Hubungan Keterpaparan Masyarakat Pada Air Sungai Yang Dicemari Limbah Rumah Sakit Dengan Penyakit Kulit Di Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat Tahun 2009
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Oleh
YANTI MUSYAWARAH 077031008/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh :
YANTI MUSYAWARAH 077031008/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Yanti Musyawarah Nomor Induk Mahasiswa : 077031008
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (dr. Taufik Ashar, M.K.M) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
(4)
Telah diuji
Pada Tanggal : 3 November 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S Anggota : 1. dr. Taufik Ashar, M.K.M 2. Drs. Chairuddin, M.Sc 3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si
(5)
PERNYATAAN
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2010
(6)
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Oleh
YANTI MUSYAWARAH 077031008/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(7)
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh :
YANTI MUSYAWARAH 077031008/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(8)
Judul Tesis : HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Yanti Musyawarah Nomor Induk Mahasiswa : 077031008
Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Dr. Dra. Irnawati Marsaulina,MS dr. Taufik Ashar, MKM Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MPH)
(9)
Telah diuji Pada Tanggal:
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS Anggota : 1. dr, Taufik Ashar, MKM
2 Drs. Chairuddin, MSc 3. Ir. Indra Chahaya S, MSi
(10)
PERNYATAAN
HUBUNGAN KETERPAPARAN MASYARAKAT PADA AIR
SUNGAI YANG DICEMARI LIMBAH RUMAH SAKIT
DENGAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN
SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2009
Yanti Musyawarah NIM. 077031008
(11)
ABSTRAK
Pengelolaan limbah rumah sakit yang kurang baik dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama jika dibuang ke tempat yang tidak tepat apalagi ke badan air sungai yang biasa di pergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Kelurahan Silalas, lingkungan XI dan XII Kecamatan Medan Barat merupakan daerah yang berdekatan dengan sebuah rumah sakit X yang air sungainya dialiri oleh buangan limbah rumah sakit ini. Masyarakat mengeluhkan adanya keluhan sejumlah kejadian gatal- gatal, bentol-bentol di kulit mereka setelah rumah sakit ini dibangun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas air limbah rumah sakit dengan penyakit kulit pada masyarakat Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah survey eksplanatori dengan populasi masyarakat lingkungan XI dan XII Kecamatan Medan Barat sebanyak 547 orang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling yang berjumlah 198 orang. Teknik pengambilan sampel air dengan metode Composite Time simples di 3 (tga) buah titik pengambilan.
Hasil penelitian menunjukkan komponen TSS, Phosfat, BOD, COD, NH3 Bebas menunujukkan perubahan kadar di atas baku mutu di dalam badan air sungai dan berhubungan dengan penyakit kulit. Ditemukan juga bahwa konsentrasi tertinggi terdapat terdapat di AS 2.
Disarankan kepada pemerintah Kotamadya Medan untuk membuat sanksi yang lebih keras kepada setiap pelanggar dan perusak lingkungan. Untuk rumah sakit agar lebih melakukan pengelolaan limbah dengan baik melalui IPAL dan jika tidak ada agar membuat contracting out ke rumah sakit lain. Disarankan juga kepada masyarakat untuk segera melaporkan ke instansi terkait jika ditemukan perubahan pada air sungai yang dipergunakan sehari-hari.
(12)
ABSTRACT
The lack of managing of hospital wastes can impacting to human healthy, especially if it is thrown away to the place that should not be and moreover to the river that by the people used for daily needs. Silalas political district administered by the Chief of district XI and XII are the districts that close with a hospital named X which the river is watered by this hospital disposal wastes. The people around are complain about the diseases that occur like itches, small bumps on their skin after this hospital was built.
The purpose of this research was analyzed the relationship of hospital disposal waste water to the skin disease incident at the people in this neighborhood, District XI and XII, West Medan sub-district, Medan city on 2009. The type of this research used explanatory survey with populates District XI and XII, West Medan sub-district amount 547 people. Simple Random Sampling was used to get the sample amount 198 people. Composite Time Simples at 3 (three) taking point was used to get the water sample.
The result of research showed that the components of TSS, Phosphate, BOD, COD, NH3 showing the alteration level above standard quality in the river water and had relation with the skin disease. It is found that the highest concentrate was at the point next by the waste disposal.
