Radio dan Televisi Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, Dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia
Rantai pasok industri radio dan televisi yang panjang cukup mampu berkontribusi secara signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini didukung
dengan banyaknya sarjana lulusan komunikasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 128 ribu orang atau 1.58
persen dari total tenaga kerja industri kreatif. 14.
Riset dan Pengembangan Industri kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan
kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk
dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Model Pertumbuhan Solow
Teknologi merupakan faktor penting dalam perkembangan industri kreatif. Untuk dapat terus bersaing secara global, industri kreatif perlu didukung teknologi
yang memadai sehingga dapat memproduksi barang secara massal dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas. Maka, dalam penelitian ini teknologi
dimasukkan sebagai variabel yang memengaruhi PDB industri kreatif. Untuk menghitung perubahan teknologi, didasari oleh teori pertumbuhan Solow dan
endogen.
Teori pertumbuhan neo-klasik berkembang pada tahun 1950-an. Secara sederhana teori pertumbuhan neo-klasik yang dipopulerkan oleh Solow yang
menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja dan kapital merupakan faktor utama penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor produksi lain yang
berpengaruh terhadap produksi ditentukan oleh TFP yang sering dinyatakan sebagai ukuran kemajuan teknologi technological progress. TFP merupakan
ukuran dari produktivitas faktor produksi yang tidak dapat diketahui apakah berasal dari faktor tenaga kerja atau kapital.
Teori pertumbuhan neo-klasik awal memiliki asumsi sederhana yaitu tidak ada kemajuan teknologi. Fungsi produksi Y hanya ditentukan oleh faktor
produksi tenaga kerja L dan kapital K. Y = F
K,L…………………………………………………………………........1 Kenaikan kedua faktor produksi sebesar ΔK dan ΔL akan meningkatkan output.
Kenaikan output dengan menggunakan produk marjinal dari kedua faktor produksi dijelaskan dengan persamaan:
ΔY = MPK x ΔK + MPL x ΔL……………………………..……...………...2 Produk marjinal tenaga kerja marginal product of labor atau MPL adalah
jumlah output tambahan yang didapat perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan dengan modal tetap. Produk marjinal modal marginal product of
capital atau MPK adalah jumlah output tambahan yang perusahaan dapatkan dari unit modal tambahan, dengan jumlah tenaga kerja konstan.
Persamaan 2 juga dapat ditulis sebagai berikut:
Δ
=
Δ
+
Δ
……………………………………………………. 3
Bentuk persamaan 3 menunjukkan hubungan antara tingkat pertumbuhan output
Δ
, dengan tingkat pertumbuhan kapital
Δ
dan tingkat pertumbuhan tenaga kerja
Δ
. menujukkan bagian kapital dari output, sedangkan
menujukkan bagian tenaga kerja dari output. Dengan asumsi bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan maka, persamaan 3 dapat ditulis
sebagai berikut:
Δ Δ
+ β
Δ
………………………………………………………………... 4 Robert M. Solow dalam Mankiw 2003 telah memasukkan perubahan
teknologi yang dilambangkan dalam huruf A dalam fungsi produksi, dimana perubahan tersebut juga mencerminkan teknologi yang digunakan untuk
mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jadi, perubahan teknologi memengaruhi fungsi produksi, karena teknologi produksi yang ada menentukan
berapa banyak output diproduksi dan jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Persamaan mengganakan tingkat teknologi terbaru TFP adalah sebagai berikut:
Y = A FL, K ………………………………………………...............................5 Simbol A adalah ukuran dari tingkat penggunaan teknologi atau disebut juga TFP.
Dengan demikian peningkatan produksi tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan tenaga kerja dan kapital, tetapi juga oleh kenaikan TFP.
Δ Δ
+ β
Δ
+
Δ
………………………………………………………….. 6 Persamaan 6 mengukur tiga sumber pertumbuhan yaitu perubahan jumlah
kapital, perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan TFP.
Teori Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan endogen endogenous growth theory muncul untuk mengatasi beberapa permasalahan yang terdapat pada pertumbuhan neo-klasik.
Teori pertumbuhan endogen juga bertujuan untuk menghilangkan asumsi eksogen dari kemajuan teknologi. Romer pada tahun 1986 mengembangkan teori
pertumbuhan endogen dengan menyatakan bahwa pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi.
