15-50 ppm, selain itu digunakan pula sebagai bahan pembuatan terpineol (Ketaren, 1985).

9. Miristisin (C11H22O3)

Persenyawaan miristisin berwarna kuning pucat, dengan rumus molekul C11H12O3, memiliki titik didih 250°C, dengan bobot jenis 1.14, dan sukar larut dalam air. Miristin bersifat racun dan berbahaya bagi susunan syaraf pusat. Miristin dapat bersifat membius dan biasa diformulasikan dalam obat-obatan tertentu. Selain dalam minyak kemukus, miristin banyak terdapat dalam minyak pala, oleh karena itu minyak pala dapat memberikan efek bius, selain itu penggunaan dalam jumlah besar dapat menyebabkan degradasi hati (Ketaren, 1985).

10. Caryophyllene (C15H24).

Caryophyllene merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam minyak cengkeh (5-12%), dalam minyak kemukus, persentase caryophyllene hanya sedikit. Senyawa ini dapat dipisahkan dari minyak dengan menambahkan larutan soda 70%, kemudian diekstraksi dengan ester dan selanjutnya diuapkan di atas penangas air (Ketaren, 1985).

11. Linalool

Senyawa ini terdapat dalam minyak mawar dalam bentul l-linalool dengna jumlah yang sedikit, sedangkan dalam minyak melati dalam bentuk d-linalool dengan persentase 15.5%. Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan sitral (persenyawaan asam naphtho-cinchoninat) dengan titik cair sekitar 177-199°C (Ketaren, 1985).


(33)

12. Phellandrene

Phellandrene termasuk senyawa golongan terpen, biasanya tidak berwarna atau sedikit berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam 10-15 bagian alkohol 90%, dan dalam 1-3 bagian alkohol 95%. Senyawa ini terdapat dalam tanaman lada, memberikan aroma khas lada akan tetapi tidak memberikan efek pedas (Ketaren, 1985).

13. Limonene

Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak kayu putih, dengan rumus molekul C10H16, dengan titik didih 175-176°C. Selain itu, senyawa ini terdapat pula dalam minyak anis dan minyak kemukus (Ketaren, 1985).

14. Alpha-terpineol

Oksidasi dari senyawa ini dengan larutan kalium permanganat encer akan menghasilkan gliserol dan jika dengan menggunakan asam chromat akan menghasilkan ketolaktone dengan titik cair 62-63°C dan semicarbazone dengan titk cair 200°C (Ketaren,1985).

3. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus

Menurut Guenther (1952), minyak kemukus yang diperoleh dari buah kemukus asli agak sedikit kental dengan bau yang khas dan hangat seperti camphor, rasanya agak sedikit tajam, berwarna kuning muda hingga cerah kehijau-hijauan.

Sifat fisiko kimia minyak kemukus dipengaruhi oleh umur buah, penanganan pasca panen dan keaslian dari buah kemukus tersebut. Sifat fisiko kimia minyak kemukus dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan standar mutu minyak kemukus menurut Departemen Perindustrian dituangkan dalam SII (Standar Industri Indonesia) nomor 2048 dapat dilihat pada Tabel 3.


(34)

Tabel 2. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kemukus Karakteristik Nilai Resin

Minyak atsiri (ml/g buah) Bobot jenis pada 25/25°C Putaran optik

Indeks bias pada 20°C Bilangan asam Bilangan ester 6.44-8.47% 12.5-20 0.911-0.919 (-19°42’)-(-46°0’) 1.492-1.498 0.35-1.0 1.0-10.7 Clevenger (1938) di dalam Ketaren (1985)

Tabel 3. Standar mutu minyak kemukus Indonesia Karakteristik Syarat Penampakan

Warna

Bau

Bobot jenis (85°C /25°C) Indeks bias pada 25°C Putaran optik pada 25°C Bilangan asam

Bilangan ester

Kelarutan dalam etanol 90%

Jernih

Kuning pucat sampai hijau kebiru-biruan Khas 0.906-0.930 1.492-1.5020 (-43°C)-( -12°C) Maks 1.0 2.0-5.6 1:1 jernih 1:2 keruh Seterusnya keruh Anonim (1987)

4. Kegunaan Kemukus

Menurut Heyne (1987), kemukus dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi radang selaput lendir (catarh) dan tenggorokan, selain itu dapat digunakan juga untuk mengobati gonorrhea, disentri, dan penyakit perut. Menurut Burkil (1935), kemukus digunakan dalam pengobatan bronkhitis dan batuk. Selain itu juga digunakan sebagai bahan diuretic dan antiseptik.

Buah kemukus yang digunakan sebagai obat-obatan adalah buah yang sudah tua tetapi belum masak. Menurut www.pikiran–rakyat.com, biji kemukus mengandung minyak atsiri yang tersusun dari bermacam-macam alkena seperti dipenten dan kadmen. Akan tetapi, yang terpenting adalah camphor (yang menyebabkan bau kapur barus), asam cubebat dan cubebin (sejenis furanol) yang menimbulkan rasa pahit. Champor dan kumpulan alkena dalam minyak atsiri itulah yang berkhasiat sebagai antiseptik.


(35)

Karena khasiatnya sebagai antiseptik, biji kemukus dipakai untuk mengobati penyakit seperti sakit perut, asma, disentri, gonorrhoea, dan keputihan.

Minyak kemukus dapat dipakai sebagai flavour yang mencirikan rempah-rempah dan dalam berbagai macam wangi-wangian (De Gusman, C.C, 1999). Minyak kemukus digunakan juga untuk antiseptik dan dipakai untuk melawan Bacillus thyposus serta virus influenza (Anonim,1980). Kandungan kimia dalam buah Kemukus antara lain minyak atsiri 5-18% yang berfungsi sebagai ekspektoran (Kurniawan, 2005). Sedangkan di Jawa Tengah kemukus digunakan dalam ramuan jamu.

Menurut www.ugm.ac.id, kemukus mengandung senyawa yang membantu melonggarkan pernapasan, antara lain cubebin, epicubebin dan dihydrocubebin. Cubebin juga berkhasiat sebagai antiradang yang membantu mengatasi masalah penyakit asma

B. PERMEN TABLET PASTILES

Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang paling disukai karena ketepatan ukuran dan dosis yang baik, serta biaya pembuatan yang rendah karena mudah diproduksi dalam jumlah besar. Selain itu, tablet sangat ringan dan kompak, mudah dikemas dan dikirim, mudah ditelan, serta memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Ansel,1989).