It is suggested to the Medan city government to make a harder punishment to every action that against the law and to the environmental destroyer. It is suggested to the hospital to manage the wastes water better through IPAL and if it is unavailable then to make the contracting out to other hospital. It is also suggested to the community to report this incident to the instance that has authority managing this problem if there is found the alteration with the river water that is used daily.
(13)
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan rasa syukur yang begitu besar kepada Allah SWT karena kemuliaanNYA telah memberkan rahmat serta hidayah kepada penulis sejak awal menjalani pendidikan sampai dengan penyelesaian tesis ini.
Tesis ini merupakan tugas akhir dalam pendidikan S2 pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan judul “Hubungan Keterpaparan Masyarakat pada Air Sungai yang Dicemari Limbah Rumah Sakit dengan Penyakit Kulit di Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat Tahun 2009.”
Selama menjalani masa perkuliahan serta dalam proses pengajuan sampai dengan selesainya tesis ini, penulis sangat banyak mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, karenanya perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada :
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(14)
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Sekretaris Program Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri sekaligus sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan meluangkan waktu kepada penulis selama melakukan penelitian.
5. dr. Taufik Ashar, M.K.M, selaku anggota Komisi Kembimbing yang sangat memberi dorongan serta memberikan wawasan dan pengetahuan serta bagitu banyak meluangkan waktu kepada penulis demi baiknya hasil penulisan tesis ini 6. Drs. Chairuddin, M.Sc, selaku Komisi Pembanding yang telah meluangkan
waktunya serta banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Ir. Indra Chahaya S. M.Si, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak meluangkan waktu serta banyak memberikan masukan kepada penulis bahkan dari sejak awal penulis akan mengajukan proposal penelitian sampai selesainya tesis ini.
8. Seluruh staf pengajar Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Universitas Sumatera Utara yang telah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan serta berbagi wawasan yang sangat bermanfaat bagi penulis
9. Suami tercinta, terimakasih, telah menjadi penyemangat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini, dalam setiap keadaan walau kamu sendiri dalam keadaan tidak sehat selalu memberikan motivasi dan cinta kasihmu yang tidak terhingga IWALY.
(15)
10. Anak-anak terkasih Muadib dan Rafi, terimakasih selalu menemani bunda ke kampus, bunda sangat sayang kalian.
11. Ibunda Nurliah dan Alm. M. Ilyas Sumyar Ayahanda, terimakasih yang tidak terhingga karena doanya selalu ada menyertai setiap langkah sampai dapat selesainya pendidikan S-2 ini.
12. Kakanda Nurul dan Sumiati atas bantuan dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
13. Teman-teman yang juga sahabat di Angkatan II Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas bantuan dan tidak bosan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-2 ini.
Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan tesis ini, penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penelitian ini, diharapkan nantinya tesis ini dapat berguna bagi banyak pihak terutama bidang penelitian manajemen kesehatan lingkungan industri.
Medan, Februari 2010 Penulis,
(16)
RIWAYAT HIDUP
Yanti Musyawarah, lahir pada tanggal 1 Januari 1969 di Pangkalan Berandan, anak ke lima dari tujuh bersaudara dari Alm. Bapak M. Ilyas Sumyar dan Ibu Nurliah. Pendidikan dimulai tahun 1975 Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan Dharma Patra Medan, lulus dan tamat pada tahun 1981. Tahun 1981 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Dharma Patra Medan, lulus dan tamat pada tahun 1984. Selanjutnya tahun 1984 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Dharma Patra Medan, lulus dan tamat pada tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 1996 melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, lulus dan tamat pada tahun 2000, dan pada tahun 2009 melanjutkan studi ke Program Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri (Strata-2) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Tahun 1991 pernah bekerja di PT. ESCONSOIL ENSAN Environmental, Engineering and Design Consultant sebagai Project Verifcation sampai tahun 2003. Selanjutnya pada tahun 2003 bekerja di PT. DELTA SESAR Environmental, Engineering and Design Consultant sebagai Direktur sampai dengan sekarang.
