Patofisiologi Penyakit Kulit Penyakit Kulit 1. Definisi

bakteri, jamur. Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, lenting-lenting, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin uang logam yang basah dan gatal, biasanya penderita memiliki infeksi setempat berupa gigi berlubang, bila hal tersebut ditangani dan eksim tersebut diobati, bukannya tidak mungkin kesembuhan mencapai 100.

2.5.2. Patofisiologi Penyakit Kulit

Hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan tubuh menyebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh. Pada penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi parasit seperti sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Kelainan kulit yang timbul akibat dari garukan gatal akibat sensitisasai terhadap sekret dan exkret sarcoptes kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Gerukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder Ganong, 2006. Universitas Sumatera Utara Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum lapisan kulit yang paling luar yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit sel–sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel–sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik plak jaringan epidermis yang profus. Menurut Ganong 2006, mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik alergik, tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanisme immunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap hapten. Obatmetaboliknya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan, serum protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.

2.5.3. Fungsi Kulit