Kelemahan Kelebihan Evaluasi KPPJ

55

6.3.1 Kelemahan

Pada perkembangannya, banyak para anggota yang menunggak pembayaran kain yang diambilnya dari koperasi karena berbagai sebab. Alasan mereka antara lain : penjualan kurang lancar, kena musibah dan mentalitas oknum pengusaha yang kurang baik. Pengurus banyak yang sibuk mengurus usaha masing-masing sehingga perhatian mereka pada kemajuan koperasi kurang. Domisili yang berdekatan bertetangga juga menyebabkan para pengurus kurang bisa mengambil tindakan tegas terhadap para pengusaha yang menunggak. Kegiatan rapat anggota yang semula aktif menjadi berkurang intensitasnya dan akhirnya berhenti karena semakin banyak anggota yang menunggak. Anggota yang menunggak merasa enggan untuk hadir dalam rapat karena takut ditagih. Kegiatan pengadaan bahan baku macet sehingga tidak ada pemupukan modal dari keuntungan koperasi sehingga modal koperasi semakin berkurang. Untuk sementara kegiatan koperasi vakum, namun koperasi belum dibubarkan.

6.3.2 Kelebihan

Status KPPJ sudah berbadan hukum dan koperasi belum dibubarkan. Secara hukum KPPJ masih ada sehingga memungkinkan untuk diaktifkan kembali. Aset-aset yang dimiliki oleh KPPJ juga masih terpelihara berupa bangunan sekretariat kantor dan sisa modal yang dimiliki masih tersimpan di bank. Pengaktifan kembali KPPJ dianggap lebih menguntungkan daripada membentuk organisasi atau koperasi baru yang pasti membutuhkan persyaratan dan biaya yang tidak sedikit. Sebagian besar anggota masih mempunyai harapan agar KPPJ bisa diaktifkan kembali sebagai sarana untuk memajukan usaha mikro konveksi yang digeluti. Inisiatif pembentukan KPPJ berasal dari intern pengusaha mikro konveksi sendiri bukan intervensi dari pemerintah membuat para pengusaha lebih merasa memiliki KPPJ. Kelebihan lainnya adalah meningkatnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan koperasi dan usaha kecil menengah. Kondisi tersebut menambah motivasi untuk mengaktifkan kembali KPPJ yang mereka miliki. 56 Gambar 2 Diagram Alir sebab-akibat Keterkaitan antar Masalah Pemberdayaan Pengusaha Mikro Konveksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 2006 Pemupukan Modal rendah Pemasaran Terbatas 2 Kemampuan membangun jaringan kerjasama 4 Produktivitas rendah Tingkat Pendidikan Rendah Kapasitas SDM rendah 3 Kemampuan Manajemen Keuangan Rendah Keterampilan rendah Jaringan Pemasaran Kurang Modal Terbatas 1 Sistem Konsinyasi Akses bahan baku kurang Ketidakpastian suplay Bahan baku 5 Tidak Akses terhadap Permodalan Kemampuan Pengadaan Bahan Baku Kurang Pendapatan kurang 56

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI

Usaha mikro konveksi di kelurahan Purwoharjo merupakan kegiatan ekonomi produktif yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an. Usaha ini telah memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat Kelurahan Purwoharjo dan desa-desa di sekitarnya yaitu Purwosari, Sidorejo, Kebagusan, Ujunggede dan Pendowo. Usaha ini merupakan satu-satunya mata pencaharian para pengusaha dan para tenaga kerjanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Berdasarkan berbagai permasalahan yang dihadapi lihat analisis permasalahan pengusaha mikro konveksi Bab VI dirumuskan rancangan strategi dan rancangan program untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT ditempuh dengan langkah langkah sebagai berikut :

7.1 Analisis Lingkungan Usaha

7.1.1 Faktor Internal 7.1.1.1 Kekuatan 1. Alat produksi dan teknologi memadai Sebagai usaha mikro yang bercirikan padat karya, proses konveksi di kelurahan Purwoharjo tidak memerlukan alat yang modern seperti di pabrik garmen. Pengusaha telah memiliki alat produksi yang diperlukan untuk usaha konveksi secara lengkap dan jumlah yang cukup memadai untuk proses produksi walaupun dengan teknologi yang sederhana. Dengan ketersediaan alat produksi tersebut, seluruh proses konveksi dari membuat pola, memotong, menjahit, mengobras, memasang kancing, penyablonan, finishing, penyetrikaan serta pengepakan dapat dilakukan sendiri. Hal tersebut dapat menghemat biaya produksi. Penghematan biaya produksi berarti peningkatan keuntungan yang dapat diperoleh oleh pengusaha. Salah seorang pengusaha mengatakan bahwa proses penyablonan yang dilaksanakan sendiri dapat menghemat biaya produksi sampai denngan 25 persen.