(17)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
RIWAYAT HIDUP ...vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian. ... 8
1.4.Hipotesis ... 8
1.5.Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Limbah ... 9
2.1.1. Limbah Rumah Sakit ... 9
2.1.2. Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit ... 10
2.1.3. Sumber Limbah Medis ... 13
2.2. Pengumpulan dan Pembuangan Air Limbah ... 18
2.2.1. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit ... 19
2.2.2. Keterpaparan dan Parameter Kimbah Rumah Sakit ... 21
2.3. Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 24
2.3.1. Dampak Positif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ... 25
2.3.2. Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ... 26
2.4. Dampak Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Terhadap Penyakit Kulit ... 27
2.5. Penyakit Kulit ... 28
2.5.1. Definisi... 28
2.5.2. Patofisiologi Penyakit Kulit ... 29
2.5.3. Fungsi Kulit... 30
(18)
BAB 3 METODE PENELITIAN... 35
3.1. Jenis Penelitian... 35
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Populasi dan Sampel ... 36
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41
3.6. Metode Pengukuran ... 44
3.7. Metode Analisis Data... 45
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 47
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
4.2. Distribusi Keterpaparan Responden ... 48
4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 48
4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
4.3. Distribusi Komponen Kualitas Air Limbah ... 49
4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden... 51
4.5. Distribusi Frekuensi Gangguan Penyakit Kulit ... 52
4.6. Analisis Hubungan Faktor Pendukung dengan Penyakit Kulit ... 53
4.6.1. Hubungan Lama Tinggal > 6 bulan, Kejadian Gatal-Gatal ... 53
4.6.2. Hubungan Menggunakan Air Sungai Kebutuhan Sehari-hari .. 54
4.6.3. Hubungan Kontak Langsung Air Sungai Lebih dari 4 kali ... 54
4.6.4. Hubungan Kontak air sungai > 1 Jam kejadian gatal-gatak ... 55
4.6.5. Hubungan Lama Tinggal > 6 bulan dengan Kejadian Bercak Merah ... 56
4.6.6. Hubungan Menggunakan Air Sungai Kebutuhan Sehari-hari .. 56
4.6.7. Hubungan Kontak dalam Air Sungai > 4 kali dengan Kejadian bercak merah ... 57
4.6.8. Hubungan Kontak Air Sungai > 1 jam Kejadian Bercak Merah ... 58
4.6.9. Hubungan Lama Tinggal > 6 Bulan dengan Kejadian Bentol-bentol ...58.
4.6.10. Hubungan Menggunakan Air Sungai Kebutuhan Sehari-hari . 59 4.6.11. Hubungan Kontak Langsung Air Sungai Lebih dari 4 kali .... 59
4.6.12. Hubungan Kontal Air Sungai > 1 jam ... 60
BAB 5 PEMBAHASAN ... 61
5.1 Parameter Kualitas Air Sungai Deli ... 61
5.1.1. Kadar BOD dan COD Pada Aliran Sungai Deli ... 61
5.1.2. Kadar TSS Pada Aliran Sungai Deli ... 62
5.1.3. Kadar NH3 Bebas Pada Aliran Sungai Deli ... 63
(19)
5.2. Hubungan Keterpaparan Masyarakat Pengguna Air Sungai Deli yang
Dicemari Limbah Rumah Sakit ... 62
5.3. Keterbatasan Penelitian... 71
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 73
6.1. Kesimpulan ... 73
6.2. Saran... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
(20)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya ... 14
2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya .... 16
3.1. Jumlah Sampel Pada Masing-masing Lingkungan ... 38
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Kualitas Air Limbah... 41
3.4 Varaiabel dan Definisi Operasional Faktor Pendukung... 43
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Gangguan/Kelainan Kulit... 44
4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ... 48
4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 49
4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden 49 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Tinggal Responden Yang Tinggal Disepanjang Lokasi Sungai... 50
4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas Air Di Badan Sungai di Lokasi Sebelum, Pada Titik dan Jarak 100 m Dari buangan Air Limbah. ... 52
4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Yang Berada Disepanjang Aliran Sungai Yang Tercemar Limbah Rumah Sakit ... 53
4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Jawaban Kelainan/ Gangguan Kulit Pada Masyarakat Di Sepanjang Aliran Sungai Yang Tercemar Air Sungai ... 54
4.8. Hubungan Lama Tinggal > 6 Bulan Dengan Kejadian Gatal-gatal . 54 4.9. Hubungan Menggunakan Air Sungai Untuk Kebutuhan Sehari-Hari Dengan Kejadian Gatal-gatal ... 55
(21)
4.10. Hubungan Kontak Langsung Dengan Air Sungai > 4 kali Dengan
