Suku bunga merepresentasikan rata-rata tingkat suku bunga yang dihitung

79 Share perdagangan China dalam CAFTA mengalami peningkatan tertinggi dibanding anggota lainnya Tabel 13. Peningkatan bahkan terjadi untuk seluruh kategori produk yang diteliti. Artinya dinamika perdagangan regional cenderung mengarah pada “China threat to ASEAN” yang diperkirakaan oleh Tambunan 2005, atau competitive pressure bagi ASEAN Tongzon, 2005. Jika dirinci lebih lanjut, share ekspor ASEAN meningkat untuk kategori produk pertanian non pangan raw agriculture material, terutama Thailand. Hal ini sesuai dugaan sebelumnya bahwa motivasi China dalam CAFTA adalah untuk memperoleh bahan baku dalam menopang konsistensi pertumbuhan ekonomi mereka Lijun, 2003. Sementara peningkatan share ekspor China terutama pada kategori produk non pertanian manufaktur. Setidaknya terdapat dua hal yang diduga mendorong terjadinya hal ini; pertama, struktur ekspor China memiliki banyak kesamaan dengan ekonomi ASEAN Tongzon, 2005. Ekspor top industri China yang merupakan 84 persen dari total ekspor, adalah juga ekspor utama industri ASEAN. Ke dua, keunggulan komparatif unit labor-cost China Roland-Holst dan Weiss, 2004; Tambunan, 2005. Comparative Advantage dan Regional Orientation Suatu negara dikatakan memiliki revealed comparative advantage, jika nilai indeks RCA 1. Perbedaan indeks RCA yang besar antar negara, mengindikasikan tingkat kecocokan yang lebih baik sebagai mitra integrasi ekonomi FTA. Dari Tabel 14 terlihat Indonesia dan Vietnam memiliki comparative advantage pada komoditas pangan dan pertanian non pangan, sebaliknya China pada komoditas non pertanian industri. Thailand dan Malaysia memiliki comparative advantage pada semua kategori produk. Secara umum RCA meningkat setelah pemberlakuan EHP-CAFTA, kecuali produk non pertanian Indonesia, serta pangan China dan Vietnam. Jika dilihat dari perbedaan angka RCA, Indonesia dan China memiliki tingkat kecocokan sebagai mitra integrasi. RCA produk pertanian non pangan Indonesia tinggi, sementara China rendah, Indonesia mengekspor ke China. Sebaliknya RCA produk industri Indonesia rendah, sementara China tinggi, Indonesia mengimpor dari China. Nilai indeks RO 1 mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki regional bias, atau cenderung mengekspor ke negara dalam satu regional CAFTA. Sebaliknya jika nilai indeks kurang dari 1, maka negara tersebut tidak memiliki regional bias. Peningkatan regional orientation yang diperkirakan akan terjadi setelah pemberlakuan EHP-CAFTA ternyata belum sepenuhnya terlihat. China adalah satu-satunya negara CAFTA yang mengalami peningkatan RO di semua kategori. Thailand, Malaysia dan Vietnam hanya meningkat pada satu atau dua kategori, sementara Indonesia justru menurun untuk seluruh kategori. Pendapat Lijun 2003 bahwa China mulai mengalami kejenuhan pasar ekspor mereka, sehingga melakukan ekspansi pasar baru melalui CAFTA tampaknya terbukti. Peningkatan RCA tetapi RO cenderung turun pada kasus Indonesia, menunjukkan bahwa ASEAN dan China bukan pangsa ekspor utama Indonesia. Apalagi kategori pangan dalam Tabel 14 masih termasuk kelapa sawit, serta 80 kategori pertanian non pangan masih termasuk karet alam. Negara ASEAN lain juga produsen kedua komoditi tersebut, sementara China bukan importir utama. Tabel 14. Perbandingan RCA dan RO Beberapa Negara CAFTA, 1999-2010 Negara Revealed Comparative Advantage RCA Regional Orientation RO 1999-2004 2005-2010 1999-2004 2005-2010 1 2 3 4 5

A. Pangan all food items

Indonesia 1.50 2.18 1.09 1.02 China 0.65 0.40 1.48 1.57 Malaysia 1.02 1.41 1.15 1.00 Thailand 2.03 1.80 0.69 0.65 Philipina 0.74 0.95 0.67 0.53 Vietnam 3.38 2.88 0.86 0.93

B. Pertanian Non pangan Agricultural Raw Material

Indonesia 2.37 3.98 1.19 0.95 China 0.45 0.32 0.91 1.02 Malaysia 1.37 1.65 0.77 0.96 Thailand 2.17 3.17 1.75 2.07 Philipina 0.30 0.39 0.73 0.93 Vietnam 1.22 2.48 3.03 5.17

C. Produk Industri Non Pangan Manufactured Goods Indonesia

0.73 0.61 1.14 1.00 China 1.22 1.38 0.92 0.94 Malaysia 1.06 1.00 0.96 0.97 Thailand 1.00 1.08 0.95 0.94 Philipina 1.23 1.27 0.98 0.97 Vietnam 0.66 0.81 0.42 0.48 Sumber: diolah dari UNCTADStat Keterangan: All food items adalah SITC 0 + 1 + 22 + 4 Agricultural raw materials adalah SITC 2, selain 22, 27 dan 28 Manufactured goods adalah SITC 5 sampai dengan 8, selain 667 dan 68 Perbandingan Complementary dan Export Similarity antar Negara Komoditas unggulan dalam perdagangan Indonesia diantaranya adalah kelapa sawit dan karet alam. Menjadi unggulan karena kedua komoditas tersebut banyak diproduksi oleh produsen domestik, serta diminati oleh negara lain salah satunya China. Fenomena ini menggambarkan potensi keuntungan yang dapat dinikmati Indonesia dalam perdagangan regional. Matching antara ekspor dengan permintaan impor ini tergambar dalam indikator indeks complementarity. Tetapi bukan hanya Indonesia yang memproduksi kedua komoditas ini, Thailand adalah produsen karet alam terbesar di dunia, sementara Malaysia penghasil kelapa sawit. Kesamaan produk Indonesia dengan negara tetangga ini, dengan pasar yang relatif sama, maka akan memunculkan tekanan kompetisi. Tekanan kompetisi memang dapat menciptakan inovasi-inovasi baru dalam rangka memenangkan persaingan, namun efek jangka pendeknya adalah menurunnya harga atau menurunnya tingkat ekspor. Kesamaan produk ekspor suatu negara dengan negara