61 beberapa sebab namun statusnya belum dibubarkan. Organisasi tersebut
merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi dalam
pengembangan usaha. 5. Ketersediaan tenaga kerja yang memadai dan murah.
Persentase tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga adalah 10,74 persen, sedangkan sisanya yang berasal dari luar keluarga sebesar 89,36
persen. Tenaga kerja dari dalam keluarga bertugas dalam pengontrolan kualitas sebelum packing. Tenaga kerja luar keluarga bertugas dalam hal-hal
teknis, pembuatan pola, pemotongan, menjahit, mengobras serta menyetrika. Selama ini para pengusaha tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh
tenaga kerja. Sistem perekrutannya melalui rekomendasi dari tenaga kerja yang sudah ada, dilihat track record-nya sebelumnya pernah bekerja dimana
dan dilihat kerapihan hasil kerjanya. Sistem pengupahan secara borongan berdasarkan jumlah potong pakaian yang dihasilkan dirasakan masih
terjangkau oleh para pengusaha. Upah untuk kolor per potong Rp 900 – 1.200 sedangkan celana panjang upah per potong Rp1.500 – 2.500.
Pengupahan dengan sistem borongan tersebut dapat mempermudah perhitungan biaya produksi sebagai dasar menentukan harga produk.
7.1.2.2 Ancaman
1. Sistem perdagangan konsinyasi, Kepemilikan modal usaha mikro sangat rendah karena banyak yang
mengandalkan modal sendiri. Sistem perdagangan ini merugikan pengusaha mikro karena dengan pengunduran pembayaran pengusaha harus mencari
tambahan modal untuk biaya produksi selanjutnya agar usaha tetap dapat berjalan. Setiap kredit pasti berbunga, hal itu tentu saja akan semakin
mengurangi keuntungan yang akan diterima para pengusaha. Keuntungan hasil penjualan produk akan dikurangi dengan angsuran kredit dan
bunganya. Konsinyasi tidak hanya berlaku untuk pasar produk out put namun juga pasar suplai.
2. Suplai bahan baku yang tidak tentu celana kolor, Ketidakpastian suplai bahan baku kolor merupakan ancaman karena dengan
ketidakpastian suplai bahan baku dapat menghambat proses produksi.
62 Kerugian yang diakibatkan adalah hilangnya peluang pasar yang sudah
tercipta untuk produk dengan bahan tertentu. Hal ini terjadi karena produk dengan bahan tertentu dan model tertentu yang sedang diminati oleh
konsumen tidak dapat diproduksi kembali karena kelangkaan bahan baku. Bila hal itu terjadi maka pengusaha harus membuat model baru dengan
bahan lain dan belum tentu diminati oleh pasar sehingga akan mempengaruhi kelancaran pemasaran. Para pengusaha tergantung pada satu tempat
pembelian bahan baku yaitu di pasar Tegalgubug Cirebon. Selama ini mereka belum menemukan tempat pembelian bahan baku yang lain.
3. Persaingan produk konveksi daerah lain, Kelurahan Purwoharjo bukan satu-satunya sentra industri mikro konveksi di
kabupaten Pemalang. Persaingan di tingkat lokal adalah dari pengusaha konveksi di desa Rowosari dan Samong. Persaingan di tingkat regional
berasal dari daerah Tegal dan Kudus. Menurut para pengusaha, produk konveksi dari daerah Tegal dan Kudus harganya lebih murah. Untuk tetap
mempertahankan usaha konveksi maka para pengusaha harus memenangkan persaingan tersebut dengan cara menekan biaya produksi
serta menjaga kualitas. 4. Stigma negatif pengusaha oleh BUMN dan Pemda
Stigma negatif tersebut muncul karena tingginya tingkat kemacetan kredit yang pernah disalurkan oleh BUMN dan pemda. BUMN yang pernah
menyalurkan kreditnya adalah Krakatau Steel dan PLN. Stigma tersebut menyebabkan proses seleksi kelayakan usaha dalam penyaluran kredit
menjadi bertambah ketat. Seleksi penyaluran kredit yang sangat ketat mengurangi peluang pengusaha mikro untuk mendapatkan kredit karena
mereka tidak memiliki agunan dan usaha mereka dinilai tidak layak untuk mendapatkan kredit. Kebutuhan modal merupakan hal yang sangat
mendesak. Kecilnya peluang untuk mendapatkan kredit lunak membuat para pengusaha mencari alternatif permodalan yang lain dengan bungan
yang tinggi. Sumber pendanaan yang banyak diminati adalah modal ventura. Modal ventura sangat diminati karena peryaratannya mudah, tidak
memerlukan agunan, prosesnya mudah namun bunganya tinggi. Modal ventura yang pernah menyalurkan pinjaman modal kepada pengusaha
mikro di kelurahan Purwohrajo adalah Sarana Jasa Ventura Semarang dan Grup Para Sahabat Comal.