Kejadian Gatal-gatal... 55 4.11. Hubungan Kontak Langsung Dalam Air Sungai > 1 Jam Dengan
Kejadian Gatal-gatal... 56 4.12. Hubungan Lama Tinggal > 6 Bulan Dengan Kejadian Bercak
Kemerahan ... 57 4.13. Hubungan Menggunakan Air Sungai Untuk Kebutuhan
Sehari-Hari Dengan Bercak Kemerahan Pada Kulit ... 57 4.14. Hubungan Kontak Langsung Dengan Air Sungai >4 kali Dengan
Kejadian Bercak Kemerahan Pada Kulit... 58 4.15. Hubungan Kontak Langsung Dalam Air Sungai > 1 JamDengan
Kejadian Bercak Kemerahan Pada Kulit... 58 4.16. Hubungan Lama Tinggal > 6 Bulan Dengan Kejadian
Bentol-bentol... 59 4.17. Hubungan Menggunakan Air Sungai Untuk Kebutuhan
Sehari-Hari Dengan Kejadian Bentol-bentol... 60 4.18. Hubungan Kontak Langsung Dengan Air Sungai > 4 kali Dengan
(22)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 79 2. Gambar Peta ... 97 3. Lokasi Pengambilan Sampel ... 98
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 78 2. Tabel Distribusi Frekuensi ... 81 3. Tabel Hasil Uji ... 96 4. Izin Penelitian ... 99
(24)
ABSTRAK
Pengelolaan limbah rumah sakit yang kurang baik dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama jika dibuang ke tempat yang tidak tepat apalagi ke badan air sungai yang biasa di pergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Kelurahan Silalas, lingkungan XI dan XII Kecamatan Medan Barat merupakan daerah yang berdekatan dengan sebuah rumah sakit X yang air sungainya dialiri oleh buangan limbah rumah sakit ini. Masyarakat mengeluhkan adanya keluhan sejumlah kejadian gatal- gatal, bentol-bentol di kulit mereka setelah rumah sakit ini dibangun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas air limbah rumah sakit dengan penyakit kulit pada masyarakat Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah survey eksplanatori dengan populasi masyarakat lingkungan XI dan XII Kecamatan Medan Barat sebanyak 547 orang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling yang berjumlah 198 orang. Teknik pengambilan sampel air dengan metode Composite Time simples di 3 (tga) buah titik pengambilan.
Hasil penelitian menunjukkan komponen TSS, Phosfat, BOD, COD, NH3 Bebas menunujukkan perubahan kadar di atas baku mutu di dalam badan air sungai dan berhubungan dengan penyakit kulit. Ditemukan juga bahwa konsentrasi tertinggi terdapat terdapat di AS 2.
Disarankan kepada pemerintah Kotamadya Medan untuk membuat sanksi yang lebih keras kepada setiap pelanggar dan perusak lingkungan. Untuk rumah sakit agar lebih melakukan pengelolaan limbah dengan baik melalui IPAL dan jika tidak ada agar membuat contracting out ke rumah sakit lain. Disarankan juga kepada masyarakat untuk segera melaporkan ke instansi terkait jika ditemukan perubahan pada air sungai yang dipergunakan sehari-hari.
(25)
ABSTRACT
The lack of managing of hospital wastes can impacting to human healthy, especially if it is thrown away to the place that should not be and moreover to the river that by the people used for daily needs. Silalas political district administered by the Chief of district XI and XII are the districts that close with a hospital named X which the river is watered by this hospital disposal wastes. The people around are complain about the diseases that occur like itches, small bumps on their skin after this hospital was built.
The purpose of this research was analyzed the relationship of hospital disposal waste water to the skin disease incident at the people in this neighborhood, District XI and XII, West Medan sub-district, Medan city on 2009. The type of this research used explanatory survey with populates District XI and XII, West Medan sub-district amount 547 people. Simple Random Sampling was used to get the sample amount 198 people. Composite Time Simples at 3 (three) taking point was used to get the water sample.
The result of research showed that the components of TSS, Phosphate, BOD, COD, NH3 showing the alteration level above standard quality in the river water and had relation with the skin disease. It is found that the highest concentrate was at the point next by the waste disposal.
It is suggested to the Medan city government to make a harder punishment to every action that against the law and to the environmental destroyer. It is suggested to the hospital to manage the wastes water better through IPAL and if it is unavailable then to make the contracting out to other hospital. It is also suggested to the community to report this incident to the instance that has authority managing this problem if there is found the alteration with the river water that is used daily.
