Pemaknaan Temuan Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.2.3. Revisi Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe TGT sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, akan tetapi perbaikan pembelajaran harus tetap ditindaklanjuti untuk meningkatkan pembelajaran IPA yang berkelanjutan.

4.2. Pemaknaan Temuan Penelitian

Pembahasan didasarkan pada hasil observasi dan hasil belajar serta refleksi pada setiap siklusnya dengan menerapkan pembelajaran melalui model kooperatif tipe TGT. 4.2.2. Hasil Observasi Keterampilan Guru Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk-bentuk perilaku yang bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terencana dan professional Rusman, 2011:80. Berdasarkan hasil observasi keterampilan guru pada pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa rerata skor seluruh indikator pada siklus I adalah sebesar 17,5 dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II rerata skor seluruh indikator keterampilan guru adalah sebesar 27 dengan kategori sangat baik. Peningkatan hasil observasi keterampilan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan Guru dari Siklus I dan Siklus II No Indikator Siklus I Siklus II P1 P2 SR K P1 P2 SR K 1 Keterampilan membuka pelajaran 3 3 3 3 4 3.5 2 Keterampilan bertanya 2 2 2 3 3 3 3 Keterampilan memberi penguatan 1 2 1.5 4 4 4 4 Penggunaan media pembelajaran 2 3 2.5 3 4 3.5 5 Keterampilan menjelaskan 2 2 2 3 4 3.5 6 Membimbing diskusi kelompok 2 2 2 3 3 3 7 Keterampilan mengelola kelas 2 2 2 2 4 3 8 Menutup pembelajaran. 2 3 2.5 3 4 3.5 Jumlah Skor Total 14 19 17.5 B 24 30 27 SB Keterangan : PI : pertemuan pertama PII : pertemuan kedua SR : skor rata-rata K : kategori Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan diperoleh pada siklus I dan II memaparkan saat membuka pelajaran guru telah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari, melakukan apersepsi dan menarik perhatian siswa dengan menggunakan media yang menarik sehingga skor yang diperoleh guru pada siklus I dan siklus II adalah 4. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Uzer Usman 2005: 92 bahwa keterampilan guru dalam membuka pelajaran meliputi memotivasi dan menarik perhatian siswa, memberikan acuan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan apersepsi. Keterampilan bertanya guru pada pelaksanaan tindakan siklus I guru telah mengungkapkan pertanyaan secara jelas dan pemindahan giliran menjawab bagi siswa. Kemudian pada siklus II guru memperbaiki dengan kejelasan dalam bertanya dan pemberian waktu berpikir. Hal yang telah dilakukan guru sesuai dengan pendapat Rusman 2010:59 peranan guru yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran salah satunya adalah mengajukan pertanyaan dan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Selain itu juga sesuai pendapat Djamarah 2010:99 banyak hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajukan pertanyaan yaitu kelancaran bertanya, penyusunan kata-kata, menstruktur pertanyaan, pemberian waktu untuk berpikir, pemerataan kesempatan secara pindah gilir, penunjukan siswa secara acak, kehangatan dan antusias guru terhadap jawaban siswa, dan pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam pertanyaan yang diajukan. Kegiatan pembelajaran di siklus I guru telah memberi penghargaan verbal berupa pujian terhadap siswa yang menjawab benar pertanyaan guru. Kemudian pada siklus II guru memperbaiki dengan lebih banyak memberikan penguatan berupa tepuk tangan, acungan jempol dan reward bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah 2010:99 guru harus mampu memberikan penguatan atau penghargaan yaitu berupa respon yang diberikan guru terhadap tindakan siswa. Respon yang diberikan guru bisa berupa penguatan positif misalnya tepuk tangan, pujian. Aspek dalam penggunaan media mendapat skor 2 pada siklus 1 pertemuan 1, mendapat skor 3 pada siklus 1 pertemuan 2, mendapat skor 3 pada siklus II pertemuan 1 dan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 4. Hal itu dikarenakan pada siklus I pertemuan 1 media yang digunakan guru sulit dipahami siswa. Namun, untuk pertemuan berikutnya guru dalam menampilkan video dan gambar dalam media presentasi guru sudah menampilkan video dan gambar dalam media yang sesuai dengan materi, video dan gambar terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, mudah diperagakan, dan bisa dipahami siswa. Menurut Rusman 2011:86-88 penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut yaitu, kejelasan, penggunaan contoh, penggunaan tekanan, dan penggunaan balikan. Penggunaan contoh berupa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan kejelasan materi yang disampaikan. Pada penelitian ini diperoleh hasil yakni pada siklus I guru telah menjelaskan materi dengan jelas dan runtut, namun belum menggunakan media pembelajaran yang baik. media hanya dimanfaatkan oleh beberapa siswa saja. Kemudian pada siklus II diperbaiki dengan lebih menyiapkan media pembelajaran yang dapat dieksplorasi oleh siswa. Uzer Usman 2005:94 menjelaskan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalah memusatkan perhatian siswa, memperjelas masalah, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan kontribusi siswa, memberikan kesempatan partisipasi, dan menutup diskusi. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan memaparkan bahwa keterampilan guru membimbing kelompok bekerja dan belajar pada siklus I diperoleh skor 2 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 3.5. Guru telah membimbing siswa secara individu dan kelompok dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa agar berperan aktif dalam kegiatan kelompok. Guru juga telah memberikan penjelasan tentang kegiatan kelompok yang akan dilakukan dengan jelas dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh siswa dan penggunaan media pembelajaran. Selain itu guru juga telah memotivasi siswa agar tidak takut mengumukakan pendapat, bertanya, ataupun memberikan saran terhadap hasil kerja kelompok lain. Aspek mengelola kelas mendapat skor 2 pada siklus I pertemuan 1, mendapat skor 2 pada siklus I pertemuan 2, mendapat skor 2 pada siklus II pertemuan 1 dan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 4. Hal itu dikarenakan pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru tidak menegur siswa dan pengelolaan waktu yang kurang baik. Untuk siklus II pertemuan 2 guru sudah memberi teguran dan mampu mengelola waktu dengan baik. Aspek menutup pembelajaran mendapat skor 2 pada siklus I pertemuan 1, mendapat skor 3 pada siklus I pertemuan 2, mendapat skor 3 pada siklus II pertemuan 1 dan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 4. Hal itu dikarenakan pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru tidak member kesempatan bertanya siswa dan meninjau materi yang telah diberikan. Untuk siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru sudah melakukan refleksi, memberikan kesimpulan, melakukan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut. Sesuai dengan data di atas terlihat jelas bahwa keterampilan guru mengalami peningkatan. Skor rata-rata pada siklus II adalah 27, meningkat dari siklus I. Hasil ini masuk dalam kategori sangat baik. Dalam pembelajaran guru telah memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui kegiatan belajar dan bekerja dalam kelompok. Siswa diajak berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok guna menyelesaikan tugas sesuai lembar kerja lewat belajar sambil berbuat learning by doing. Menurut Isjoni 2010:92-94 peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, mediator, director, motivator, dan evaluator. Menurut Rusman 2011:215-216, pembelajaran kooperatif tipe TGT menuntut guru mampu mengorganisasikan siswa dalam kelompok, menyampaikan materi, memotivasi dan membimbing siswa selama kegiatan kelompok, berkompetisi secara sehat, memberikan kuis atau evaluasi, memberikan penghargaan atas prestasi tim. 4.2.3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Aktivitas belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah salah satu keaktifan atau kegiatan. Sedangkan definisi belajar menurut Oemar Hamalik 2006:26 adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aktivitas yang dimaksud di sini penekannya adalah pada siswa. Adanya siswa dalam pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Dalam belajar hendaknya diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja mandiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri Sardiman, 2007:95-97. Ada delapan bentuk aktivitas siswa dalam belajar yaitu visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing acti-vities, motor activities, mental activities, dan emotional activities Oemar Hamalik, 2006:172. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II diperoleh data bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran TGT dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini: Tabel 4.9 Peningkatan aktivitas siswa siklus I dan siklus II No. Indikator Siklus I Siklus II P1 P2 SR K P1 P2 SR K 1 Kesiapan siswa dalam pembelajaran 2.7 3.0 2.85 3.1 3.5 3.3 2 Mendengar informasi guru 2.2 2.4 2.3 2.8 3.3 3.05 3 Berkelompok sesuai petunjuk guru 2.5 2.7 2.6 2.9 3.3 3.1 4 Menganalisis masalah 2.7 2.9 2.8 3.0 3.6 3.3 5 Presentasi diskusi kelompok 1.9 2.1 2 2.4 3.4 2.9 6 Pelaksanaan turnamen 2.4 2.5 2.45 2.9 3.4 3.15 7 Menyimpulkan materi dan evaluasi 2.6 2.8 2.7 3.0 3.7 3.35 Jumlah Skor Total 17

18.4 17.7 B 20.1 24.2 22.3 SB

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 SEMARANG

0 3 210

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (Tgt) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Karangasem IV Surakarta T

0 2 16

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 SEMARANG.

0 0 1