ulang untuk produk fesyen. Potensi industri fesyen lokal yang begitu besar dan antusiasme insan mode melatarbelakangi tercetusnya Indonesia Fashion Week
IFW yang diselanggarakan oleh APPMI Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia. Ajang ini bertujuan untuk menanamkan mindset masyarakat Indonesia
bahwa produk lokal sama hebatnya dengan produk luar.
Kemendag juga tengah mengupayakan penguatan branding produk fesyen lokal, sebagai upaya
menjadikan Indonesia sebagai fashion hub dunia pada tahun 2025.
Tabel 8 Kontribusi Subsektor Industri Fesyen
Indikator Satuan
2010 2011
2012 2013
Berbasis Produk Domestik Bruto PDB
Nilai Tambah Milyar Rupiah
53 995.0 57 881.7
61 160.7 65 097.4
Nilai thd Industri Kreatif Persen
40.86 41.57
42.0 42.18
Pertumbuhan Nilai Tambah Persen
- 7.20
5.67 6.44
Nilai thd Total PDB Persen
2.39 2.40
2.39 2.40
Berbasis Ketenagakerjaan
Jumlah TK Orang
3 750 197 3 787 450
3 809 339 3 838 756
Partisipasi TK thd Ind.Kreatif Persen
48.1 47.7
47.2 47.2
Partisipasi TK thd Total Pekerja Persen
3.59 3.58
3.56 3.59
Pertumbuhan Jumlah TK Persen
- 0.99
0.58 0.77
Produktivitas TK Ribu Rppekerja
14 397.9 15 282.5
16 055.5 16 957.9
Berbasis Nilai Ekspor
Nilai Ekspor Juta rupiah
62 470 814 67 896 022
70 120 777 76 788 615
Pertumbuhan Ekspor Persen
- 8.68
3.28 9.51
Nilai Ekspor thd Ind.Kreatif Persen
72.6 72.3
70.9 71.7
Nilai Ekspor thd Total Ekspor Persen
3.97 3.49
3.53 3.71
Berbasis Jumlah Usaha
Jumlah Usaha Unit
1 072 056 1 088 978
1 102 101 1 107 956
Pertumbuhan Jumlah Usaha Persen
- 1.58
1.21 0.53
Jml Usaha thd Industri Kreatif Persen
46.4 46.5
46.7 46.5
Jml usaha thd Total Usaha Persen
2.09 2.09
2.10 2.09
Sumber: Kemenparekraf 2014 diolah .
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai ekspornya tahun 2013 mencapai 76 triluin rupiah, meningkat 9.51 persen dari pencapaian tahun 2012. Hal ini
menunjukkan bahwa fesyen adalah salah satu produk ekspor nonmigas yang potensial dari Indonesia. Di samping itu, berkembangnya industri fesyen dengan
skala besar, menengah, maupun kecil di Indonesia membawa dampak positif terhadap perekonomian nasional yang terbukti dengan peningkatan pendapatan
devisa dari industri tersebut serta penyerapan tenaga kerja yang hampir mencapai 4 juta orang.
Industri fesyen juga mendominasi jumlah usaha industri kreatif dengan persentase 46.5 persen.
Barier to entry bisnis distro dan UKMIKM di bidang fesyen relatif kecil, sehingga ini menjadi penyumbang terbesar jumlah perusahaan
di industri kreatif. Untuk industri pakaian jadi, perusahaan sebagian besar berada di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan untuk industri fesyen tas, sepatu, dan
aksesoris yang terutama berbahan baku kulit terdapat di Sidoarjo, Garut, Bogor, Bandung, Magetan, Papua, Jakarta, Makassar, dan Medan
.
Pemerintah turut mendukung industri fesyen dengan menetapkan pajak sekitar 25 persen untuk
ekspor kulit mentah agar industri tidak kesulitan bahan baku. Di sisi lain, kebutuhan akan HKI tidak terlalu penting karena perubahan
dalam fesyen sangat cepat. Kondisi yang sering terjadi justru pemalsuan merek.
Pengrajin sepatu lokal mampu menduplikasi sepatu-sepatu merk terkenal dengan kualitas yang tidak jauh berbeda.
7. Film, Video, dan Fotografi
Industri perfilman Indonesia memiliki potensi yang besar dari segi bisnis karena dapat tumbuh mencapai hampir 7 persen per tahun selama periode 2010
sampai 2013. Industri ini juga mampu menyerap hingga 63 755 tenaga kerja dengan nilai ekonomi yang mencapai 3.1 triliun rupiah pada tahun 2013 seperti
yang terlihat pada Tabel 9. Dari 14 subsektor industri kreatif, industri ini menempati urutan ke-4 untuk kontribusi jumlah usaha, urutan ke-8 untuk
kontribusi jumlah tenaga kerja dan ekspor, dan urutan ke-9 untuk kontribusi PDB.
Tabel 9 Kontribusi Subsektor Film, Video, dan Fotografi
Indikator Satuan
2010 2011
2012 2013
Berbasis Produk Domestik Bruto PDB
Nilai Tambah Milyar Rupiah
2 572.0 2 771.0
2 959.9 3 145.4
Nilai thd Industri Kreatif Persen
1.95 1.99
2.03 2.04
Pertumbuhan Nilai Tambah Persen
- 7.74
6.82 6.27
Nilai terhadap Total PDB Persen
0.11 0.12
0.12 0.12
Berbasis Ketenagakerjaan
Jumlah TK Orang
56 937 60 006
62 495 63 755
Partisipasi TK thd Ind.Kreatif Persen
0.73 0.76
0.77 0.78
Partisipasi TK thd Total Pekerja Persen
0.05 0.06
0.06 0.06
Pertumbuhan Jumlah TK Persen
- 5.39
4.15 2.02
Produktivitas TK Ribu Rppekerja
45 172.7 46 178.7
47 362.2 49 335.7
Berbasis Nilai Ekspor
Nilai Ekspor Juta rupiah
595 839 596 302
612 306 639 438
Pertumbuhan Ekspor Persen
- 0.08
2.68 4.43
Nilai Ekspor thd Ind. Kreatif Persen
0.69 0.64
0.62 0.60
Nilai Ekspor thd Total Ekspor Persen
0.03 0.03
0.03 0.03
Berbasis Jumlah Perusahaan
Jumlah Perusahaan Unit
27 239 28 155
28 992 29 785
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Persen
- 3.36
2.97 2.74
Jumlah Usaha thd Ind. Kreatif Persen
1.18 1.20
1.23 1.25
Jumlah Usaha thd Total Usaha Persen
0.05 0.05
0.06 0.06
Sumber: Kemenparekraf 2014 diolah Golongan masyarakat kelas menengah middle class di Indonesia yang
semakin tumbuh pesat juga menjadi peluang bagi industri ini karena berdampak kepada peningkatan konsumsi tersier, di mana film adalah salah satunya. Akan
tetapi, sangat disayangkan bahwa potensi tersebut belum didukung dengan jumlah layar bioskop yang cukup untuk penonton nasional. Di Indonesia, hanya ada 675
bioskop untuk melayani 246 juta penduduk. Penonton film masih terkonsentrasi di Jabodetabek, sejalan dengan terkonsentrasinya distribusi bioskop. Industri ini
membutuhkan infrastruktur yang baik dan memadai. Saat ini, yang membangun bioskop hanya pengusaha saja, padahal butuh dukungan dari pemerintah.