(26)
Keterp aparan 1. La
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat perawatan penderita, pendidikan dan penelitian. Rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat yang menghasilkan limbah baik bentuk padat, cair ataupun gas yang cukup potensial untuk mencemari lingkungan. Sebagaimana diketahui limbah rumah sakit dapat digolongkan menjadi dua yaitu limbah infeksius dan limbah non infeksius. Limbah Infeksius yaitu limbah yang termasuk dalam kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3) dan limbah non infeksius yaitu limbah yang termasuk ke dalam kategori limbah rumah tangga atau limbah domestik. Dengan adanya limbah tersebut dapat menimbulkan dampak negatif pada kehidupan manusia dan lingkungan. Salah satunya yaitu dapat mencemari badan air bila limbah yang dibuang telah melebihi kapasitas yang tidak dapat diterima lingkungan (Wipe, 2008).
Efek negatif yang mungkin timbul sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang tidak sehat karena pengelolaan air limbah rumah sakit yang kurang sempurna, diantaranya : adanya bakteri patogen penyebab penyakit seperti penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Air limbah rumah sakit memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan maka perlu penanganan air limbah yang baik
(27)
dan benar, yaitu dengan adanya instalasi pengelolaan air limbah. Oleh karena itu pembangunan rumah sakit harus disertai dengan pengawasan, pemantauan, dan perhatian terhadap limbah rumah sakit yang dihasilkan. Kondisi ini mengharuskan setiap pengelola industri khsusnya industri jasa rumah sakit harus memperhatikan cara-cara pengolahan dan pembuangannya agar tidak menimbulkan permasalahan bagi lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat disekitarnya (LIPI, 2007).
Permasalahan akibat pencemaran limbah sebenarnya dapat dihindari melalui pengelolaan yang baik dengan cara pengukuran dan pengontrolan limbah yang di buang. Dalam banyak kasus, upaya pencegahan kerusakan lingkungan akibat limbah saat ini telah dibuat beberapa keputusan berupa penggunaan landfill tempat pembakar sampah yang terbuka dan sampah yang keras yang kurang pembuangan sampah (landfill) yang sehat dikembangkan sebagai alternatif dan IPAL untuk pembuangan limbah cair (Darmanto, 2005).
Pengaruh limbah kimia industri khususnya limbah rumah sakit terdiri dari senyawa organik dan anorganik, antara lain dapat mengganggu kesehatan manusia maupun keseimbangan sistem lingkungan seperti logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Se, Ti, In, Sb, Bi, Te) dan senyawa non-logam tertentu (fosfat, amonia, sianida, fluorida, sulfida), dapat mengganggu kadar oksigen dalam badan- badan air seperti zat organik seperti pestisida dan fenol dapat berakibat lebih fatal karena sifat toksiknya, (Darmanto, 2005).
Limbah rumah sakit yang belum dikelola dengan baik saat ini sering ditemukan, khususnya pengelolaan limbah medis yang infeksius. Dalam pengelolaan
(28)
limbah infeksius rumah sakit sering menyamakannya dengan limbah medis non infeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis apalagi limbah ini sering dibuang di tempat yang tidak jauh dari pemukiman terutama pada saluran air sungai yang dipergunakan warga disekitarnya untuk keperluan sehari-hari (LIPI, 2007).
Imam (2005) mengutarakan bahwa rata-rata pengelolaan limbah medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar. Limbah medis yang dibuang oleh rumah sakit kebanyakan limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium. Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke aliran sungai. Kondisi ini sangat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat yang mempergunakan air sungai tersebut.
Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun juga perlu diberi perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan di rumah sakit juga mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit serta mencegah infeksi nosoknomial di lingkungan rumah sakit (LIPI, 2007).
Pengaruh limbah terhadap kesehatan yang paling banyak terjadi adalah iritasi kulit bahkan keracunan akibat kontak langsung dengan air sungai. Rumah sakit yang selama ini dianggap sebagai tempat penyembuhan penyakit bagi lapisan masyarakat, justru menjadi sumber bibit penyakit baru. Kondisi ini terjadi karena manajemen
(29)
rumah sakit lalai atau sengaja lalai menyediakan instalasi pengolahan air limbah (Depkes, 1997).
Menurut Bambang (2007) di Kabupaten Bandung, khususnya di Kecamatan Soreang menyebutkan bahwa ditemukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang belum memiliki IPAL bahkan disebutkan juga hampir seluruh rumah sakit di Kabupaten Bandung belum memiliki IPAL dan ditemukan ada 3 (tiga) rumah sakit yang membuang limbahnya ke aliran sungai dan akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang terkena iritasi kulit bahkan keracunan dari air sungai yang tercemar limbah tersebut.
