58 2. Letak tempat usaha strategis
Lokasi usaha mikro konveksi berada di dusun Serdadi Kelurahan Purwoharjo Kecamatan Comal yang terletak di pinggir jalan raya pantura bagian barat
Jawa Tengah. Kedekatan lokasi dengan jalan raya ini sangat menguntungkan dalam hal akses transportasi bahan baku dan pemasaran.
Aksesibilitas lokasi ini berpengaruh terhadap biaya transportasi yang harus dikeluarkan serta tersedianya pilihan-pilihan transportasi yang akan
digunakan. Pilihan transportasi yang tersedia adalah transportasi umum, kendaraan rental dan kendaraan pribadi dengan biaya yang cukup
terjangkau. Usaha mikro konveksi sudah berjalan lama sejak tahun 1980 dan telah cukup dikenal oleh pedagang. Didukung dengan penetapan lokasi
sebagai salah satu sentra industri kecil konveksi di Kabupaten Pemalang dan dipromosikan oleh pemda membuat lokasi menjadi lebih terkenal dan
berdampak positif terhadap pemasaran. Jadi letak tempat usaha ini menjadi salah satu kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam pemberdayaan usaha
mikro konveksi. 3. Kualitas produk baik
Berdasarkan keterangan salah satu pengusaha, minat konsumen terhadap produk celana panjang yang dihasilkan oleh pengusaha mikro konveksi
Kelurahan Purwoharjo cukup tinggi dan selama ini diakui oleh pedagang mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk yang sama
yang dihasilkan oleh para pengusaha di daerah Rowosari dan Samong Kecamatan Ulujami. Masing-masing produk mempunyai pangsa pasar yang
berbeda. Kualitas produk yang baik ini menjadi salah satu modal untuk dapat memenangkan persaingan. Selama ini kontrol kualitas produk dilakukan
sendiri oleh pengusaha atau anggota keluarganya untuk tetap dapat menjaga mutu produk. Mutu produk yang selalu terjaga berpengaruh positif terhadap
harga jual produk yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk dari tempat lain.
7.1.1.2 Kelemahan
1. Kepemilikan modal terbatas Sebagian besar pengusaha mikro konveksi di kelurahan Purwoharjo pada
awal usahanya mengandalkan modal sendiri dengan pemupukan modal
59 investasi yang rendah. Para pengusaha mengalami kesulitan untuk
mengakses permodalan dari lembaga keuangan. Banyak bank komersial yang menawarkan kredit kepada para pengusaha namun kurang diminati
oleh para pengusaha karena bunganya tinggi dan persyaratannya susah. Kepemilikan modal yang rendah telah menghambat perkembangan usaha
mereka. Modal terutama digunakan untuk modal kerja, yaitu untuk membeli bahan baku , alat-alat pelengkap lain dan upah tenaga kerja.
2. Lemahnya kemampuan membangun jaringan kerja sama dan pemasaran Keterbatasan permodalan dan keterbatasan kapasitas SDM telah
menyebabkan jaringan kerja sama dan pemasaran yang dimiliki oleh para pengusaha terbatas dan hanya memasarkan produknya kepada pedagang
langganan saja. Jaringan pemasaran baru menuntut pembayaran mundur konsinyasi. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para
pengusaha kurang sehingga kurang mampu mengembangkan jaringan kerja sama.
3. Kemampuan manajerial Kemampuan manajerial para pengusaha rendah yang ditandai dengan
bercampurnya pengelolaan keuangan antara untuk produksi dan konsumsi rumah tangga sehingga pemupukan modal kurang. Penghasilan
keuntungan yang diperoleh digunakan untuk dua kepentingan yaitu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan untuk menambah modal usaha.
Jumlah untuk masing-masing kebutuhan tersebut tidak tentu sehingga pemupukan modal tidak dapat direncanakan dengan baik.
4. Kurangnya keterampilan para tenaga kerja untuk membuat model pakaian terbaru celana kolor
Produk celana kolor modelnya cepat berubah. Para tenaga kerja tidak pernah mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Apabila
tenaga kerja tidak bisa menyesuaikan dengan model yang terbaru maka tidak bisa merebut peluang pasar. Mode terbaru dapat diketahui dengan
mengakses informasi pasar yang meliputi perkembangan mode, perkembangan harga dan lain-lain. Untuk itu diperlukan keterampilan untuk
membuat model pakaian terbaru.
60
7.1.2 Faktor Eksternal 7.1.2.1 Peluang