Di sisi lain, kuantitas film nasional cukup banyak, namun tidak diikuti dari dengan kualitas yang baik sehingga hanya segelintir film nasional yang memasuki
daftar box office hollywood. Hal ini dikarenakan tema film Indonesia belum cukup kaya. Minimnya risk taker dalam membuat film merupakan salah satu penyebab
kurang kayanya tema. Insentif pekerja film juga masih rendah, sangat timpang dibanding pemeran. Di samping itu, jumlah sekolah film hanya satu yaitu Institut
Kesenian Jakarta IKJ. Kondisi ini praktis menyebabkan para pembuat film harus
melatih sendiri para pekerja kreatif yang dibutuhkan. Untuk mendorong para pembuat film untuk terus berkarya, saat ini sudah ada festival film independen
yang ditayangkan di bioskop dan juga sudah ada ajang apresiasi Indonesia Movie Award yang digelar setiap tahun.
Salah satu masalah terbesar dalam industri ini adalah maraknya pelanggaran hak cipta film, khususnya pembajakan. Law enforcement serta
regulasi produksi film yang ada saat ini belum atau bahkan tidak maksimal sama sekali sehingga tindakan pembajakan seolah tidak pernah dikenai sanksi hukum.
Pembajakan film ini merugikan produser, importir, maupun pemerintah. 8.
Permainan Interaktif Eksistensi para pengembang permainan interaktif semakin diakui. Ini
tampak dari masuknya kategori pengembangan permainan interaktif dalam ajang INAICTA Indonesian ICT Award. Untuk mendorong pertumbuhan industri ini,
pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi telah mengupayakan peralatan bersama agar terjadi cost sharing dari pelaku industri sehingga daya
saing menjadi tinggi dan kebutuhan modal yang diperlukan menjadi rendah. Hal ini sebagai respon dari harga piranti lunak dan peralatan komputasi yang mahal.
Fakta bahwa hampir di setiap komputer, telepon genggam, dan mall terdapat permainan interaktif menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi
besar di dalam negeri. Keberadaan komunitas-komunitas online game merupakan potensi untuk membangun asosiasi permainan interaktif tingkat nasional. Namun,
kontribusi industri permainan interaktif terhadap perekonomian belum signifikan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10. Dari 14 subsektor industri kreatif,
industri ini menempati urutan ke-10 untuk kontribusi ekspor dan jumlah usaha, sedangkan untuk kontribusi PDB dan jumlah tenaga kerja menempati urutan ke-
11. Tabel 10 Kontribusi Subsektor Industri Permainan Interaktif
Indikator Satuan
2010 2011
2012 2013
Berbasis Produk Domestik Bruto PDB
Nilai Tambah Milyar Rupiah
1 668.4 1 762.7
1 854.5 1 972.1
Nilai thd Industri Kreatif Persen
1.26 1.27
1.27 1.28
Pertumbuhan Nilai Tambah Persen
- 5.65
5.21 6.34
Nilai terhadap Total PDB Persen
0.07 0.07
0.07 0.07
Berbasis Ketenagakerjaan
Jumlah TK Orang
22 443 23 181
23 729 23 928
Partisipasi TK thd Ind. Kreatif Persen
0.36 0.29
0.29 0.29
Partisipasi TK thd Total Pekerja Persen
0.02 0.02
0.02 0.02
Pertumbuhan Jumlah TK Persen
- 3.29
2.37 0.84
Produktivitas TK Ribu Rppekerja
74 339.4 76 040.7
78 153.3 82 418.1
Berbasis Nilai Ekspor
Nilai Ekspor Juta rupiah
568 808 572 056
588 034 593 039
Pertumbuhan Ekspor Persen
- 0.57
2.79 0.85
Nilai Ekspor thd Ind.Kreatif Persen
0.66 0.61
0.60 0.55
Nilai Ekspor thd Total Ekspor Persen
0.03 0.03
0.03 0.03
Berbasis Jumlah Usaha
Jumlah Usaha Unit
7 247 7 411
7 554 7 771
Pertumbuhan Jumlah Usaha Persen
- 2.26
1.93 2.87
Jumlah Usaha thd Ind. Kreatif Persen
0.31 0.32
0.32 0.33
Jumlah Usaha thd Total Usaha Persen
0.014 0.014
0.014 0.015
Sumber: Kemenparekraf 2014 diolah