Konsep Dasar Tentang Pengambilan Keputusan Konsumen Keputusan Menginap Dan Perilaku Konsumen

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Tentang Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses keputusan konsumen bisa diklasifikasikan secara garis besar ke dalam tiga tahapan utama yakni prapembelian, konsumsi, dan evaluasi purnabeli. Tahap prapembelian ini mencakup semua aktivitas konsumen sebelum terjadinya transaksi pembelian dan pemakaian jasa. Tahap ini sendiri meliputi tiga proses yakni, identifikasi kebutuhan pencarian informasi, dan evaluasi alternatif. Tahap konsumsi merupakan tahap proses keputusan konsumen dimana konsumen memutuskan akan membeli dan menggunakan produk atau jasa atau tidak. sedangkan tahap evaluasi purnabeli merupakan tahap proses pembuatan keputusan konsumen sewaktu konsumen menentukan apakah ia telah membuat keputusan menginap yang tepat Fandy Tjiptono, 2007 : 43. Perusahaan yang cerdik melakukan riset atas proses keputusan menginap kategori produk mereka. Mereka menanyai konsumen kapan pertama kali mengenal kategori dan merek produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka, seberapa besar mereka terlibat dengan produk yang bersangkutan, bagaimana mereka melakukan pemilihan merek, dan seberapa puas mereka setelah pembelian. Berdasarkan urutan tahapan proses pembelian tertentu konsumen melewati lima tahap yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan menginap, dan perilaku 10 pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian di mulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu Philip Kotler 2004 : 204. Jadi berdasarkan konsep diatas keputusan menginap merupakan sebuah proses dimana konsumen melakukan sebuah tahapan-tahapan guna memperoleh keputusan yang tepat untuk melakukan pembelian.

2.2. Keputusan Menginap Dan Perilaku Konsumen

2.2.1. Keputusan menginap Salah satu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang adalah konsumen, untuk itu perusahaan harus mempelajari perilaku konsumen agar dapat mengerti keinginan konsumen. Secara sederhana perilaku konsumen mengacu pada perilaku yang ditunjukkan oleh para individu dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa. Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian itu sendiri terdiri dari tahapan-tahapan seperti, prapembelian, konsumsi, serta evaluasi purnabeli. Untuk itu perusahaan hendaknya memperhatikan aspek-aspek perilaku konsumen seperti siapa yang akan membeli who, apa yang dibeli what, mengapa membeli produk atau jasa tersebut why, kapan membeli when, dimana membelinya Where, bagaimana proses keputusan menginapnya how, berapa sering atau menggunakan produkjasa how often, agar perusahaan dapat mengetahui keinginan konsumen sehingga konsumen bersedia untuk melakukan pembelian produkjasa tersebut Fandy Tjiptono, 2007 : 38. Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barangjasa perusahaan di samping barang lain pada saat mereka membutuhkan. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami “mengapa” dan ”bagaimana” tingkah laku konsumen tersebut demikian sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produknya secara lebih baik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli adalah berbeda-beda untuk masing-masing pembeli, Faktor-faktor tersebut adalah, kebudayaan, klas sosial, kelompok referensi kecil, keluarga, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan, konsep diri Philip Kotler, 2004 : 183. Selain dipengaruhi oleh semua faktor diatas, keputusan membeli yang diambil oeh pembeli itu mengalami suatu proses dalam jangka waktu tertentu. Basu Swastha – Irawan, 2000 : 105. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang disukai Philip Kotler 2004 : 202 membedakan lima peran yang yang dimainkan orang dalam keputusan menginap: 1. Pencetus: yaitu orang yang memberikan ide untuk membeli produkjasa. 2. Pemberi pengaruh: yaitu seseorang yang memberikan pengaruh terhadap keputusan individu untuk melakukan pembelian atau sebaliknya. 3. Pengambil keputusan: yaitu orang yang mengambil keputusan apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, serta dimana akan membeli. 4. Pembeli: orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. 