Tablet adalah sediaan obat pada takaran tunggal yang dicetak dari serbuk, granula, atau kristal dengan penambahan bahan farmasetika lainnya dan dicetak menggunakan mesin bertekanan tinggi. Bentuk tablet antara lain silinder, kubus, batang, dan cakram, juga bentuk seperti telur atau peluru. Panjang garis tengah tablet pada umumnya 5-17mm, dengan bobot 0.1-1 g (Lachman et al., 1994).

Tablet pastiles diformulasikan dan dibuat seperti tablet hisap (compressed-tablet lozenges). Penggunaan jenis tablet ini adalah untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza. Biasanya tablet hisap mengandung anestetik lokal,


(36)

antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringent, dan antitusif (Lachman et al., 1994).

Salah satu ciri khas sediaan jenis ini adalah rasanya tidak terlalu manis tetapi segar daun mint. Sifat fisiknya yang padat dan keras menyebabkan sediaan tidak mudah meleleh atau lumer dan tidak lengket (Yulistia et al., 2001).

Menurut Lachman et al. (1994), dalam mengembangkan suatu formulasi sediaan tablet, perlu diperhatikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh produk akhir, yaitu :

1. Produk yang menarik secara fisik.

2. Sanggup menanggung guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.

3. Mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.

4. Dapat melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh secara tetap. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kompresi langsung. Granulasi kering dilakukan terhadap bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan menggunakan metode granulasi basah, misalnya bahan yang memiliki kepekaan terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. Metode kompresi langsung dilakukan terhadap bahan yang memiliki kemampuan alir bagus serta memiliki sifat kohesif yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet (Lachman et al., 1994).

Metode yang sering dipakai adalah granulasi basah, karena dalam pembuatan tablet biasanya digunakan bahan dengan sifat yang berbeda-beda, sehingga menuntut adanya pencampuran yang sempurna sebelum pencetakan. Pencampuran yang sempurna paling baik dilakukan dengan bantuan larutan pengikat (Ansel, 1989).

Lachman et al. (1994) memaparkan cara pembuatan granula dalam metode granulasi basah adalah sebagai berikut :


(37)

1. Untuk membuat larutan pengikat, bahan pengikat dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Jika semua bahan-bahan yang akan digranulasi bersifat larut dalam cairan, maka cairan yang dipakai adalah air, etanol-air, isopropanol, atau methanol. Larutan pengikat ditambahkan sesuai kebutuhan, karena pada akhirnya cairan tersebut akan dihilangkan kembali (dikeringkan).

2. Larutan pengikat ditambahkan ke dalam campuran bahan-bahan lain sehingga serbuk terekat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Pembentukan granula dapat dilakukan dengan beberapa cara, cara yang mudah dan sering dipakai adalah granulat guncang. Bahan yang lembab dilewatkan melalui sebuah ayakan yang digetarkan. Butiran granulat guncang berbentuk seperti peluru atau ellipsoid, memiliki daya hancur yang lebih besar dari cara pembentukan granula lainnya.

3. Granula kemudian disebar dalam lapisan tipis dan dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 40 °C. Pada umumnya massa yang telah dikeringkan diayak lagi dengan ukuran yang lebih rapat, sehingga mengalami pengeringan sempurna. Setelah itu, bahan siap untuk dicetak.

Menurut Lachman et al. (1994), faktor-faktor yang berhubungan dengan persiapan dan penyimpanan dari sediaan ini sehubungan dengan penyatuan obat-obatan dalam pembuatan produk ini antara lain :

1. Temperatur tinggi, diperlukan untuk menghilangkan air dan menyiapkan tablet dalam sediaan keras.

2. Reaksi bahan dasar tablet dengan obat-obatan, baik dari bahan dasar itu sendiri maupun dari penambahan rasa dan bahan asam yang mungkin ditambahkan ke dalam formula.

3. Dosis obatan yang diperlukan atau kombinasi dari obat-obatan dengan jumlah yang cukup tinggi. Hal ini dapat mencegah penggabungan bahan-bahan yang cukup menjadi satu atau dua tablet karena sifat fisiknya, obat tersebut dapat menghasilkan tablet dengan tekstur permukaan yang kasar ketika dikombinasikan


(38)

dengan bahan dasar tablet, dan sekaligus mengurangi daya tarik organoleptik dari produk tersebut.

4. Peralatan pembentuk tablet dan bahan dasar yang sesuai.

Pada pembuatan tablet hisap, selain bahan aktif juga digunakan bahan pembantu yang berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan pelincir. Tablet yang lain mungkin perlu zat warna, zat perasa, dan pemanis (Voigth,1994).

1. Bahan pengisi

Bahan pengisi diperlukan apabila kondisi obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Lachman et al.,1994).

Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pengisi antara lain harus nontoksik, tersedia dalam jumlah yang cukup (mudah didapatkan), murah, inert/netral, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba, serta tidak mengganggu warna tablet (Lachman et al.,1994).

Menurut Lachman et al. (1994), bahan pengisi tablet antara lain dekstrosa, manitol, sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya. Manitol merupakan gula paling mahal, kelarutannya lambat dan rasanya enak di mulut. Sifat mannitol relatif tidak higroskopis dan sifat alirannya kurang baik sehingga membutuhkan pelincir yang cukup banyak. Sorbitol adalah isomer aktif dari manitol, dan kadang-kadang dicampur dengan formulasi manitol, akan tetapi sorbitol bersifat higroskopis pada kelembaban lebih dari 65%. Manitol dan sorbitol memiliki kadar kalori yang rendah dan tidak karsinogenik. Pada umumnya manitol, sorbitol dan sukrosa digunakan sebagai bahan pengikat dan pengisi.

Sorbitol ditemukan tahun 1872 oleh ahli kimia perancis Bougssingautlt. Bahan ini sedikit terfermentasi dalam mulut, sehingga tidak bersifat karsinogenik dan memiliki efek sejuk di mulut (Boudox dan Le Bot 1992). Sorbitol merupakan gula alami yang terdapat pada buah-buahan khususnya cherry dan pear.


