Pengembangan Modal Sosial Kebijakan dan Perencanaan Sosial

38 Kegiatan sosialisasi HAKI dan bantuan pendaftaran merk Industri kecil dilanjutkan pada tahun 2004. Pada tahun ke-3 ini ada salah satu pengusaha kecil konveksi dari dusun Serdadi yang mendaftarkan merk produknya dengan nama “CARPILOCI”. Pengusaha ini juga mendapatkan subsidi sebesar Rp 1.500.000. Setelah ada pengusaha yang mendaftarkan merk produknya dan dapat merasakan manfaatnya, diharapkan pengusaha lain dapat belajar dari pengalaman temannya tersebut dan dapat mengikuti jejaknya. Kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap industri kecil yang mendaftarkan hak merknya yaitu mempunyai peluang untuk mengakses permodalan dari lembaga keuangan formal maupun bentuk jaringak kerja sama lainnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan usaha dan peningkatan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Industri mikro konveksi tidak bisa berdiri sendiri, tapi ditopang oleh sektor lain. Pengusaha kecil yang akan mengirimkan produknya ke luar kota Bandung, Jakarta, Surabaya membutuhkan jasa transportasi melalui biro perjalanan travel maupun jasa paket. Pengadaan bahan baku yang dibeli secara langsung membutuhkan jasa transportasi lokal. Pembayaran dengan sistem transfer atau cek mundur, membutuhkan jasa perbankan. Jadi industri mikro konveksi tidak bisa lepas dari jasa lain yang menopangnya.

5.2.2 Pengembangan Modal Sosial

Pendaftaran hak atas kekayaan intelektual dan pendaftaran hak merk memanfaatkan modal sosial yang sudah ada di masyarakat. Interaksi yang intensif antar sesama pengusaha kecil akan lebih mudah untuk mensosialisasikan pendaftaran hak merk industri kecil dengan cara berbagi pengalaman antara pengusaha kecil yang sudah mendaftarkan hak merknya dan yang belum. Melalui modal sosial berupa hubungan ketetanggaan dan interaksi yang intensif sesama pengusaha maka pengusaha yang sudah mendaftarkan hak merknya akan menceritakan bagaimana prosedur pendaftarannya, berapa biaya yang harus dikeluarkan termasuk adanya subsidi dari Disperidagkop Kabupaten Pemalang, dan manfaat apa saja yang ia rasakan setelah mendaftarkan hak merk produknya. Gerakan sosial yang terjadi adalah para pengusaha kecil yang tadinya menentang pendaftaran hak merk industri kecil menjadi tertarik dan 39 mendaftarkan hak merknya melalui cara yang persuasif. Menimbulkan kesadaran hukum dalam diri para pengusaha untuk mendaftarkan industrinya tanda daftar industri dan mendaftarkan hak merk produknya ke departemen kehakiman dan HAM demi kepentingan mereka sendiri.

5.2.3 Kebijakan dan Perencanaan Sosial

Kebijakan ini murni bersifat top down karena inisiatif maupun pelaksanannya oleh pemerintah daerah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Untuk pendaftaran hak merk industri kecil, Pemda tidak mendapatkan manfaat secara langsung, tapi pada Perda No 18 Tahun 2002 tentang Retribusi izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri, Pemda mendapatkan manfaat berupa Retribusi yang dapat menyumbang Pendapatan Asli Daerah PAD. Dengan pendaftaran hak merk diharapkan dapat membantu proses pemasaran karena merknya sudah terdaftar, meningkatkan harga penjualan dan jaringan pemasaran, aman dari pembajakan produk oleh pihak lain dan membantu meningkatkan kepercayaan lembaga keuangan perbankan untuk dapat memberikan bantuan kredit kepada pengusaha yang bersangkutan. Himbauan untuk mendaftarkan hak merk dan membayar retribusi Izin usaha Perusahaan dan Tanda Daftar Industri belum mendapatkan sambutan yang positif dari pengusaha kecil karena mereka belum dapat merasakan manfaat secara langsung. Yang paling dirasakan pengusaha kecil adalah bahwa mereka harus membayar sejumlah uang yang jumlahnya tidak sedikit. Gambaran-gambaran yang diberikan pada saat sosialisasi mereka anggap tidak lebih sebagai janji-janji yang belum tentu benar. Anggapan lain adalah bahwa selama ini dengan tidak mendaftarkan usaha dan merknya, usaha mereka masih tetap bisa berjalan dan relatif tidak mengalami hambatan yang berarti.

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Permasalahan Pengusaha Mikro Konveksi 6.1.1 Sumberdaya Manusia Permasalahan sumberdaya manusia dibedakan menjadi sumberdaya manusia pengusaha dan sumberdaya manusia tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja di usaha mikro konveksi berasal dari desa-desa di sekitar Kelurahan Purwoharjo antara lain desa Kebagusan, Ujunggede, Purwosari, Sidorejo dan sekitarnya. Mayoritas tenaga kerja berpendidikan SD. Hanya beberapa orang yang lulus SMP. Mereka mendapatkan keterampilan menjahit secara otodidak maupun kursus menjahit. Proses perekrutan tenaga kerja selama ini tidak mengalami kesulitan. Beberapa pengusaha menuturkan bahwa tenaga kerja baru biasanya direkrut berdasarkan rekomendasi dari tenaga karyawan yang sudah ada. Pada saat pengusaha membutuhkan tambahan tenaga kerja, ia akan menanyakan kepada karyawannya apakah mereka informasi mengenai orang yang berminat untuk bekerja di tempatnya. Rekomendasi dari karyawan bukan merupakan harga mati, artinya masih diuji lagi dengan cara dilihat kerapian hasil kerjanya. Cara lain dengan menanyakan track record pengalaman kerja calon karyawan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh masing-masing responden tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah Tenaga Kerja menurut Status Dalam Keluarga dan Luar Keluarga dari 9 Kasus Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 2006 No Kasus Tenaga Kerja Jumlah Dalam Keluarga orang Luar Keluarga orang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengusaha 1 Pengusaha 2 Pengusaha 3 Pengusaha 4 Pengusaha 5 Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha 9 3 2 2 2 1 1 1 2 2 13 9 15 35 14 11 17 3 16 16 11 17 37 15 12 18 5 18 Jumlah 16 133 149