5. Pemakai: seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan. 2.2.2. Perilaku Konsumen Pemahaman mengenai perilaku konsumen merupakan kunci kesuksesan utama bagi para pemasar. Para pemasar membutuhkan informasi yang andal mengenai para konsumennya dan keterampilan khusus untuk menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut. Kebutuhan ini berkontribusi pada pengembangan perilaku konsumen sebagai bidang studi spesifik dalam pemasaran. Secara sederhana, istilah perilaku konsumen mengacu pada perilaku yang ditunjukan oleh para individu dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa Fandy Tjiptono, 2007 : 38. Perilaku konsumen dalam proses keputusan konsumen itu bisa diklasifikasikan kedalam tiga tahap utama Fandy Tjiptono, 2007 : 43, yakni: 1. Tahap pra pembelian, meliputi tiga proses yaitu: Identifikasi kebutuhan, proses pembelian diawali ketika seseorang mendapatkan stimulus pikiran, tindakan, atau motivasi yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan pembelian barang atau jasa tertentu. Stimulus mempengaruhi kebutuhan seseorang akan produk atau jasa tertentu, seorang konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli suatu produk atau jasa pada situasi shortage kebutuhan yang timbul karena konsumen tidak memiliki produk atau jasa tertentu maupun unfulfilled desire kebutuhan yang timbul karena ketidak puasan pelanggan terhadap produk atau jasa saat ini. Pencarian informasi, identifikasi masalah atau kebutuhan memerlukan solusi yang biasanya berupa pembelian barang atau jasa spesifik. Sebelum memutuskan tipe produk, merek spesifik, dan pemasok yang dipilih, konsumen biasanya mengumpulkan berbagai informasi mengenai alternatif yang ada. Pencarian informasi bisa dilakukan secara pasif maupun proaktif, dalam pencarian pasif internal konsumen mengakses dan mengandalkan memorinya berkenaan dengan informasi- informasi relevan menyangkut produk atau jasa yang dipertimbangkan untuk dibeli. sedangkan dalam pencarian proaktif eksternal, konsumen mengumpulkan informasi-informasi melalui sumber-sumberlain selain pengalaman sendiri. Evaluasi alternatif, setelah terkumpul berbagai alternatif solusi kemudian konsumen mengevaluasi dan menyeleksinya untuk menentukan pilihan akhir 2. Tahap konsumsipembelian, Salah satu perbedaan fundametal antara pembelian barang dan pembelian jasa adalah menyangkut proses produksi dan konsumsi. Pada barang, tahap pembelian dan konsumsi biasanya terpisah. Meskipun terdapat interaksi antara pemasar dan pelanggan selama tahap pembelian aktual, tahap pemakaian barang biasanya terlepas dari pengaruh langsung para pemasar. Sebaliknya, sebagian besar jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Konsekuensinya, perusahaan jasa berpeluang besar untuk secara aktif membantu pelanggan memaksimumkan nilai dari pengalaman konsumsinya sehingga penyedia jasa bisa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi agar konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk jasa. Dalam tahap ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian yaitu: 1. Emosi dan mood Emosi dan mood pelanggan mempengaruhi evaluasi pelanggan bersangkutan terhadap service encounter. . Emosi mencakup arousal, berbagai bentuk affect, dan interprestasi kognitif terhadap affect yang bisa diberikan diskripsi tunggal, contohnya takut, marah, senang, sedih, surprise , acceptance, disgust dan anticipation. Emosi memiliki intensitas dan nurgensi psikologis yang lebih besar dibandingkan dengan mood. Mood adalah keadaan temporer disposisi menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sejumlah riset mengidentifikasikan bahwa emosi dan mood bisa berpengaruh terhadap semua tahap proses pembelian konsumen. Layanan dapat dipersepsikan berbeda oleh dua pelanggan yang berada dalam emosi dan mood berbeda. Untuk itu pelayanan dari penyedia jasa harus optimal agar mampu mempengaruhi emosi dan mood pelanggan karena ini sangat berpengaruh terhadap keputusan pelanggan untuk membeli jasa. 2 Dramaturgi Konsep dramaturgi yang banyak digunakan dalam sosiologi diadopsi oleh Grove, Fisk, John 2000 ke dalam konteks pemasaran jasa. Mereka menggunakan metafora teater untuk menggambarkan dan menganalisis kinerja jasa, ini disebabkan karena baik teater maupun organisasi jasa bertujuan menciptakan dan mempertahankan kesan positif di hadapan para audensi. dalam bidang perhotelan para karyawan sebagai aktor yang harus mampu memberikan pelayanan dengan baik, berinteraksi baik dengan konsumen dan melakukan kinerja dengan baik serta didukung didukung suasana menyenangkan, penampilan yang rapi serta fasilitas yang sesuai maka hal ini akan menciptakan pengalaman yang positif bagi konsumen sehingga konsumen mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dihotel tersebut, bahkan konsumen juga akan melakukan interaksi yang baik pula dengan bersifat loyal hotel tersebut. 