34 digunakan untuk membeli peralatan berupa mesin jahit baru dan tambahan
modal kerja. Pengaruh bantuan kredit yang diberikan terhadap usaha mikro konveksi adalah penambahan alat produksi. Penyaluran kredit BUMN kepada
pengusaha mikro konveksi pada tahun 1996 tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Penyaluran Kredit BUMN kepada Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 1996
No NAMA BUMN
ALOKASI KOPERASI
UKM
Rp juta
Unit Rpjuta Unit Rpjuta 1 PLN
206,05 4
35,00 16 171,05
2 PT Krakatau Steel
535,50 60
535,50
Sumber : Diperindagkop 2003
Kesulitan yang dialami Diperindagkop selaku instansi pembina industri kecil di daerah adalah, pihak BUMN pada saat menyalurkan kredit tidak
melibatkan Diperindagkop hanya diberikan tembusan permohonan proposal bantuan kredit kepada BUMN dan angsurannya langsung ke rekening BUMN
melalui bank yang ditunjuk. Hal tersebut menyebabkan tingkat kemacetannya tidak dapat dihitung secara pasti. Pembinaan kepada pengusaha mikro konveksi
pasca penyaluran kredit kurang.
5.1.2 Bantuan Modal dari Diperindag Provinsi Jawa Tengah
Hal yang sama terjadi setelah otonomi daerah, yaitu pinjaman modal dari Diperindagkop Provinsi Jawa Tengah. Program mulai digulirkan pada tahun
2002. Jumlah total pinjaman adalah Rp 225.000.000 untuk 15 pengusaha Rp 15.000.000 pengusaha yang disalurkan melalui BPR BKK di tiap-tiap
kecamatan. Lamanya angsuran 3 tahun 36 bulan dengan suku bunga flat persen per tahun. Jadi angsuran yang harus dibayarkan tiap bulan adalah Rp
516.700 dengan perincian angsuran pokok Rp 416.700 dan jasa pengelolaan bunga Rp 100.000. Angsuran dibayarkan langsung melalui BPR BKK.
Selanjutnya BPR BKK mengirimkan laporan kepada Diperindagkop Kabupaten Pemalang selaku pembina program. Berdasarkan Laporan Realisasi Angsuran
Dana Bergulir oleh Diperindagkop Kabupaten Pemalang, sampai dengan bulan mei 2006 dari jumlah total pinjaman sebesar Rp 271.500.000 pokok + bunga
35 baru diangsur sebesar Rp 64.070.800 23,60. Padahal kredit tersebut
seharusnya sudah lunas seandainya angsuran lancar. Hasil evaluasi dari Diperindagkop kabupaten Pemalang, dari lima belas pengusaha yang mengambil
kredit, ada yang tidak mengangsur sama sekali, ada yang mempunyai tunggakan dan ada yang lancar. Bagi yang angsurannya lancar, pada saat tiga angsuran
terakhir, diberikan kesempatan untuk mengajukan kredit kembali. Walaupun pada saat pemberian pinjaman dana bergulir sudah dibuat surat perjanjian dan
menggunakan agunan, namun pada pelaksanaannya sanksi yang tertera dalam surat perjanjian sulit untuk diterapkan. Langkah-langkah yang ditempuh oleh
Diperindagkop kabupaten Pemalang selaku pembina, hanya sebatas memberikan surat teguran dan pernah beberapa kali mengundang para
pengusaha yang kreditnya macet. Setelah diundang dan diberikan pengarahan, ada beberapa yang mengangsur satu atau dua kali angsuran, tapi kemudian
macet lagi. Pengusaha kecil sering mengeluh kekurangan modal tetapi apabila
ada bantuan modal dengan bunga ringan, sebagian besar macet angsurannya. Oleh karena itu Diperindagkop lebih selektif dalam menentukan kelayakan
seorang pengusaha yang mengajukan permohonan bantuan modal, salah satunya dengan melihat catatan track record pengusaha tersebut dalam hal
pembayaran pinjaman. Perlakuan kepada pengusaha yang angsurannya lancar cukup adil karena mereka tetap diberikan kesempatan untuk mengajukan kredit
kembali. Kebijakan pemerintah Deperindag yang diberlakukan sekarang,
bantuan sarana produksi diberikan berdasarkan usulan dari pengusaha kecil melalui Diperindagkop setempat. Sifat bantuan tidak berupa hibah, namun kredit
bergulir. Pengusaha yang mendapatkan bantuan wajib mengangsur untuk dibelikan alat yang baru dan digulirkan kepada pengusaha lain. Tahun 2005
pengusaha kecil konveksi dari Kecamatan Ulujami mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah pusat deperindag berupa alat obras senilai Rp
500.000.000.
36
5.2 Sosialisasi HAKI dan Pendaftaran Hak Merk dan TDI