Non Pertanian Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Kinerja Perekonomian dan Sektor Pertanian Indonesia pada Era Integrasi Ekonomi Regional China ASEAN

99 PDB riil terhadap permintaan kelapa sawit Indonesia berturut-turut adalah 3.75 ROW, 1.59 ASEAN dan 1.57 China. Tabel 27 Hasil Estimasi Parameter Model Perdagangan Pertanian Indonesia dalam CAFTA, Sub Blok Perdagangan Sawit SITC42 Variabel Keterangan Estimasi t-stat p-value Elastisitas Parameter SR LR 1 2 3 4 5 6 7 Impor SawitSITC42 Indonesia dari China MPLIC Intercept Intercept -0.716 -1.68 0.1145 YI t PDB riil Indonesia 0.001 3.59 0.0027 4.45 3.02 TMPIC t Tarif impor sawit Id dr Cn -0.053 -1.42 0.1765 -0.97 -0.66 PWPL t Harga sawit CPO dunia -0.001 -1.39 0.1844 -1.08 -0.74 TMPIA t Tarif impor sawit Id dr As 0.049 1.28 0.2210 0.86 0.59 MPLIC t-1 Lag 1 MPLIC -0.470 -2.00 0.0638 Impor SawitSITC42 Indonesia dari ASEAN MPLIA Intercept Intercept 87.156 2.41 0.0283 YI t PDB riil Indonesia 0.001 1.21 0.2451 0.53 0.75 TMPIA t Tarif impor sawit Id dr Cn -3.8854 -2.10 0.0523 -0.66 -0.93 EXRI t Nilai tukar RpUS -0.0081 -3.99 0.0011 -1.37 -1.93 MPLIA t-1 Lag 1 MPLIA 0.2888 1.74 0.1008 Impor SawitSITC42 Indonesia dari ROW MPLIR Intercept Intercept -13.6193 -1.75 0.1018 YI t PDB riil Indonesia 0.001 3.62 0.0028 3.62 6.75 TMPIR t Tarif impor sawit Id dr Rw -0.798 -0.78 0.4484 -0.46 -0.86 EXRI t Nilai tukar RpUS -0.002 -2.24 0.0419 -1.09 -2.03 EXRR t Rtrt nilai tukar ROWUS 0.070 2.71 0.0168 2.07 3.85 TMPIA t Tarif impor sawit Id dr As 0.774 0.69 0.5009 0.47 0.88 MPLIR t-1 Lag 1 MPLIR 0.463 1.59 0.1336 Impor SawitSITC42 ASEAN dari Indonesia MPLAI Intercept Intercept -271.815 -0.85 0.4074 YA t PDB riil ASEAN 0.002 3.91 0.0016 1.59 6.30 TMPAI t Tarif impor sawit As dr Id -48.077 -2.87 0.0124 -0.88 -3.49 TXP t Pajak ekspor sawit -5.758 -2.89 0.0118 -0.13 -0.50 PWPL t Harga sawit CPO dunia 1.210 4.38 0.0006 0.97 3.86 PPI t IHP pertanian Id -3.525 -3.77 0.0021 -0.71 -2.80 MPLAI t-1 Lag 1 MPLAI 0.748 8.20 .0001 Impor SawitSITC42 China dari Indonesia MPLCI Intercept Intercept -419.754 -1.74 0.1057 YC t PDB riil China 0.001 2.78 0.0155 1.57 3.44 TMPCI t Tarif impor sawit Cn dr Id -1.787 -0.33 0.7484 -0.08 -0.18 TXP t Pajak ekspor sawit -5.549 -3.63 0.0031 -0.14 -0.31 PWPL t Harga sawit CPO dunia 0.927 3.65 0.0030 0.85 1.87 PI t IHK umum Id -4.163 -1.75 0.1038 -0.90 -1.97 EXRI t Nilai tukar RpUS 0.004 0.26 0.7980 0.05 0.10 MPLCI t-1 Lag 1 MPLCI 0.544 3.34 0.0054 Impor SawitSITC42 ROW dari Indonesia MPLRI Intercept Intercept -9209.400 -3.46 0.0042 YR t PDB riil ROW 0.001 3.21 0.0068 3.75 7.84 TMPRI t Tarif impor sawit Rw dr Id -79.217 -0.44 0.6707 -0.14 -0.29 TXP t Pajak ekspor sawit -19.782 -1.82 0.0916 -0.09 -0.18 PWPL t IHP pertanian Id 5.271 2.97 0.0109 0.83 1.73 EXRR t Rtrt nilai tukar ROWUS -1.905 -0.51 0.6175 -0.21 -0.43 EXRI t Nilai tukar RpUS -0.242 -3.22 0.0067 -0.54 -1.12 MPLRI t-1 Lag 1 MPLRI 0.522 4.72 0.0004 Keterangan: Id= Indonesia; As=ASEAN, Cn=China, Rw=ROW=Rest of the world 100 Seperti halnya karet, ketika harga kelapa sawit dunia meningkat, sementara harga produsen di Indonesia relatif tidak berubah, maka daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia meningkat. Dengan kata lain, kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif comparative advantage dan permintaan impor karet dari Indonesia meningkat. Meskipun begitu, kebutuhan domestik tetap harus diperhatikan. Dalam hal ini, instrumen pajak ekspor CPOkelapa sawit TXP efektif digunakan. Koefisien TXP dalam ketiga persamaan ekspor kelapa sawit Indonesia, negatif dan signifikan. Berarti bahwa instrumen ini efektif untukm menahan laju ekspor kelapa sawit, ketika permintaan domestik juga meningkat. Blok Harga Secara umum fluktuasi harga merupakan fungsi dari kuantitas supply dan pendapatan representasi permintan. Kuantitas supply terdiri dari supply domestik dan impor. Penelitian ini lebih concern pada sisi permintaan akhir, dalam arti harga produk pertanian lebih banyak dipengaruhi oleh permintaan- penawaran outputnya dibandingkan fluktuasi harga inputnya. Hasil estimasi secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 28 berikut. Tabel 28 Hasil Estimasi Parameter Model Perdagangan Pertanian Indonesia dalam CAFTA, Blok Harga Variabel Keterangan Estimasi t-stat p-value Elastisitas Parameter SR LR 1 2 3 4 5 6 7 IHK Non Makanan PNFI Intercept Intercept -53.1945 -1.10 0.2905 MOIW t Impor non pertanian -0.0007 -0.76 0.4564 -0.28 -1.37 XOIW Ekspor non pertanian 0.0016 2.07 0.0559 0.85 4.11 CNFI t Konsumsi non makanan 0.0003 0.30 0.7660 0.11 0.51 YI t PDB riil Indonesia 0.0001 0.13 0.9021 0.10 0.48 PNFI t-1 Lag 1 IHK non makanan 0.7923 4.02 0.0011 IHK Makanan PFI Intercept Intercept 1.9334 0.19 0.8552 MFIW t Impor pangan -0.0048 -2.14 0.0495 -0.16 -0.21 XFIW t Ekspor pangan 0.0013 1.73 0.1049 0.11 0.13 CFI t Konsumsi makanan 0.0003 1.37 0.1914 0.16 0.19 PNFI t IHK non makanan 0.7156 6.47 .0001 0.70 0.88 PFI t-1 Lag 1 IHK makanan 0.2001 1.74 0.1031 IHP Pertanian PPI Intercept Intercept 255.7142 4.10 0.0009 MAIW t Impor pertanian non pangan -0.0559 -3.56 0.0029 -0.84 -0.92 XAIW t Ekspor pertanian non pangan 0.0106 2.43 0.0283 0.34 0.37 CAI t Prtnian non pangan sbg input -0.0081 -3.21 0.0059 -1.67 -1.81 PI t IHK umum 0.9833 4.38 0.0005 0.93 1.00 PPI t-1 Lag 1 IHP pertanian 0.0769 0.41 0.6908 Harga konsumen non pangan dipengaruhi oleh permintaan produk non pertanian domestik dan luar negeri, penawaran domestik, tingkat pendapatan dan harga sebelumnya. Meningkatnya impor komoditas non pertanian MOIW meningkatkan supply produk non pertanian domestik, sehingga harga konsumen 101 non pertanian menurun. Tabel 28 menunjukkan harga mengalami penurunan 0.28 persen untuk setiap 1 persen kenaikan impor. Sebaliknya peningkatan permintaan domestik konsumsi non makanan domestik, CNFI dan permintaan luar negeri ekspor, XOIW, menurunkan tingkat supply domestik