3. Peran role dan script theory Peran role adalah serangkaian pola perilaku yang dipelajari melalui pengalaman dan komunikasi, yang akan dilakukan oleh individu tertentu dalam interaksi sosial tertentu, dalam rangka mewujudkan efektivitas maksimum dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan, dengan demikian peran merupakan kombinasi berbagai macam social cues atau ekspektasi masyarakat yang memandu perilaku dalam konteks spesifik. Berdasarkan role theory, pelanggan dan karyawan memiliki peran masing – masing dalam setiap service encounter.Misalnya peran resepsionis hotel dalam menyapa tamu konsumen. Scripts adalah struktur kognitif yang memandu transaksi jasa dan merinci alternatif – alternatif yang tersedia bagi para penjaga toko, teller bank, travel agents , resepsionis hotel, konsultan dan karyawan lain yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Di satu pihak dengan script yang terstruktur dapat memudahkan karyawan jasa dalam merespon berbagai macam kebutuhan pelanggan secara tepat. Di lain pihak, script yang terlalu kaku menyebabkan kinerja jasa menjadi “mindless”. 4. Control theory Aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam penciptaan layanan superior, adalah memberdayakan atau memberikan tingkat kendali tertentu kepada pelanggan, supaya mereka merasa yakin atas apa yang mereka lakukan dan beli. Berdasarkan control theory, kendali bisa berupa behavioral control dan cognitive control. Behavioral control memberikan pelanggan kendali aktual atas lingkungannya. dengan kata lain, pelanggan diberikan kemampuan untuk mengendalikan apa yang sedang terjadi. Misalnya hotel meletakkan kotak saran dan kritik dimeja resepsionis agar jika ada komplain dari konsumen dapat tersalurkan karena hal ini juga memberikan tingkat kendali tertentu bagi konsumen atau konsumen hotel diperbolehkan melakukan komplain secara langsung jika terjadi kesalahan yang dilakukan pihak hotel. Sementara itu, cognitive control terjadi dimana pelanggan mempersepsikan bahwa mereka memegang tingkat kendali tertentu atau setidaknya, apa yang sedang terjadi pada mereka bisa diprediksi. Misalnya konsumen diberi informasi bagaimana proses pembayaran jika melebihi waktu check out dengan jelas. 5. Costumer compitability Peran pelanggan lain yang menerima jasa pada saat bersamaan juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan pengalaman jasa keseluruhan pelanggan tertentu. Secara umum, kehadiran perilaku, kemiripan kompatibilitas pelanggan lain yang menerima jasa yang sama disaat bersamaan pada kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan tertentu. Pelanggan bisa tidak harmonis tidak kompatibel karena sejumlah faktor seperti perbedaan dalam hal keyakinan, nilai – nilai, pengalaman, daya beli, penampilan, usia, kesehatan, dan lain – lain. Konsekuensinya, penyedia jasa wajib mengantisipasi, memahami dan menangani konsumen heterogen yang berpotensi untuk tidak kompatibel satu sama lain. penyedia jasa harus mampu mengantisipasi, memahami, dan melayani konsumen yang berbeda – beda secara adil sehingga konsumen heterogen yang berpotensi tidak kompatibel menjadi kompatibel dan dapat memberikan kenyamanan sehingga memberi pengaruh untuk konsumen menginap kembali. 3. Tahap evaluasi purna beli. Setelah pilihan dibuat dan jasa dibeli serta dikonsumsi, evaluasi purnabeli akan berlangsung. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonansi kognitif keraguan menyangkut ketepatan keputusan menginap. Pemasar biasanya berusaha meminimumkan disonansi kognitif pelanggan dengan berbagai strategi, diantaranya melakukan kontak purnabeli dengan pelanggan, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan pelanggan melalui iklan perusahaan. Fandy Tjiptono, 2007 hal 43 : 59.

2.3. Konsep Dasar Tentang Kualitas Layanan Jasa