2. 4. Pemilikan Lahan dan Luas Penggarapan Lahan Pertanian 2. 5. Pola Usaha Tani

14 Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bojong Murni Desa Bojong Murni No Jenis pekerjaan Tahun 2001 Total 1 Pertanian 683 40,2 2 Industri 57 3,35 3 Listrik gas air 4 Konstruksi 190 11,2 5 Perdagangan 86 5,06 6 Angkutan 73 4,29 7 Lembaga Keuangan 8 Jasa 109 6,41 9 Lainnya 502 29,5 Total 1700 100 Sumber : BPS Kab Bogor 2001.

3. 2. 4. Pemilikan Lahan dan Luas Penggarapan Lahan Pertanian

Dilihat dari struktur kepemilikan luas lahannya, masyarakat di daerah penyangga TNGGP sebesar 74,08 memiliki tingkat kepemilikan lahan 0,5 ha. Bila dilihat dari rasio luas lahan pertanian dengan jumlah penduduknya umumnya sangat kecil 0,25 ha, makin kecil nilai tersebut maka makin sempit lahan yang diolah untuk bertani. Hal tersebut berbanding lurus dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah Kusnanto, 2000. Rata-rata luas lahan garapan di desa contoh dapat dilihat di Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Luas Penggarapan Lahan Pertanian di Desa Bojong Murni No Keterangan Jumlah 1 Luas Desa Ha 159,61 2 Luas Lahan pertanian Ha 119,61 3 Rata-rata luas penggarapan Ha 0,18 4 Jumlah petani orang 683 Sumber : Monografi Desa 2001

3. 2. 5. Pola Usaha Tani

Kegiatan pertanian di desa contoh dilaksanakan oleh petani secara intensif karena kondisi tanahnya yang subur, curah hujan yang cukup dan iklim yang sangat mendukung sehingga berbagai jenis komoditas tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dilihat dari aspek kesesuaian lahannya, penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan, tanaman semusim dan padi sawah termasuk ke dalam 15 kelas kesesuaian S-2 agak sesuai dan S-3 kurang sesuai dengan pembatas topografi LPT, 1979. Kurniawan 2003, menyatakan bahwa kegiatan usaha tani di desa contoh secara umum dikelompokkan menjadi tiga jenis pola usaha tani, yaitu usaha tani lahan basah sawah untuk penanaman padi, usaha tani lahan kering untuk penanaman palawija, sayuran, buah-buahan dan kayu pertukangan, dan usaha tani peternakan. Usaha tani lahan kering biasanya ditanami berbagai jenis palawija seperti : jagung, ubi kayu dan ubi jalar; dan jenis sayuran seperti : wortel, bawang daun, caisim, kol, brokoli, tomat, cabai, terong, kacang panjang, buncis dan labu siam. Pada tanah yang tidak memungkinkan ditanami sayuran, palawija dan padi, petani menanam tanaman tahunan seperti : pisang, pepaya, nangka, nenas, alpukat, dukuh, kelapa dan buah-buahan lain serta kayu pertukangan seperti sengon Paraserianthes falcataria dan kayu bakar seperti kaliandra Callyandra spp.. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan dalam usaha tani peternakan adalah ayam kampung, ayam ras, itik, kelinci, domba, kambing, sapi dan kerbau. Tanaman padi, palawija dan sayuran biasanya mempunyai musim-musim tertentu. Sebagai gambaran kalender musim untuk tanaman padi, palawija dan sayuran di dua desa contoh dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar i. Kalender Musim Tanaman di Desa Contoh No Jenis Tanaman Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop Des 1 Padi X X X X X X X X 2 Jagung X X X X X X X X 3 Ubi kayu X X X X X X X X X 4 Wortel X X X X X X X X X 5 Tomat X X X X X X X X X X 6 Cabai X X X X X X 7 Kol X X X X X X X X 8 Brokoli X X X X X X X X X 9 Caisim X X X X X X X X 10 Kacang panjang X X X X X X X X X 11 Buncis X X X 12 Ketimun X X X X X X X X X 13 Terong X X X X X X 14 Labu siam X X X X X X X 15 Bawang daun X X X X X X X X Sumber : Monografi Desa 2001 16 Tata niaga hasil usaha tani umumnya dilakukan dengan cara menjual kepada pedagang pengumpul atau tengkulak. Sedikit sekali petani yang menjual langsung ke pasar karena selain keterbatasan sarana transportasi dan volume hasil yang tidak terlalu besar juga dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan modalnya, banyak para petani yang mendapat pinjaman dari tengkulak dengan catatan hasil panen tidak boleh dijual kepada orang lain. Harga jualnya lebih rendah dari harga pasar sehingga pendapatan petani pun semakin kecil. Selanjutnya tengkulak menjual hasil usaha tani tersebut ke pasar-pasar induk seperti Jakarta, Bogor, Cianjur dan Sukabumi atau ke pasar lokal Kurniawan, 2003

3. 2. 6. Interaksi Masyarakat Dengan TNGGP