Romer mengembangkan teori pertumbuhan endogen yang bertumpu pada pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci utama dalam perekonomian.
Dalam model Romer, pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi. Tiga elemen utama dalam model
Romer yaitu: 1.
Adanya unsur eksternalitas, sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan. 2.
Adanya peningkatan skala hasil yang semakin meningkat increasing return to scale, yang menyebabkan peningkatan spesialisasi dan pembagian kerja.
3. Semakin pendeknya waktu pemanfaatan ilmu pengetahuan, karena pesatnya
perkembangan di sektor riset. Secara umum, model Romer dirumuskan sebagai berikut :
β
………………………………………………………………... 7 dimana:
Yi = output produksi Ki = kapital
Li = tenaga kerja A = kemajuan pengetahuanteknologi
t = waktu
Secara sederhana,
teori pertumbuhan
endogen yang
telah memperhitungkan penggunaan teknologi sebagai implikasi tingkat pengetahuan
sumber daya ditunjukkan persamaan berikut : Y = AF L, K……………………………..…………………..…………….…...8
Dimana A adalah ukuran dari tingkat penggunaan teknologi atau disebut juga Total Factor Productivity TFP. Dengan demikian peningkatan produksi tidak
hanya diakibatkan oleh peningkatan tenaga kerja dan kapital, tetapi juga oleh kenaikan TFP.
Konsep Pengukuran TFP
Landasan teori pertumbuhan yang digunakan banyak mengacu pada model pertumbuhan neo-klasik dimana tingkat pertumbuhan suatu negara hanya
dijelaskan dengan penekanan kepada fungsi produksi agregat dengan faktor produksi tenaga kerja dan kapital. Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi selain tenaga kerja dan kapital dianggap sebagai kemajuan teknologi yang bersifat eksogen. Tahun 1980-an diperkenalkan perkembangan teori
pertumbuhan endogen endogenous growth theory. Teori pertumbuhan endogen telah memasukkan berbagai aspek sebagai penentu pertumbuhan ekonomi selain
tenaga kerja dan kapital yang sering disebut TFP yang dianggap sebagai ukuran produktivitas dan bersifat endogen.
Konsep TFP pertama kali diperkenalkan oleh Jan Tinbergen tahun 1942. Beberapa definisi mengenai TFP, yaitu : 1 merupakan rata-rata produksi dari
agregat input, dan 2 sebagai indeks efektivitas dari suatu input dalam menghasilkan suatu output sebelum dan sesudah terjadi perubahan teknologi.
Definisi ini dapat dirumuskan dalam bentuk fungsi Cobb Douglas Suparyati 1999 :
+ +
…………………………………………. 9 dimana:
PDB = Produk Domestik Bruto VK = Kontribusi kapital pada nilai tambah PDB
VL = Kontribusi tenaga kerja pada nilai tambah PDB TFP = Total Factor Productivity
t = waktu
Secara sederhana, TFP merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kemajuan teknologi dalam suatu proses produksi. TFP
ditunjukkan dari pertumbuhan nilai tambah atau PDB setelah pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kapital digunakan. Menurut Solow model yang digunakan
untuk mengukur TFP berasal dari fungsi produksi Cobb-Douglas: Y = A
β
………………………………………….…………………..............10 dimana:
Y = nilai tambah PDB. L = faktor produksi tenaga kerja.
K = faktor produksi kapital.
Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja dan nilai elastisitas kapital
β yang berasal dari hasil regresi persamaan 10 digunakan untuk mengukur TFP pada persamaan perhitungan TFP berikut :
Δ Δ
-
Δ
- β
Δ
……………………………………………………………11 dimana:
= rata-rata kontribusi kapital. β = rata-rata kontribusi tenaga kerja.
Total Factor Productivity pertumbuhan ekonomi PDB
pertumbuhan tenaga kerja pertumbuhan kapital
Konsep Ekspor dan PDB
Dalam teori ekonomi makro macroeconomic theory, hubungan antara ekspor dengan tingkat pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas
karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Namun, lain halnya dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut
merupakan kasus khusus yang menarik untuk dibahas. Dalam perspektif teori ekonomi pembangunan, masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju
pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu menggerakkan perekonomian
secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat Oiconita 2006.