63
Tabel 17 Matriks Analisis SWOT Pemberdayaan Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 2006 FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL KEKUATAN STRENGTHS
1. Alat produksi dan teknologi memadai
2. Letak tempat usaha strategis
3. Kualitas produk yang baik
KELEMAHAN WEAKNESSES
1. Kepemilikan dan pemupukan modal rendah
2. Lemahnya kemampuan membangun jaringan
dan pemasaran baru 3.
Kemampuan manajerial rendah 4.
Kurangnya keterampilan membuat model pakaian terbaru
PELUANG OPORTUNITIES
1. Keberadaan dan dukungan lembaga keuangan 2. Permintaan pasar terhadap produk
3. Kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk usaha mikro pelatihan dan permodalan
berdasarkan usulan dari bawah 4. Sudah pernah terbentuk Asosiasi dan koperasi
5. Ketersediaan tenaga kerja yang memadai dan murah
1. Mengakses pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja
2. Mengoptimalkan pemanfaatan alat produksi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dan
memenuhi permintaan pasar 3. Mengakses permodalan yang belum dimanfaatkan
dari lembaga keuangan untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi pasar.
4. Menyampaikan usulan program pelatihan dan permodalan kepada Diperindag secara partisipatif
1. Meningkatkan akses lembaga melalui asosiasi dan koperasi keuangan untuk meningkatkan
permodalan 2. Mengusulkan pelatihan partisipatif untuk
meningkatkan kemampuan manajerial, kemampuan membangun jaringan dan
pemasaran baru serta keterampilan 3. Meningkatkan akses teknologi dan informasi
mode
ANCAMAN THREATHS
1. Sistem perdagangan konsinyasi
2. Ketersediaan bahan baku yang tidak tentu 3. Persaingan produk konveksi daerah lain
4.
Stigma negatif pengusaha oleh BUMN dan Pemda kredit macet
1. Meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk untuk memenangkan persaingan
2. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk menyesuaikan mode
3. Diversifikasi produk agar tidak tergantung pada bahan baku tertentu
4.
Mengaktifkan kembali revitalisasi asosiasi atau koperasi untuk akses permodalan dan
meningkatkan jaringan kerja sama bahan baku 1.
Mengangsur kredit yang macet dan mengusulkan penghapusan bunga pinjaman
untuk mengembalikan kepercayaan BUMN dan Pemda agar bisa mengakses bantuan lunak
untuk meningkatkan permodalan
2. Meningkatkan jaringan kerja sama suplai bahan baku dan pemasaran dengan sistem kemitraan.
3.
Meningkatkan keterampilan agar dapat menyesuaikan mode dan memenangkan
persaiangan.
63
64
7.2 Rancangan Strategi Pemberdayaan Pengusaha Mikro Konveksi 7.2.1 Proses Penyusunan
Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus FGD dengan para pengusaha mikro
konveksi. Diskusi dipimpin oleh salah satu pengusaha yang memproduksi celana panjang yang pernah pernah kuliah tidak sampai tamat di salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta. Faktor lingkungan usaha yang digali pengkaji melalui kuisioner SWOT lampiran 2, 3, 4 ditawarkan kepada para peserta diskusi untuk
mendapatkan tanggapan. Tanggapan berbentuk persetujuan atau penolakan. Faktor lingkungan usaha mikro konveksi internal dan eksternal yang sudah
disepakati oleh peserta FGD dimasukkan ke dalam matriks SWOT dengan bantuan pengkaji. Sebagian besar peserta diskusi berpendapat bahwa masalah
yang paling mendesak untuk ditangani adalah masalah kurangnya permodalan selanjutnya disusul dengan masalah pemasaran dan ketidakpastian suplai bahan
baku dan yang terakhir masalah kapasitas pengetahuan dan keterampilan para pengusaha rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut, para peserta mengusulkan alternatif pemecahan masalah menurut pendapat masing-masing. Alternatif
pemecahan masalah tersebut diinventarisir dan dimasukkan ke dalam alternatif rancangan strategi dalam matriks SWOT oleh pengkaji. Dari beberapa alternatif
strategi yang dihasilkan dengan analisis SWOT, diringkas dan dirumuskan strategi prioritas untuk dapat mengatasi permasalahan dan kebutuhan yang telah
disepakati sebelumnya antara lain : strategi pengembangan permodalan, strategi pengembangan jaringan kerja sama, strategi peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia.
7.2.2 Strategi Pengembangan Permodalan
Pengembangan permodalan pengusaha ditempuh dengan menggunakan alternatif strategi dalam matriks analisis SWOT, antara lain :
1. Mengakses permodalan dari lembaga keuangan yang belum dimanfaatkan
untuk meningkatkan produksi dan memenuhi pasar. SO-3 2.
Menyampaikan usulan program permodalan kepada dinas terkait secara partisipatif SO-4