yang mendorong kenaikan harga. Harga konsumen non makanan akan meningkat sebesar 0.11 persen dan 0.85 persen masing-masing untuk setiap persen kenaikan konsumsi domestik dan luar negeri ekspor. Faktor lain yang mempengaruhi harga konsumen non makanan adalah tingkat pendapatan dan harga sebelumnya. Harga konsumen komoditas pangan dipengaruhi oleh permintaan produk pangan domestik dan luar negeri, penawaran domestik, harga non makanan serta harga-harga sebelumnya. Meningkatnya impor komoditas pangan MFIW meningkatkan supply pangan domestik, sehingga harga konsumen pangan menurun. Tabel 28 menunjukkan harga mengalami penurunan 0.16 persen untuk setiap 1 persen kenaikan impor. Sebaliknya peningkatan permintaan domestik konsumsi makanank, CFI dan permintaan luar negeri ekspor, XFIW, menurunkan tingkat supply domestik yang mendorong kenaikan harga. Harga konsumen makanan akan meningkat sebesar 0.16 persen dan 0.11 persen masing- masing untuk setiap persen kenaikan konsumsi domestik dan luar negeri ekspor. Kecenderungan pola fluktuasi harga makanan di Indonesia, senada dengan pendapat Snell, et al 1997 bahwa harga komoditas pangan cenderung mengikuti pergerakan harga komoditas non pangan. Fakta empiris lainnya adalah kenaikan harga pangan domestik hampir selalu diselesaikan dengan penambahan impor. Oleh karena itu, terepresentasikan dalam model bahwa peningkatan impor merupakan salah satu instrumen penurunan harga. Harga produsen pertanian dipengaruhi oleh permintaan produk pertanian non pangan domestik dan luar negeri, penawaran domestik, harga-harga ditingkat konsumen dan harga sebelumnya. Fungsi pokok produk pertanian adalah sebagai bahan makanan dan bahan baku sektor industri. Terkait fungsinya sebagai bahan makanan, maka harga produsen pertanian akan meningkat sejalan dengan peningkatan harga konsumen. Sedangkan terkait dengan fungsinya sebagai bahan baku industri yang sebagian besar untuk memenuhi permintaan luar negeri, maka harga produsen pertanian juga akan meningkat sejalan dengan peningkatan ekspor. Impor produk pertanan non pangan merupakan kompetitor produk pertanian domestik. Semakin banyak impor, permintaan produk domestik akan menurun dan harga juga menurun. Blok Kinerja Sektor Pertanian Kinerja pertanian dapat diukur dari beberapa aspek, yakni aspek produksi, stabilisasi, perdagangan dan kesejahteraan. Aspek perdagangan ekspor-impor dan aspek stabilisasi harga dianalisis dalam blok tersendiri. Aspek produksi terdiri dari PDB sektor pertanian beserta komponen inputnya modal dan tenaga kerja, produksi agricultural raw material dan produksi pangan. Sementara aspek kesejahteraan diantaranya upah riil dan produktivitas tenaga kerja PDB per tenaga kerja. Hasil estimasi selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 29 dan 30. Ketenagakerjaan di sektor pertanian dapat dibedakan menjadi dua; buruh dan petani wirausaha. Jumlah buruh pertanian naik jika upah sektor pertanian