10 baru, baik program kredit maupun program yang memberikan jasa-jasa bisnis
business services dan pelatihan harus bersifat ”demand driver”, yaitu terutama ditentukan oleh kebutuhan riil usaha kecil. Disamping itu, program-program
promosi itu juga harus bersifat ”market-driven”, artinya baik permintaan maupun pemasokan program-program ini akan ditentukan oleh kekuatan pasar dan bukan
diwajibkan oleh pemerintah Widyaningrum, 2003. Berdasarkan argumen- argumen tersebut, pemberdayaan usaha mikro konveksi dalam kajian ini tidak
menyepakati pendekatan ”top down” supply driven” pemerataan dan lebih cenderung menggunakan pendekatan ”demand driven” dan ”market driven ”
dengan menyampaikan kebutuhan riil para pengusaha kepada pemerintah agar program pembinaan oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan mereka.
2.3 Pengembangan Kapasitas
Pemberdayaan pengusaha mikro konveksi tidak bisa dilepaskan dari pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. Pengembangan kapasitas
masyarakat menurut Maskun 1999 merupakan suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata.
Kekuatan-kekuatan itu adalah kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi dan sumberdaya manusia, sehingga menjadi suatu Local capacity. Kapasitas
lokal yang dimaksud adalah kapasitas pemerintah daerah, kapasitas kelembagaan swasta, dan kapasitas masyarakat desa terutama dalam bentuk
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam dan ekonomi setempat.
Kapasitas lokal yang dapat dikembangkan dalam pemberdayaan pengusaha mikro konveksi di Kelurahan Purwoharjo, adalah sumberdaya
ekonomi berupa kegiatan industri mikro konveksi dan sumberdaya manusia pengusaha dan tenaga kerja. Kebutuhan penting di sini adalah bagaimana
mengembangkan kapasitas masyarakat, yang mencakup kapasitas institusi dan kapasitas sumberdaya manusia. Pemerintah memiliki fungsi menciptakan strategi
kebijakan sebagai landasan bagi organisasi lokal untuk mengembangkan kreativitasnya. Pemda Kabupaten Pemalang telah menetapkan dusun Serdadi
11 Kelurahan Purwoharjo sebagai sentra industri mikro konveksi.Dalam rangka
pengembangan kapasitas dapat dilakukan Upaya-upaya Eade, 1997 : 1. Mendukung kapasitas tokoh masyarakat untuk mengorganisasikan
perubahan, lingkungan, perumahan dan program bantuan darurat. 2. Mendukung kapasitas golongan tak mampu disabilities, pengembangan
pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja kelompok dan pengembangan jaringan.
Pengembangan kapasitas yang dimaksudkan dalam kerangka program nasional mengacu kepada kebutuhan akan : penyesuaian kebijakan-kebijakan
dan peraturan-peraturan, reformasi kelembagaan, modifikasi prosedur-prosedur kerja dan mekanisme-mekanisme koordinasi, peningkatkan keterampilan dan
kualifikasi sumber daya manusia, perubahan sistem nilai dan sikap atau perilaku sedemikian rupa, sehingga dapat terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan otonomi
daerah, sebagai suatu cara pendekatan baru ke arah pemerintahan, pengadministrasian dan pengembangan mekanisme-mekanisme partisipatif yang
tepat guna memenuhi tuntutan yang lebih demokratis Bappenas-Depdagri, 2002. Secara umum Pengembangan dan peningkatan Kapasitas meliputi tiga
tingkatan agar dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan yaitu : 1. Tingkat sistem
, yaitu kerangka peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
mendukung atau membatasi pencapaian tujuan-tujuan kebijakan tertentu. 2. Tingkat kelembagaan atau entitas, yaitu struktur organisasi, proses-
proses pengambilan keputusan dalam organisasi, prosedur-prosedur dan mekanisme-mekanisme kerja, instrumen manajemen, hubungan-
hubungan dan jaringan antar organisasi dll. 3. Tingkat individu,
yaitu tingkat keterampilan, kualifikasi, pengetahuan
wawasan, sikap attitude, etika dan motivasi individu-ndividu yang bekerja dalam suatu organisasi.
Dalam kerangka pemberdayaan pengusaha mikro konveksi di Kelurahan Purwoharjo, pengembangan kapasitas difokuskan pada tingkat individu
pengusaha dan tingkat kelembagaan Koperasi Pengusaha Pakaian Jadi KPPJ.
12
2.4 Kerangka Berpikir