Menurut Aliman dan Purnomo 2001 dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia mengenai kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi
menyatakan bahwa terdapat hipotesis atau pandangan yang sama-sama masuk akal plausible dan dapat diterima, antara lain:
1. Hipotesis Export Led Growth Export Optimism: ekspor sebagai motor
penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, di mana ekspor dapat memperluas pasar, dapat mendorong mengalirnya modal, dan akan menghasilkan devisa.
Oleh karena itu, ekspor merupakan faktor penyebab naiknya pertumbuhan ekonomi.
2. Hipotesis Growth Led Export Growth Optimism: pertumbuhan ekonomi
dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor. Syarat utama dalam melakukan ekspor adalah menciptakan iklim yang dapat membawa terjadinya
proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkesinambungan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Kloudova 2011 dengan judul “Factors Which Influence the Growth of Creative Industries: Cross-section
Analysis in China ”. Dalam tulisan ini, diteliti faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan industri kreatif di Cina melalui analisis cross-section di 23 daerah
pada tahun 2007. Empat faktor utama dalam penelitian ini yaitu PDB per kapita, jumlah lembaga pendidikan tinggi, jumlah siswa terdaftar di institusi pendidikan
tinggi dan jumlah hak paten. Penelitian ini menghasilkan tiga sub-kesimpulan. Pertama, tidak ada hubungan antara PDB per kapita dengan variabel dependen.
Kedua, tidak ada hubungan antara jumlah lembaga pendidikan tinggi dengan variabel dependen yang disebabkan oleh perbedaan kualitas antara lembaga
pendidikan tinggi. Ketiga, ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa jumlah mahasiswa yang terdaftar di institusi pendidikan tinggi dan jumlah hak
paten dengan variabel dependen berhubungan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cahyadi 2011 dengan judul “Analisis Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di
Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung dari modal, tingkat upah, teknologi,
dan investasi melalui jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Jumlah sampel yang diambil adalah 100
perusahan pakaian jadi dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan wawancara mendalam, sedangkan
teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur path analysis. Berdasarkan hasil analisis substruktural pertama, didapatkan hasil bahwa variabel modal,
investasi, dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi tetapi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada
hasil analisis substruktural kedua, didapatkan hasil bahwa variabel tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel investasi berpengaruh
negatif dan signifikan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Kim dan Ni 2011 dengan judul “The Nexus between Hallyu and Soft Power.”. Hallyu ini merupakan soft
power dari Korea Selatan yang diaplikasikan dalam bentuk sebuah daya tarik dari Negara Korea Selatan. Hal ini merupakan sebuah keuntungan bagi ekonomi
domestik karena hal tersebut akan mengundang datangnya para investor ke dalam negeri yang secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian negara
tersebut. Di sisi lain, hal ini juga akan membawa dampak positif terhadap perkembangan industri pariwisata negara tersebut. Ini dibuktikan dengan jumlah
visitor yang berkunjung ke Korea Selatan semakin bertambah yaitu sekitar 8.5 persen pada tahun 1990 menjadi 12.5 persen pada tahun 2010, serta peningkatan
GDP Korea Selatan yaitu 3 persen pada tahun 1962 menjadi 37 persen pada tahun 2000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep soft power hallyu Korea Selatan
berhasil,
baik itu
dalam peningkatan
industri pariwisata
maupun perekonomiannya.
Rani 2011 menulis “Impact of Technology on Creative Industries: A
Study of The Indian Film Industry ”. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui
dampak teknologi pada industri film India. Industri film India menghasilkan jumlah terbesar dari film di dunia yaitu lebih dari 1000 film per tahun. Lebih dari
3,2 miliar tiket film dijual setiap tahunnya di India yang mencapai 107 miliar rupiah pada tahun 2008. FDI terus masuk dalam segmen ini di India.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Mikić
2013 d engan judul “Public
Policies and Creative Industries in Serbia ”. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan subsidi memengaruhi PDB industri kreatif dan hasil ini memiliki
implikasi praktis yaitu tanpa subsidi publik banyak kegiatan di industri kreatif yang tidak akan mungkin bertumbuh, terutama produksi film dan televisi.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasari oleh perekonomian dunia yang mulai bergeser menuju perekonomian yang didukung oleh kreativitas dengan istilah ekonomi
kreatif yang memayungi industri kreatif. Industri kreatif ini sangat penting karena memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Kontribusi industri kreatif pada
perolehan PDB setiap tahunnya semakin meningkat, dari rata-rata 5.74 persen pada selang waktu 2002-2006 menjadi 7 persen di 2013. Dalam penelitian ini
akan dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB industri kreatif.