(39)

Menurut Marrie (1991), sorbitol memiliki bobot molekul 182, dengan viskositas lebih rendah daripada sukrosa, memiliki tingkat kemanisan 0.5 kemanisan sukrosa, sorbitol memberikan efek sejuk, memiliki stabilitas yang bagus, serta mencegah reaksi pencoklatan. Dari kutipan dalam www.Amylumgroup.com, kalori yang terdapat dalam sorbitol adalah 2.4 kcal/gr. Sorbitol mudah larut dalam air (sampai 83%), sorbitol juga dapat larut dalam methanol, isopropanol, butanol, fenol, asam asetat, piridin dan asetamida. Kelarutan sorbitol baik dalam alkohol panas dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Selain itu sorbitol memiliki sifat yang stabil terhadap asam, enzim, dan terhadap suhu hingga mencapai 140°C (248°F) (Sudharmadji,1982).

Dalam industri, sorbitol diperoleh melalui hidrogenasi glukosa yang diperoleh dari pati dan gula invert. Disamping berfungsi sebagai pemanis rendah kalori dalam pembuatan permen, sorbitol juga dapat digunakan sebagai plasticizer (Alikonis, 1979). Sorbitol bersifat menghambat kristalisasi sukrosa, mempertahankan kesegaran dan flavour, sorbitol dapat juga digunakan sebagai zat pengisi, stabilizer, humektan, bahan pengontrol viskositas dan sekuesteran untuk metal-metal tertentu. Adapun rumus umum sorbitol adalah C6H14O6 (Marrie,1991). Menurut European Commition, Joint Reserch Center (2004), penggunaan sorbitol untuk pastiles maksimum adalah 98 %.

Selain sorbitol, bahan pengisi lain yang digunakan adalah maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan salah satu jenis pati termodifikasi. Pati termodifikasi merupakan pati yang diubah karakteristiknya sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Maltodekstrin didefinisikan sebagai produk hidrolisat pati yang mengandung α-D-glukosa unit yang sebagian besar terikat melalui ikatan 1,4 glikosidik dengan DE kurang dari 20. Adapun rumus umum maltodekstrin adalah [(C6H10O5)nH2O] (Kennedy et al. dalam Kearsley dan Diedzic,1995).

Menurut McDonald (1984), maltodekstrin bersifat kurang higroskopis, kurang manis, memiliki kelarutan yang tinggi dan cenderung tidak


(40)

membentuk zat warna pada reaksi browning, serta memberikan tekstur yang lembut ketika dikonsumsi (smooth moutfhfeel). Dalam pembuatan tablet, maltodekstrin dapat mensubstitusi laktosa dan tepung susu dalam jumlah tertentu.

2. Bahan pengikat

Fungsi dari zat pengikat adalah menyatukan berbagai granula bahan tertentu yang terbentuk akibat proses granulasi. Pengikat juga pendukung terbesar bagi kekerasan akhir dari tablet. Tipe dan konsentrasi bahan pengikat juga berpengaruh terhadap kekuatan intergranular, yang merupakan kekuatan pengikat antar granula, sehingga akan terjadi kekompakan masing-masing partikel dengan saling mengikat satu sama lain dari permukaan butir granulat yang bergerigi (Lieberman et al.,1990).

Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat yang umumnya dipakai adalah metilselulosa, sukrosa, povidon, karboksimetilselulosa, gum akasia, gelatin dan pasta pati terhidrolisis (Ansel, 1989). Menurut Liberman et al. (1990), bahan-bahan tersebut efektif dalam meningkatkan kekuatan intergranular dan pada saat yang sama membantu untuk meningkatkan karakteristik ringan dan tekstur permukaan dari permen ketika terlarut dalam rongga mulut.

Pasta tapioka/kanji merupakan bahan yang sering dipakai sebagai bahan pengikat. Pasta tapioka/kanji dibuat dengan mendispersikan tapioka/kanji ke dalam air, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Pasta yang bening cenderung lebih baik daripada larutan yang jernih (Lachman et al., 1994).

3. Bahan Pelincir

Bahan pelincir adalah zat yang bertujuan untuk mengurangi gesekan selama proses pencetakan dan mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Zat pelincir yang banyak dijumpai adalah talk, asam stearat, garam-garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Lieberman et al.,1994).


(41)

Jumlah pelincir yang digunakan untuk membuat tablet berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Umumnya penggunaan bahan pelincir mulai dari yang sedikit 0.1 % berat tablet sampai 5% (Ansel, 1989).

Menurut Martindale (1982), magnesium stearat banyak digunakan dalam bedak kulit dan kosmetik, dalam bentuk krim untuk mengobati iritasi kulit, serta sering ditambahkan sebagai bahan pelicin dalam pembuatan tablet.

Magnesium stearat dengan rumus kimia Mg(C18H35O2)2 merupakan salah satu pelincir yang digunakan pada pembuatan tablet hisap. Antirekat pelincir atau zat pelincir adalah zat yang meningkatkan aliran bahan pada cetakan serta membuat tablet lebih halus dan mengkilap (Ansel,1989). 4. Bahan aktif

Beberapa permen tablet dibuat dengan menambahkan bahan aktif atau bahan obat tertentu untuk menambah keunggulan produk atau untuk memberikan efek farmakologis yang bisa berfungsi mengobati penyakit-penyakit ringan yang umum. Granulasi dari permen tablet bisa memakai ± 20-60% bahan-bahan aktif sebagai bagian dari formulasi (Lieberman et al., 1994).

Menurut Fuller (1920), buah kemukus mengandung senyawa yang berguna untuk pengobatan selaput lendir. Ekstrak atau oleoresin kemukus telah digunakan secara luas untuk pengobatan gonorrhea, radang selaput lendir dan tenggorokan, serta peradangan urinaria. Menurut www.henriettesherbal.com, penggunaan minyak kemukus dalam pembuatan obat adalah 5-20% bobot tablet.

5. Bahan pemberi warna

Penggunaan zat pewarna bertujuan memberi keuntungan bagi produk akhir. Pewarna dapat menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi, dan membuat suatu produk menjadi lebih baik.Pelarut dan pewarna dapat digunakan untuk mewarnai tablet yang terpadatkan. Pelarut dan pewarna dapat ditambahkan kepada campuran bubuk sewaktu pembuatan granulasi basah. Larutan pewarna dapat ditambahkan dalam solusi granulasi dan dengan pengikat (Lieberman et al., 1994).


