7
2. 3. Pola Penggunaan Lahan
Kegiatan atau usaha manusia memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik material dan spiritual ataupun keduanya secara tetap dan
berkala disebut penggunaan lahan land use. Perencanaan persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan lahan disebut tata guna lahan FAO,
1976 dalam Kusnanto, 2000. Pola penggunaan lahan pada dasarnya merupakan cermin kegiatan
ekonomi suatu masyarakat pada suatu tempat dalam kurun waktu tertentu. Intensitas penggunaan lahan akan ditentukan oleh keadaan wilayah,
perkembangan penduduk, bidang nafkah serta organisasi masyarakat setempat Sandy, 1973 dalam Keren, 1988.
Permasalahan dalam penggunaan lahan sering timbul karena adanya kenyataan peran ganda dari lahan tersebut penyeimbang lingkungan, habitat atau
ruang makhluk hidup, sumberdaya dan faktor produksi dan sifat-sifat yang melekat pada lahan seperti luasnya terbatas, lokasi tetap tidak dapat berpindah
dan karakteristik fisik yang berbeda-beda. Demikian juga dalam pengelolaannya sering terjadi konflik di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan
lahan. Fenomena tersebut dapat mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabilitasnya yang pada akhirnya menimbulkan penurunan kualitas lahan
itu sendiri Rakhman, 2000.
2. 4. Perambahan lahan hutan
Penyerobotan lahan hutan seperti dikemukakan oleh Sastrosemito 1984 merupakan salah satu jenis gangguan hutan yang disebabkan oleh manusia yang
sasaran pokoknya adalah lahan hutan. Perambahan hutan adalah penggunaan lahan hutan untuk keperluan selain hutan, dalam hal ini terutama untuk
pemukiman dan perladangan tanpa ijin dari pihak yang berwenang. Perladangan liar adalah perladangan yang dipraktekan di atas tanah-tanah hutan tanpa ijin dari
pihak yang berwenang Fakultas Kehutanan, 1977. Masyarakat di sekitar kawasan konservasi hutan memiliki sistem sosial
ekonomi dan budaya tersendiri dengan ekosistem dalam kawasan konservasi. Menurut kaidah ekologi bila suatu sistem berdekatan, pada umumnya akan terjadi
8 eksploitasi dari sistem yang kuat terhadap sistem yang lemah. Fenomena yang
umum terjadi adalah eksploitasi kawasan konservasi hutan oleh sistem sosial sekitarnya Pusat Studi Lingkungan Unila, 1984. Demikian pula Fakultas
Kehutanan IPB 1986, menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan umumnya terkait erat dengan hutan.
Masyarakat sekitar hutan memandang hutan sebagai sumber kehidupan dan juga sebagai cadangan bagi perluasan lahan usaha tani mereka ketika mereka
membutuhkan tambahan lahan usaha tani yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk Sudharto, 1996.
Penduduk di sekitar kawasan konservasi terus bertambah, sehingga jumlah petani dengan sendirinya pun terus meningkat. Hal ini berarti kebutuhan lahan
bagi penduduk sekitar kawasan konservasi hutan semakin besar Pusat Studi Lingkungan Unila,1984. Salah satu konsekuensi dari jumlah penduduk yang
terus meningkat adalah pertambahan angkatan kerja. Apabila jumlah angkatan kerja tidak seimbang dengan penyediaan lapangan pekerjaan maka pengangguran
akan meningkat. Akibatnya ketergantungan masyarakat terhadap hutan semakin meningkat sehingga pemukiman dan perladangan liar bermunculan di mana-mana
dengan luas yang semakin meningkat pula. Jumlah anggota keluarga juga berpengaruh terhadap luas lahan yang digarap Fakultas Kehutanan IPB, 1986.
Bagaimana seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu objek. Persepsi adalah suatu proses seseorang memiliki, mengorganisir
sistem, dan menginterpretasikan informasi menjadi gambaran yang berarti mengenai suatu objek Kotler dan Armstrong, 1991. Persepsi adalah pandangan
atau sikap seseorang tentang suatu hal yang menimbulkan motivasi atau kekuatan, dorongan atau tekanan yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak
melakukan sesuatu Pasaribu 1997. Dengan demikian sikap suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu, akhirnya akan memberikan dorongan untuk mau atau
tidak mau melakukan sesuatu hal tersebut. Persepsi yang dimaksud disini adalah sejauh mana masyarakat
penggarap menganggap keberadaan hutan memberikan arti manfaat kepada mereka. Sehingga sesuai dengan Wibowo 1987, persepsi adalah suatu gambaran,
interpretasi serta pengertian seseorang mengenai suatu objek, terutama bagaimana
9 orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan dirinya dan lingkungan
dimana dia berada. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberikan arti kepada seseorang yang bersangkutan tersebut. Bagaimana
seseorang bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu objek. Sehingga dalam kasus perambahan lahan hutan, persepsi masyarakat terhadap
keberadaan hutan akan menentukan tingkat perambahan lahan hutan yang akan dilakukannya.
Tingkat pendidikan yang rendah dan adanya persepsi masyarakat yang menganggap hutan sebagai sumberdaya alam yang bebas dimiliki dan
dipergunakan semakin mendorong masyarakat sekitar hutan untuk menyerobot lahan hutan Wiradinata, 1988. Tingkat kesadaran masyarakat diasumsikan
berbanding lurus dengan tingkat pendidikan atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka tingkat kesadaran tentang pentingnya
pemeliharaan kawasan konservasi semakin tinggi pula Direktorat Jenderal Kehutanan,1983. Disamping itu, faktor pendorong lainnya adalah ketidaktahuan
masyarakat akan arti dan fungsi kawasan konservasi hutan, sehingga banyak tindakan masyarakat yang tidak mendukung kelestarian kawasan tersebut
Fakultas Kehutanan IPB, 1986. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan terhadap hutan
oleh masyarakat sekitar hutan seperti perambahan lahan hutan adalah pengetahuan masyarakat itu sendiri tentang kawasan hutan Fakultas Kehutanan IPB, 1977.
Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam bentuk ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Pengetahuan dan pengalaman akan membentuk
sikap seseorang Engel, 1994. Pengetahuan merupakan fase awal dari pembuatan keputusan dimana akhirnya seseorang akan berbuat atau berperilaku seperti
pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan seseorang akan menentukan sikap menerima atau menolak, kemudian akan berperilaku mengenai sesuatu yang
dianggap positif dan baik bagi dirinya Madrie,1981. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kawasan hutan dan fungsi hutan akan
mempengaruhi sikap mereka terhadap hutan yang kemudian akan tercermin pada interaksinya dengan hutan, terutama kaitannya dengan aktivitas perambahan lahan
hutan yang mereka lakukan Fakultas Kehutanan IPB, 1977.
10 Penyebab hancurnya hutan saat ini disinyalir akibat dari kondisi
masyarakat sekitar hutan yang miskin dan berpendidikan rendah, hilangnya budaya berhutan oleh masyarakat, serta diikuti oleh kondisi politik dan ekonomi
yang tidak stabil. Kondisi demikian semakin mewarnai wajah pengelolaan hutan di Pulau Jawa yang selama ini dirasakan kurang memberikan manfaat bagi
pembangunan daerah dan pengembangan masyarakat lokal Lembaga Arupa, 2000.
11
III. TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN