Pengadaaan Bahan Baku Permasalahan Pengusaha Mikro Konveksi .1 Sumberdaya Manusia

45 pengusaha mengajukan kredit kepada lembaga keuangan swasta walaupun suku bunganya lebih tinggi namun angsurannya lancar. Hal tersebut menimbulkan stigma kepada pengusaha mikro konveksi bahwa sikap mental mereka kurang baik yang ditandai dengan kurangnya itikad baik untuk melunasi kredit yang telah mereka terima. Kredit bergulir dari Diperindagkop Provinsi Jawa Tengah yang digulirkan belakangan ini leblih selektif melihat track record kelancaran angsuran kredit terdahulu sehingga tertutup peluang bagi pengusaha yang sama sekali belum pernah mengajukan kredit. Apabila angsuran kredit oleh pengusaha mikro lancar, pada saat 3 angsuran terakhir mereka akan diberikan kesempatan untuk mengajukan kredit lagi. Salah seorang responden mengatakan bahwa ia sangat mengharapkan kredit bantuan lunak dari Diperindag Provinsi Jawa Tengah karena bunganya sangat ringan, namun sudah tidak ada lagi kredit tersebut sehingga untuk kebutuhan tambahan modal ia mengambil kredit dari “Grup Para Sahabat” Comal walaupun dengan suku bungan 3 persen per bulan namun tanpa agunan.