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri kemukus (Piper cubeba Linn.) yang dihasilkan dari penyulingan biji kemukus yang berasal dari daerah Purwojero (Jawa Tengah), sorbitol serbuk yang berasal dari toko bahan kimia Chem-Mix Pratama Yogyakarta, magnesium strearat dari Toko bahan kimia Bratachem Jakarta, maltodekstrin; kanji/amilum; dan pewarna makanan (Green) dari toko bahan kimia Setia Guna Bogor dan aquades. Selain itu, digunakan pula bahan-bahan kimia untuk analisa seperti etanol netral 95%, indikator PP, KOH 0.1 N, KOH 0.5 N, HCl 0.5 N, NaOH 0.1 N, dan alkohol. Gambar bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah oven listrik, gelas piala, pipet volumetrik 25 ml dan 10 ml, gelas Erlenmeyer, gelas ukur 100ml, labu ukur, sudip, ayakan, hot plate, alat pencetak tablet, neraca analitik, loyang, piknometer, cawan alumunium, cawan porselen, buret, refraktometer, polarimeter, penetrometer, dan friabilimeter, dan hardness tester.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Uji sifat fisiko kimia minyak kemukus

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak kemukus yang akan digunakan dalam formulasi permen tablet pastiles. Penentuan kualitas minyak kemukus berdasarkan pada Standar Industri Indonesia tentang minyak kemukus, yaitu SII nomor 2048. Analisa yang dilakukan antara lain adalah pengukuran berat jenis minyak, putaran optik, indeks bias, bilangan asam, kelarutan dalam alkohol, pengamatan visual minyak


(43)

kemukus, serta uji kandungan minyak kemukus dengan menggunakan metode GCMS. Prosedur analisa dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Penentuan perbandingan sorbitol dan minyak kemukus Penentuan perbandingan konsentrasi sorbitol dan kemukus dilakukan dengan cara trial and error. Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan uji organoleptik terhadap rasa guna mengetahui formula yang paling baik dan diterima oleh konsumen, yang akan digunakan pada penelitian utama. Uji ini dilakukan oleh 15 orang panelis.

2. Penelitian Utama

Di dalam penelitian utama dilakukan pembuatan tablet pastiles minyak kemukus, pengujian terhadap permen tablet yang dihasilkan baik secara fisik maupun kimia, uji toksisitas, serta uji hedonik guna mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk. Pada uji hedonik produk, panelisnya adalah mahasiswa yang berjumlah 30 orang. Karena sediaan tablet pastiles merupakan salah satu jenis tablet hisap, maka standar yang digunakan sebagai kontrol adalah standar yang berlaku untuk tablet hisap. a. Pembuatan produk

Pembuatan permen tablet pastiles dengan bahan aktif minyak kemukus dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan metode kempa langsung, granulasi kering dan granulasi basah. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode granulasi basah, karena bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi tersedia dalam bentuk yang berbeda-beda sehingga harus digranulasikan untuk menyeragamkan distribusi bahan-bahan dan menyeragamkan ukuran. Adapun diagram alir pembuatan permen tablet pastiles dapat dilihat pada Gambar 1.


(44)

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan permen tablet pastiles minyak kemukus Analisa tablet

Pencetakan

Tablet pastiles Pengayakan kering, mesh 40

Magnesium stearat Bahan kasar > 40

Pencampuran Pengayakan basah,

20 mesh

Pengeringan suhu 40°C selama 1 jam pewarna Pengadukan dan

pemanasan hingga suhu 52°C

Minyak kemukus

Sorbitol serbuk, maltodekstrin

Larutan kanji

kanji Aquades

Larutan homogen

Bahan kasar .20 mesh


(45)

Prosedur pembuatan permen tablet pastiles pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lakukan penimbangan terhadap bahan-bahan yang akan digunakan dalam formulasi produk. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan neraca analitik empat digit.

2. Setelah semua bahan yang akan digunakan ditimbang selanjutnya dilakukan pencampuran.

3. Tahap pertama pencampuran adalah pembuatan larutan pengikat. Larutan pengikat dibuat dengan mencampur aquades, kanji sebagai bahan pengikat dan pewarna. Kemudian dilakukan pemanasan disertai dengan pengadukan hingga suhu 52oC agar pati kanji/tapioka mengalami gelatinisasi sehingga membentuk gel/pasta (Laura, 2005). Penambahan bahan pewarna pada pembuatan larutan pengikat bertujuan supaya penyebaran warna merata.

4. Ke dalam larutan kanji atau pasta kanji yang dihasilkan kita tambahkan minyak kemukus sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam formulasi. Lakukan pengadukan hingga tercampur merata (Larutan A).

5. Ke dalam larutan A, kita tambahkan maltodekstrin dan sorbitol sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga diperoleh campuran yang homogen dengan kelembaban yang tepat, seperti tanah basah.

6. Setelah itu kita lakukan pengayakan basah menggunakan ayakan dengan ukuran 20 mesh. Pada pengayakan basah akan dihasilkan granula tablet dengan ukuran yang agak besar. Pengayakan basah ini bertujuan untuk memudahkan penguapan air.

7. Setelah tahap pencampuran, tahap berikutnya adalah pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan pelarut yang digunakan dalam proses pembuatan granula dan untuk mengurangi kelembaban hingga tingkat optimum. Suhu dan waktu pengeringan tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Pada penelitian ini, pengeringan dilakukan dengan oven bersuhu 40oC selama 1 jam. Waktu yang relatif sebentar dengan suhu yang rendah dilakukan untuk mencegah menguapnya minyak kemukus yang bersifat volatil. Cairan yang tidak teruapkan dalam proses pengeringan


(46)

akan mempengaruhi kadar air produk dan tablet yang dihasilkan akan bersifat rapuh dan mudah terbelah.

8. Setelah pengeringan, dilanjutkan pengayakan kering menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 40, dengan tujuan memperkecil ukuran granula tablet dan menyempurnakan proses pengeringan tablet. Ukuran tablet yang kecil membutuhkan granula dengan ukuran yang kecil pula. 9. Tambahkan Magnesium stearat ke dalam granula kering yang dihasilkan. Penambahan bahan ini bertujuan untuk melapisi granula tablet, sehingga dapat mencegah menempelnya granula pada alat pencetak tablet ketika dilakukan pencetakan. Selain itu akan meningkatkan kecepatan alir granula sehingga distribusi granula pada waktu pencetakan dapat seragam. 10. Granula tablet yang telah homogen kemudian dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin pencetak tablet. Terdapat berbagai macammesin pencetak tablet, masing-masing berbeda kapasitas produksinya akan tetapi memiliki prinsip kerja yang sama, yaitu pencetakan granula menjadi tablet dengan proses pengempaan yang dilakukan oleh gerakan punch atas dan bawah. Pada penelitian kali ini, mesin yang digunakan adalah mesin tablet dengan punch tunggal yang digerakkan dengan tangan aatu mesin yang akan menghasilkan sebuah tablet begitu kedua punch bersatu.