Pada penelitian ini, akan digunakan variabel pertumbuhan teknologi TFP, pendidikan jumlah SMK dan perguruan tinggi, jumlah usaha, jumlah
tenaga kerja, dan dummy kebijakan pemerintah. Variabel-variabel tersebut digunakan berdasarkan indikator keberhasilan industri kreatif menurut Kemendag
2008 dan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang Pergeseran orientasi ekonomi
ke arah ekonomi kreatif
Kontribusi industri kreatif bagi perekonomian semakin signifikan
Nilai Ekspor Ekonomi Kreatif
PDB Ekonomi Kreatif
Pertumbuhan Teknologi TFP
Pendidikan SMK PT
Uji Kausalitas
Granger Jumlah usaha
Jumlah TK Dummy kebijakan pembentukan
Kementerian Parekraf Regresi
Panel
Gambar 14 Kerangka Pemikiran Operasional
diadaptasi dalam penelitian ini yaitu: 1 Zhang 2011 mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan industri kreatif di Cina; 2 Rani 2011
mengenai dampak teknologi terhadap industri kreatif di India; dan 3 Mikic 2012 mengenai peran kebijakan pemerintah dalam industri kreatif di Serbia.
Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dianalisis mengenai hubungan kausalitas antara PDB dengan ekspor seperti penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan
Dhakal 1994. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan dijelaskan pada Gambar 14.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Pertumbuhan teknologi yang diproksikan oleh TFP berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif.
2. Pendidikan yang diproksikan oleh jumlah SMK dan perguruan tinggi
berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif. 3.
Jumlah usaha berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif. 4.
Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif. 5.
PDB industri kreatif lebih tinggi setelah diterapkan kebijakan pembentukan Kemenparekraf.
6. Terdapat hubungan timbal balik antara PDB industri kreatif dengan
ekspornya.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu gabungan data time series dengan periode tahun analisis 2006-2013 dan cross-section 14 subsektor industri
kreatif. Data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu berupa data PDB industri kreatif, jumlah tenaga kerja industri kreatif, jumlah SMK di Indonesia,
jumlah usaha industri kreatif, dan nilai ekspor industri kreatif.
Tabel 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian No
Variabel Satuan
Simbol Sumber
1 PDB industri kreatif
rupiah Y1
Kemenparekraf 2
Jumlah SMK dan PT di Indonesia
unit X1
BPS 4
Jumlah usaha unit
X2 Kemenparekraf
5 Jumlah tenaga kerja
jiwa X3
Kemenparekraf 6
Nilai ekspor industri kreatif
rupiah Y2
Kemenparekraf Data bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS, Kementerian Perdagangan RI,
dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, sedangkan untuk data
pertumbuhan TFP diolah oleh penulis. Selain itu, referensi juga diambil dari jurnal, internet, dan sumber terkait lainnya.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan
dan penyajian suatu gugus data berupa grafik sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode ini digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai
kondisi dan kontribusi 14 subsektor industri kreatif di Indonesia serta peran pemerintah di dalamnya. Sementara itu, metode analisis data kuantitatif yaitu
dengan menghitung pertumbuhan teknologi TFP dengan model regresi, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB industri kreatif dengan model
regresi, dan menganalisis keterkaitan PDB dengan ekspor. Model analisis data yang digunakan adalah regresi data panel dan uji kausalitas Granger. Data
sekunder tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan E-views 6.
Regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time series dengan cross section. Terdapat tiga macam pendekatan dalam panel
data yaitu: 1.
Pendekatan Kuadrat Terkecil Pooled Least Square
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel yang didapatkan dengan cara mengkombinasikan
semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS Ordinary Least Square seperti persamaan
berikut:
= + β
+ dimana:
= variabel endogen = variabel eksogen
= intercept β = slope
i = individu ke-i t = periode waktu ke-t
e = error