6.1.4 Pengadaaan Bahan Baku

Usaha mikro konveksi yang memproduksi celana panjang membeli bahan dari Jakarta atau Bandung dengan cara pembayaran yang beragam. Ada yang tunai, cek atau giro. Batas jatuh tempo pembayaran mundur berkisar 1-3 bulan. Giro hasil penjualan produk celana panjang dari toko perusahaan yang sudah dikenal oleh pedagang kain bisa digunakan sebagai alat pembayaran tanpa harus menunggu giro tersebut dicairkan. Namun hal ini tidak bisa berlaku untuk semua pedagang bahan baku, karena unsur kehati-hatian terhadap penipuan. Harga bahan baku yang dibeli dengan tunai transfer langsung bila dibandingkan dengan yang dibayar dengan cek atau giro terdapat selisih antara 10–20 persen. Selisih harga tersebut jelas sangat mempengaruhi besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan oleh pengusaha. Ketersediaan bahan baku untuk celana panjang cukup memadai. Hal tersebut didukung penuturan para pengusaha bahwa dalam sejarah usaha mereka belum pernah kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Bahan celana panjang bisa dipesan. dan pengirimannya bisa diambil langsung ataupun dikirim. Biaya pengiriman tergantung kesepakatan antara pengusaha konveksi dengan 46 pedagang kain. Biasanya harga yang dipatok oleh pedagang kain adalah harga sampai di tempat, artinya biaya pengiriman sudah dimasukkan include dengan harga jual kain. Pengusaha celana panjang membeli bahan dengan satuan yard karena lebih mudah untuk menghitung biaya produksi berapa yard dan berapa rupiah bahan yang dibutuhkan untuk tiap potong celana Pengusaha yang memproduksi celana kolor membeli bahan baku dari pasar Tegalgubug Cirebon yang berjarak 135 km dari Kelurahan Purwoharjo. Bahan baku celana kolor merupakan barang impor dari Korea salah satunya bermerk micro wash. Ketersediaan bahan baku untuk celana kolor ini tidak tentu, terkadang melimpah terkadang sedikit bahkan langka. Kelangkaan tersebut menurut salah seorang pengusaha yang berpendidikan sarjana, disebabkan karena adanya masalah di bea cukai atau terkadang sengaja ditimbun oleh para pedagang kain kemudian dilepas dengan harga yang sudah berubah naik tajam. Hal tersebut berpengaruh terhadap pemasaran, karena celana kolor dengan bahan jenis tertentu yang sudah dilepas di pasaran dan laku keras tidak bisa diproduksi lagi karena kelangkaan bahan baku. Artinya terjadi kerugian karena peluang pasar yang sudah tercipta menjadi hilang karena kelangkaan bahan baku. Pada Tabel 11 disajikan tempat pembelian bahan baku, cara pembayaran dan cara pengirimannya sampai ke tempat pengusaha mikro konveksi. Tabel 12 Pembelian Bahan Baku Berdasarkan Tempat dan Cara Pembayaran 9 Kasus Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 2006 N o Kasus Produk Tempat Pembelian Cara Pembayar an Cara Kirim T S J B P Tun ai Tem po Am bil Ki rim 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengusaha 1 Pengusaha 2 Pengusaha 3 Pengusaha 4 Pengusaha 5 Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha 9 Celana Kolor Celana Kolor Celana Kolor Panjang Seragam Panjang Celana Kolor Celana Kolor Panjang v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v Keterangan : T : Tegalgubug B : Bandung J : Jakarta S : Semarang P : Pemalang 47 Tabel 11 menunjukkan bahwa ada persamaan karakteristik antara pengusaha celana panjang dan seragam sekolah dalam hal cara pembayaran dan cara pengiriman pembelian bahan baku. Bahan celana kolor hanya bisa dibeli dengan cara tunai di pasar Tegalgubug. Pasar buka pada malam hari yaitu pada malam Sabtu dan malam Selasa. Kekurangan pembayaran hanya dapat ditoleransi oleh pedagang sampai dengan hari pasaran berikutnya. Pedagang yang sudah menjadi langganan, barang bisa dipesan lewat telepon namun apabila belum memberikan DP, tidak ada jaminan bahwa barang tersebut tidak dijual kepada orang lain. Jadi untuk memperoleh bahan baku celana kolor, pengusaha harus berebut untuk mendapatkannya. Bahan celana kolor dibeli dengan dua satuan ukuran yaitu kilogram dan yard. Bagi yang membeli bahan baku dengan satuan kilogram, mereka sudah dapat menaksir bahwa untuk kain jenis A, 1 kg menjadi berapa yard dan menjadi berapa potong celana sehingga pada saat menawar harga kain sudah dapat memperkirakan apakah masih bisa mendapat keuntungan atau tidak bila dibuat celana. Umumnya 1 kg kain bisa menjadi 2 potong kolor atau hampir setara dengan 2 yard. Bahan celana kolor diangkut dari pasar Tegalgubug sampai ke rumah pengusaha kelurahan Purwoharjo dengan menggunakan jasa transportasi lokal dengan biaya antara Rp 700 kg. Jasa angkutan ini menggunakan kendaraan milik penduduk setempat. Jumlah armada yang biasa beroperasi 8 unit, 2 unit diantaranya milik responden pengusaha konveksi. Pada Tabel 12 disajikan pembelian bahan baku 9 kasus pengusaha mikro konveksi. Tabel 13 Pembelian Bahan Baku 9 Kasus Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo perminggu Tahun 2006 N o Kasus Jumlah Pembelian Fre kuen si kali Harga satuan Rp Jumlah Belanja Bahan Baku Rp Biaya Trans portasi Rp Total Biaya Rp kg yard 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengusaha 1 Pengusaha 2 Pengusaha 3 Pengusaha 4 Pengusaha 5 Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha 9 210 200 600 600 1.200 600 1.000 600 900 2 2 2 1 1 1 1 1 1 10.000 5.500 5.000 14.000 6.000 13.500 5.000 11.000 16.000 4.200.000 6.600.000 6.000.000 16.840.000 3.600.000 13.500.000 3.000.000 2.200.000 14.400.000 294.000 420.000 420.000 - - - 210.000 140.000 - 4.494.000 7.200.000 6.420.000 16.840.000 3.600.000 13.500.000 3.210.000 2.340.000 14.400.000 48 Tabel 12 menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha membeli bahan baku seminggu sekali. Jumlah pembelian bahan baku celana kolor tidak pasti, sesuai dengan modal yang dimiliki oleh tiap pengusaha. Uang tersebut merupakan hasil penjualan produk celana kolor secara tunai dan langsung dibelanjakan untuk membeli bahan baku agar dapat melanjutkan perputaran usaha. Apabila pemasaran sedang lesu atau produk celana banyak yang belum laku, maka pembelian bahan baku otomatis berkurang karena kebanyakan pengusaha tidak mempunyai cadangan modal yang cukup. Para pengusaha berangkat berbelanja kain secara berombongan 5 – 6 orang, namun pembelian kain dilakukan secara perorangan. Pada saat berangkat, si pengusaha naik mobil tersebut dengan tarif Rp 12.500 per orang. Pulangnya pengusaha naik angkutan umum sedangkan mobil diisi dengan kain. Kain ditimbang untuk menentukan besarnya ongkos yang harus dibayar oleh masing-masing pengusaha. 6.1.5 Pemasaran 6.1.5.1 Pemasaran