11. Selanjutnya dilakukan analisis fisik dan kimia terhadap tablet yang dihasilkan.

3. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor perlakuan, yaitu perbedaan konsentrasi sorbitol dan perbedaan konsentrasi minyak kemukus. Masing-masing faktor terdiri dari tiga taraf . Ulangan dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing taraf perlakuan, dan dilakukan pengujian secara duplo untuk masing-masing sampel. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:


(47)

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan µ = rata-rata sebenarnya

αi = pengaruh faktor ke-α pada taraf ke-i (i = 1, 2, 3) βj = pengaruh faktor ke-β pada taraf ke-j (j = 1, 2, 3)

(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor α taraf ke-i dengan faktor β taraf ke-j ijk = error

α = konsentrasi sorbitol

β = konsentrasi minyak kemukus

Pengolahan data dilakukan dengan Analisis of Varians (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk data-data yang bersifat parametrik. Sementara untuk data hasil uji organoleptik akan diolah dengan menggunakan Uji Kruskall-Wallis dengan uji lanjut multiple comparison, karena uji organoleptik merupakan statistik non-parametrik.


(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

A.1. Analisa Sifat Fisiko Kimia Minyak Atsiri Kemukus

Analisa sifat fisiko kimia dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak kemukus. Penentuan kualitas minyak atsiri kemukus didasarkan pada Standar Industri Indonesia tentang minyak kemukus, yaitu SII nomor 2048. Adapun hasil dari analisa tersebut tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisa sifat fisiko kimia minyak kemukus

Karakteristik Standar* Hasil Pengujian Penampakan

Warna

Bau

Bobotjenis (25°C/25°C) Indeks bias pada 25°C Putaran optik pada 25°C Bilangan asam

Bilangan ester

Kelarutan di dalam etanol 90%

Jernih

Kuning pucat sampai hijau kebiru-biruan Khas 0.906-0.930 1.492-1.5020 (-43°C)-( -12°C) Maks 1.0 2.0-5.6 1:1 jernih 1:2 keruh Seterusnya keruh Jernih Kuning keemasan jernih Khas kemukus 0.9088 1.4905 -41°C 0.313 2.12 1:1 jernih *Anonim,(1987).

Dari hasil analisa pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa minyak atsiri kemukus yang akan digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat seperti yang ditetapkan di dalam Standar Industri Indonesia tentang minyak atsiri kemukus, yaitu SII nomor 2048.

Analisa GCMS juga dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam minyak atsiri kemukus. Dari hasil GCMS dapat diketahui bahwa minyak kemukus yang akan digunakan mengandung 32 jenis komponen, adapun tiga komponen terbesar diantaranya adalah Sabinen dengan persentase 3.83%, Germacrene sebesar 12.89%, α-cubebin sebesar 5.12%. Dari hasil GCMS yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa minyak kemukus yang digunakan dalam penelitian ini mengandung senyawa cubebin yaitu α-cubebin yang dapat


(49)

digunakan untuk melegakan pernapasan dan sebagai antiseptik. Hasil GCMS minyak kemukus dapat dilihat pada Lampiran 23.

A.2. Penentuan Perbandingan Konsentrasi Sorbitol dan Minyak Kemukus

Penentuan perbandingan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus dilakukan guna mendapatkan formulasi yang tepat sehingga dihasilkan permen tablet pastiles yang memiliki karakteristik fisik dan kimia yang baik, dengan efek farmakologis yang tetap ada, serta diterima konsumen. Dalam penelitian ini, penentuan perbandingan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus dilakukan dengan cara trial and error.

Minyak kemukus memiliki rasa yang pahit getir tetapi menyegarkan, hal tersebut disebabkan karena adanya kandungan senyawa cubebol dan kubebin dalam minyak kemukus (www.ugm.ac.id). Sementara itu, sorbitol merupakan pemanis yang memiliki tingkat kemanisan 0.5 kali kemanisan sukrosa, dan memberikan efek dingin dan sejuk di mulut (Marrie, 1991). Efek dingin di mulut yang dihasilkan oleh sorbitol disebabkan sorbitol menyerap kalor dari lingkungan sehingga ketika dikonsumsi memberikan efek menyejukkan. Sorbitol tidak bersifat karsinogenik dan lebih aman untuk gigi dibandingkan sukrosa, karena sorbitol sulit teruraikan oleh bakteri mulut, sehingga dapat menjaga tingkat keasaman mulut, hal tersebut dapat mencegah pertumbuhan karang gigi, dan menjaga kesehatan gigi dan mulut (Marrie, 1991).

Dalam formulasi, konsentrasi minyak kemukus yang digunakan antara 1-4% dengan konsentrasi sorbitol sebesar 75%. Pemilihan konsentrasi minyak kemukus antara 1-4% dikarenakan pada konsentrasi lebih dari 4% diperoleh rasa permen tablet pastiles yang sangat pahit. Sementara pemilihan konsentrasi sorbitol sebesar 75% dikarenakan adanya penggunaan maltodekstrin sebesar 10% sebagai bahan pengisi lain yang memiliki tingkat kemanisan 0.5 kemanisan sukrosa. Penggunaan maltodekstrin bertujuan untuk meningkatkan laju alir granula dan memudahkan pencampuran minyak kemukus dengan bahan-bahan lainnya, karena sifat maltodekstrin yang dapat mensubstitusi dan menyerap


(50)

lemak/minyak. Pemilihan konsentrasi bahan pengisi sorbitol lebih besar dari pada bahan pengisi maltodekstrin disebabkan sorbitol cenderung lebih aman bagi kesehatan gigi karena hanya sedikit bakteri mulut yang dapat menguraikan sorbitol sehingga tingkat keasaman mulut dapat dijaga, sementara maltodekstrin tidak. Sehingga kurang baik untuk kesehatan gigi.

Guna mengetahui penerimaan terhadap produk dilakukan uji hedonik terhadap rasa. Rasa dipilih sebagai parameter utama karena rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan. Uji ini dilakukan oleh 15 orang panelis. Hasil dari uji hedonik ini tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji rasa terhadap berbagai konsentrasi minyak kemukus Sorbitol (%) Malto dekstrin (%) Pewarna (%) Kanji (%) Minyak Kemukus (%) Magnesium Stearat (%) Rasa 75 75 75 75 10 10 10 10 0.1 0.1 0.1 0.1 5 5 5 5 1 2 3 4 4 4 4 4 Manis menyegarkan Agak pahit menyegarkan Sangat Pahit menyegarkan Sangat Pahit menyegarkan

Berdasarkan uji hedonik terhadap rasa permen tablet pastiles dapat diketahui bahwa pada konsentrasi minyak atsiri 1-2% dan sorbitol 75% dihasilkan rasa permen tablet antara tidak pahit hingga agak pahit, Sehingga dapat ditentukan penggunaan sorbitol pada penelitian utama yaitu pada konsentrasi 75%, 77% dan 79%. Pemilihan rentang penggunaan sorbitol yang tidak terlalu berbeda dikarenakan salah satu ciri khas dari sediaan pastiles adalah rasanya yang tidak terlalu manis. Dengan pemilihan rentang 75%, 77%, dan 79% diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai. Konsentrasi sorbitol yang digunakan masih dalam batas toleransi, karena penggunaan sorbitol untuk pastiles maksimum adalah 98% (European Commition,Joint Reserch Center, 2004). Formulasi permen tablet pastiles tertera pada Tabel 6 dan Tabel 7.


(51)

Tabel 6. Formulasi permen tablet pastiles minyak kemukus Bahan Baku Konsentrasi (%)

Sorbitol

Minyak Kemukus Kanji

Magnesium Stearat Maltodekstrin Pewarna

75, 77, 79 1, 1.5, 2 5 4 10 0.1

Tabel 7. Formulasi permen tablet pastiles minyak kemukus (Gram)

Bahan baku A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Sorbitol 37.5 37.5 37.5 38.5 38.5 38.5 39.5 39.5 39.5 Minyak

kemukus

0.5 0.75 1 0. 5 0.75 1 0.5 0.75 1

Maltodekstrin 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Kanji 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 Magnesium

Stearat

2 2 2 2 2 2 2 2 2

Pewarna 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 Total 47.55 47.8 48.05 48.55 48.8 49.05 49.55 49.8 50.05

Penambahan aquades tidak termasuk dalam formulasi karena nantinya akan diuapkan kembali pada waktu pengeringan. Penambahan aquades hanya untuk pembuatan larutan pengikat. Jumlah yang ditambahkan disesuaikan dengan bahan. Penggunaan aquades pada penelitian ini berkisar antara ±8 ml, karena pada penambahan sejumlah tersebut menghasilkan kondisi campuran yang lembab tanah. Jumlah yang tidak 100% disebabkan pada penelitian ini yang diamati adalah perubahan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kimia tablet serta penerimaan umum. Untuk itu, peubah lain dianggap tetap/sama.


(52)

B. Penelitian Utama

Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan permen tablet pastiles minyak kemukus dengan formulasi sesuai formulasi hasil penelitian pendahuluan dan proses pembuatannya seperti yang tercantum dalam metode penelitian. Selain itu dilakukan pula analisa terhadap produk meliputi analisa sifat fisik dan kimia produk serta uji hedonik guna mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk.

1. Analisa Karakteristik Fisik Permen Tablet Pastiles Kemukus

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap sembilan formula dengan karakteristik fisik meliputi tekstur, warna, rasa, dan kekerasan dapat dilihat pada Tabel 8. Dan gambar permen tablet pastiles hasil formulasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tekstur produk cenderung halus dan kompak. Akan tetapi menunjukkan kecenderungan semakin rapuh dengan meningkatnya konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi produk yang semakin agak berpasir. Kondisi tersebut terjadi karena jumlah bahan pengikat (kanji) yang digunakan tetap, sementara penggunaan bahan pengisi (sorbitol) meningkat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan daya ikat.

Warna hijau pada produk dikarenakan adanya penggunaan bahan pewarna makanan. Semakin tinggi konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus yang digunakan dalam formulasi menyebabkan warna produk lebih cerah (pudar).

Peningkatan konsentrasi sorbitol dalam formulasi menyebabkan rasa produk semakin manis, sementara peningkatan konsentrasi minyak kemukus memberikan sensasi segar yang diterima semakin meningkat namun efek pahit pada after taste produk semakin terasa.

Untuk kekerasan produk akan dijelaskan lebih detail dalam pembahasan kekerasan tablet. Namun kecenderungan yang terjadi adalah dengan meningkatnya konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus maka kekerasan tablet semakin menurun.


(53)

Tabel 8. Karakteristik fisik permen tablet pastiles minyak kemukus

Sampel Tekstur Warna Rasa Kekerasan (kg/cm2) A1B1 Halus, kompak Hijau muda Agak manis, tidak pahit 3.25 A1B2 Halus, kompak Hijau muda Agak manis, tidak pahit 2.25 A1B3 Halus , kompak Hijau muda Agak manis, pahit 2.375 A2B1 Halus, kompak Hijau muda Agak manis, agak pahit 2.875 A2B2 Halus, kompak Hijau muda Agak manis, pahit 2.125 A2B3 Halus,agak

berpasir

Hijau muda Agak manis, pahit

2.5 A3B1 Agak kasar,

berpasir

Hijau muda lebih terang

Manis, tidak pahit

2.25 A3B2 Halus, agak

berpasir

Hijau muda lebih terang

Manis, agak pahit

1.625 A3B3 Halus, kompak Hijau muda

lebih terang

Manis, agak pahit

2

Gambar 2. Permen tablet pastiles minyak kemukus hasil formulasi Keterangan :

A1 = Sorbitol 75% B1 = Minyak Kemukus 1% A2 = Sorbitol 77% B2 = Minyak Kemukus 1.5% A3 = Sorbitol 79% B3 = Minyak Kemukus 2%


(54)

2. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam produksi permen tablet guna mengetahui variasi bobot dari permen tablet yang dihasilkan. Bobot permen tablet yang seragam akan mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah keseragaman pengisian die yang berkaitan dengan sifat alir massa tablet. Ansel (1989) menyatakan bahwa jumlah bahan yang akan diisikan ke dalam die menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan ke dalam die harus sesuai, dan alat harus diatur sehingga diperoleh tekanan yang diinginkan. Pada penelitian ini, selama pencetakan dilakukan pengaturan alat baik secara manual maupun otomatis, guna menghasilkan tablet yang seragam.

Bobot permen tablet pastiles minyak kemukus yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 400 mg. Berdasarkan hasil pengukuran (Lampiran 3), nilai rata-rata bobot permen tablet yang dihasilkan adalah 397.3 mg. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1979), untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg, tidak boleh terdapat lebih dari dua tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi ± 5% dari bobot rata-ratanya dan tidak boleh ada satupun tablet yang penyimpangan bobotnya melebihi ± 10% dari bobot rata-ratanya. Berdasarkan hal tersebut, maka kesembilan sampel memenuhi syarat keseragaman bobot tablet, karena tidak ada dua tablet dari masing-masing formula yang bobotnya melebihi ± 5% (tidak kurang dari 377.43 mg dan tidak lebih dari 417.15 mg) dari bobot rata-rata tablet, dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya melebihi ± 10% (tidak kurang dari 437.02 mg dan tidak lebih dari 357.56 mg).

3. Keseragaman Ukuran

Keseragaman ukuran merupakan parameter yang mempengaruhi keseragaman sediaan. Pengujian terhadap keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter dan ketebalan 20 buah tablet yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Semakin tinggi keseragaman ukuran tablet yang dihasilkan, maka kualitas tablet akan semakin baik.


(55)

Pada umumnya, setiap tablet memiliki diameter yang seragam, karena dicetak dengan alat yang sama. Demikian juga pada tablet yang dihasilkan pada penelitian ini. Diameter tablet yang dihasilkan pada umumnya konstan, yaitu 11.09 mm. Selain diameter tablet, keseragaman ukuran tablet dipengaruhi oleh ketebalan tablet. Menurut Lachman et al. (1994), ketebalan tablet harus terkontrol sampai perbedaan ± 5%. Ketebalan tablet dapat dipengaruhi oleh jumlah massa yang diisikan ke dalam die, kerapatan massa tablet yang dicetak serta tekanan yang digunakan. Sifat alir dari granula tablet juga mepengaruhi ketebalan tablet, karena berpengaruh pada volume bahan yang akan diisikan kedalam die.

Berdasarkan pengukuran ketebalan tablet (Lampiran 4) dapat diketahui bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi syarat ketebalan tablet, karena tebal tiap tablet masih dalam batas toleransi ± 5%.

4. Kekerasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus

Kekerasan tablet dapat diartikan sebagai kekuatan/gaya yang diperlukan untuk menghancurkan tablet. Menurut Lachman et al. (1994), kekuatan tablet ditentukan dengan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet. Salah satu ciri khas dari sediaan permen tablet adalah bentuk yang kompak dan keras, karena sediaan jenis ini diharapkan akan larut perlahan-lahan di mulut sehingga efeknya dapat terasa di mulut dan tenggorokan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), tablet yang baik memiliki nilai kekerasan antara 4-8 kg/cm2 atau 4-8 Kp, sedangkan menurut Ansel (1989), kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg.

Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan hardness tester, dapat diketahui bahwa kekerasan tertinggi diperoleh sampel A1B1 dengan nilai 3.25 kg/cm2 sedangkan nilai kekerasan terendah diperoleh dari sampel A3B2, yaitu 1.63 kg/cm2. Gambar 3 menunjukkan hasil uji kekerasan permen tablet pastiles minyak kemukus.


(56)

3.25

2.25 2.38

2.88

2.13 2.50 2.25

1.63 2.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Perlakuan

Kek

erasan (k

g/cm

2

)

Gambar 3. Histogram kekerasan permen tablet pastiles minyak kemukus

Pada penelitian ini, kekerasan tablet menurun dengan adanya penambahan konsentrasi sorbitol dan minyak kemukus. Penambahan konsentrasi sorbitol menyebabkan kemampuan mengikat dari bahan pengikat yang digunakan berkurang, karena jumlah bahan pengikat yang digunakan tetap, sementara bahan yang harus diikat terus bertambah. Penambahan minyak kemukus juga menurunkan kekerasan produk, karena sifat granula yang dibuat semakin lembab. Pembasahan yang berlebih dalam pembuatan granula menyebabkan granula yang dihasilkan bersifat keras akan tetapi mudah meremah ketika dibuat tablet, karena adanya penurunan daya ikat. Bila dibandingkan dengan standar yang berlaku, maka kekerasan permen tablet ini belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, karena nilainya lebih rendah. Kadar air dalam produk yang cukup tinggi juga menyebabkan kekerasan produk berkurang, karena produk yang lembab mudah hancur dan daya rekat antar granulanya semakin buruk. Kekerasan permen tablet dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah ukuran tablet, bobot tablet, tekanan pada pencetakan serta kemampuan ikat dari bahan pengikat.

5. Keregasan Permen Tablet Pastiles Minyak Kemukus

Selain kekerasan tablet, parameter lain yang digunakan untuk mengukur kekuatan mekanik tablet adalah pengujian terhadap keregasan tablet. Semakin tinggi keregasan tablet menunjukkan bahwa kualitas tablet semakin buruk. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregasan < 1%.


(1)

Lampiran 18. Hasil uji organoleptik terhadap kesegaran permen tablet pastiles minyak kemukus Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata FFA ADC HAD DED BBG IAE CAA EBB GCC

1 4 5 5 4 4 4 5 5 3 39 4.33

2 3 2 2 4 3 2 6 5 3 30 3.33

3 4 4 4 6 4 4 5 5 4 40 4.44

4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 53 5.89

5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 36 4.00

6 5 4 5 6 4 4 4 5 5 42 4.67

7 6 5 4 5 5 5 6 4 3 43 4.78

8 6 5 5 6 5 5 5 6 5 48 5.33

9 6 5 5 5 6 5 5 5 5 47 5.22

10 2 2 4 2 4 2 6 2 3 27 3.00

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4.00

12 6 3 1 3 3 1 3 3 1 24 2.67

13 4 2 2 5 3 2 4 2 3 27 3.00

14 3 5 3 4 4 3 3 3 3 31 3.44

15 5 6 2 5 5 2 3 5 5 38 4.22

16 1 5 6 1 5 3 5 1 6 33 3.67

17 6 4 6 5 6 3 6 6 5 47 5.22

18 4 4 4 4 3 5 4 4 4 36 4.00

19 4 4 6 5 4 4 4 6 5 42 4.67

20 5 5 4 4 4 4 4 5 4 39 4.33

21 3 2 2 2 5 2 3 2 2 23 2.56

22 5 4 3 4 5 4 4 5 4 38 4.22

23 4 5 5 4 4 7 4 5 4 42 4.67

24 7 7 5 7 6 4 6 7 5 54 6.00

25 5 6 6 5 6 5 5 6 5 49 5.44

26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4.00

27 5 5 5 4 5 4 4 5 5 42 4.67

28 6 5 5 6 5 5 5 6 5 48 5.33

29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5.00

30 2 4 3 4 3 4 3 3 5 31 3.44

Jumlah 133 131 126 132 134 117 135 133 125


(2)

Lampiran 19. Analisis Kruskal-Wallis kesegaran permen tablet pastiles minyak kemukus

Perlakuan Jumlah Panelis Median Rata-rata Rangking P

A1B1 30 4.500 143.0 0.763

A1B2 30 4.500 138.2

A1B3 30 4.500 132.5

A2B1 30 4.000 140.0

A2B2 30 4.000 140.3

A2B3 30 4.000 110.4

A3B1 30 4.000 142.4

A3B2 30 5.000 146.6

A3B3 30 4.000 126.2


(3)

Lampiran 20. Hasil uji organoleptik terhadap penerimaan umum permen tablet pastiles minyak kemukus

Panelis

Kode Sampel

Jumlah

Rata-rata FFA ADC HAD DED BBG IAE CAA EBB GCC

1 4 5 4 4 3 3 4 5 5 37 4.11

2 4 2 2 4 4 2 5 4 3 30 3.33

3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 39 4.33

4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 54 6.00

5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 44 4.89

6 6 5 3 5 4 5 5 5 5 43 4.78

7 7 5 4 5 6 5 7 4 3 46 5.11

8 3 3 4 3 5 4 5 3 4 34 3.78

9 4 3 3 4 3 2 4 3 4 30 3.33

10 3 2 4 2 3 5 5 1 3 28 3.11

11 3 3 3 2 3 3 4 2 3 26 2.89

12 6 3 1 3 3 1 3 3 1 24 2.67

13 4 3 3 5 4 3 4 3 3 32 3.56

14 5 4 4 2 5 3 3 3 3 32 3.56

15 5 5 3 5 5 3 5 5 6 42 4.67

16 4 3 3 4 4 3 4 4 4 33 3.67

17 6 4 6 5 6 4 6 5 6 48 5.33

18 4 3 4 4 4 4 5 4 5 37 4.11

19 4 5 4 5 4 4 5 5 5 41 4.56

20 5 5 3 4 4 4 4 4 4 37 4.11

21 3 2 2 2 3 2 3 2 2 21 2.33

22 5 4 3 4 5 4 5 4 4 38 4.22

23 6 5 5 3 4 6 5 5 5 44 4.89

24 7 6 4 6 6 3 7 5 5 49 5.44

25 5 6 5 5 6 4 5 5 5 46 5.11

26 3 3 3 2 3 3 3 3 3 26 2.89

27 5 5 4 4 4 4 5 5 3 39 4.33

28 6 5 5 6 6 5 5 6 5 49 5.44

29 6 4 5 5 5 5 6 5 6 47 5.22

30 3 3 3 3 3 4 3 3 3 28 3.11

Jumlah 141 121 112 121 131 114 141 120 123


(4)

Lampiran 21. Analisis Kruskal-Wallis penerimaan umum permen tablet pastiles minyak kemukus

a. Analisis Kruskal-Wallis

Perlakuan Jumlah Panelis Median Rata-rata Rangking P

A1B1 30 5.000 165.1 0.025

A1B2 30 4.000 127.8

A1B3 30 4.000 108.5

A2B1 30 4.000 129.4

A2B2 30 4.000 146.4

A2B3 30 4.000 114.4

A3B1 30 5.000 167.4

A3B2 30 4.000 127.7

A3B3 30 4.000 132.9

Total 270 135.5

b. Uji lanjut multiple comparison

|A1B1-A1B2| = |165.1-127.8| = 37.3* |A1B3-A3B1| = |108.5-167.4| = 58.9* |A1B1-A1B3| = |165.1-108.5| = 56.6* |A1B3-A3B2| = |108.5-127.7| = 19.2 |A1B1-A2B1| = |165.1-129.4| = 35.7* |A1B3-A3B3| = |108.5-132.9| = 24.4 |A1B1-A2B2| = |165.1-146.4| = 18.7 |A2B1-A2B2| = |129.4-146.4| = 17 |A1B1-A2B3| = |165.1-114.4| = 50.7* |A2B1-A2B3| = |129.4-114.4| = 15 |A1B1-A3B1| = |165.1-167.4| = 2.3 |A2B1-A3B1| = |129.4-167.4| = 38* |A1B1-A3B2| = |165.1-127.7| = 37.4* |A2B1-A3B2| = |129.4-127.7| = 1.7 |A1B1-A3B3| = |165.1-132.9| = 32.2* |A2B1-A3B3| = |129.4-132.9| = 3.5 |A1B2-A1B3| = |127.8-108.5| = 19.3 |A2B2-A2B3| = |146.4-114.4| = 32* |A1B2-A2B1| = |127.8-129.4| = 1.6 |A2B2-A3B1| = |146.4-167.4| = 21 |A1B2-A2B2| = |127.8-146.4| = 18.6 |A2B2-A3B2| = |146.4-127.7| = 18.7 |A1B2-A2B3| = |127.8-114.4| = 13.4 |A2B2-A3B3| = |146.4-132.9| = 13.5 |A1B2-A3B1| = |127.8-167.4| = 39.6* |A2B3-A3B1| = |114.4-167.4| = 5.3 |A1B2-A3B2| = |127.8-127.7| = 0.1 |A2B3-A3B2| = |114.4-127.7| = 13.3 |A1B2-A3B3| = |127.8-132.9| = 5.1 |A2B3-A3B3| = |114.4-132.9| = 18.5 |A1B3-A2B1| = |108.5-129.4| = 20.9 |A3B1-A3B2| = |167.4-127.7| = 39.7* |A1B3-A2B2| = |108.5-146.4| = 37.9* |A3B1-A3B3| = 167.4|-132.9| = 34.5* |A1B3-A2B3| = |108.5-114.4| = 5.9 |A3B2-A3B3| = |127.7-132.9| = 5.2 Keterangan : * = berbeda nyata


(5)

Lampiran 22. Hasil uji toksisitas permen tablet pastiles minyak kemukus


(6)