Sjahrial (2008), menyebutkan kendala ketiadaan IPAL di sejumlah rumah sakit adalah karena faktor biaya. Disebutkan bahwa untuk membangun sebuah IPAL butuh biaya yang besar. Harganya tergantung dari kualitas dan banyaknya proses yang dilakukan pada IPAL tersebut. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu IPAL, maka sangat wajar bila kemudian pengelola rumah sakit itu menolak untuk membuat IPAL akibat biaya untuk membangunnya sangat mahal.
Zaenab (2008) mengungkapkan berdasarkan Profil Depkes 2000, seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisa lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat)
(30)
RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh LKPK Tahun 2006 pengolahan limbah rumah sakit di Indonesia menunjukan hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari rumah sakit yang mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan instalasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan septic tanc tank (tangki septik). Pemeriksaan kualitas limbah hanya dilakukan oleh 57,5% rumah sakit dan dari rumah sakit yang melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah memenuhi syarat baku mutu 63%.
Hasil survai pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan November 2008 disepanjang aliran sungai pada Kelurahan Silalas, lingkungan XI dan XII melewati dua rumah sakit yang termasuk dalam golongan B. Dari wawancara yang dilakukan kepada 10 (sepuluh) orang penduduk yang memanfaatkan air sungai di aliran sungai tersebut menyebutkan mereka tidak pernah mengetahui bahwa ada perubahan atas air sungai yang mereka pergunakan. Menurut mereka seandainya ada perubahan dalam hal rasa, bau dan warna pada air sungai semata-mata disebabkan oleh adanya banjir di daerah gunung yang berdampak pada kualitas air sungai di sekitar mereka. Masyarakat yang diwawancarai tersebut juga menyebutkan bahwa mereka tidak terlalu menghawatirkan terjadinya penyakit pada mereka karena dalam kesehariannya
(31)
mereka sudah bertahun-tahun menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari kecuali untuk air minum dan memasak.
Namun demikian dari beberapa responden yang diwawancarai berpendapat bahwa limbah dari kedua rumah sakit tersebut dibuang langsung ke badan air, karena masyarakat sering mengalami keluhan sehabis memanfaatkan air sungai untuk MCK, masyarakat mengalami panas di kulit dan mengalami gatal-gatal serta timbul bintik-bintik seperti bisul kecil di permukaan kulit. Keluhan itu biasanya membaik setelah beberapa hari. Ketakutan ini disebutkan jika kondisi ini berlarut secara terus menerus, karena mereka sudah tahu dampak yang terjadi dari kotornya air yang dicemari oleh limbah yang dibuang ke badan air.
Ketakutan masyarakat akan air kotor tersebut juga didukung oleh data laboratorium pada kualitas air yang dilakukan pada saat pre survai sebagai berikut : BOD 5,9840 mg/L, TSS 88 mg/L, NH3 Bebas 0.5841 mg/L, fosfat 0,2462 mg/L. Hasil tersebut diambil dari badan air sungai Deli setelah menerima buangan limbah cair rumah sakit, yang berarti telah melewati batas baku mutu dengan mengambil standar Baku Mutu PPRI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II dan Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, batas maksimum yang diperbolehkan untuk BOD 3 mg/L, TSS 50 mg/L, NH3 Bebas 0,1 mg/L, dan fosfat 0,24 mg/L.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Glugur Kota pada tahun 2006 jumlah penyakit kulit di Kecamatan ini cukup tinggi yaitu sebanyak 2207 kasus, tahun 2007 sebanyak 1727 dan pada tahun 2008 1032 kasus. Ketika dikonfirmasikan pada dinas
(32)
kesehatan tentang peningkatan kasus penyakit kulit ini salah seorang staf menyebutkan bahwa kemungkinan peningkatan penyakit kulit karena banyak warga yang dalam kehidupan sehari-harinya mempergunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan kondisi ini maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam hubungan keterpaparan masyarakat pengguna air sungai Deli yang dicemari limbah rumah sakit dengan penyakit kulit di Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk menganalisis hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat Tahun 2009.
(33)
1.4. Hipotesis
Ada ada hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat 2009.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit : Sebagai bahan informasi bagi rumah sakit tentang pengolahan, pembuangan air limbah sehingga dapat dibuat suatu kebijakan untuk dapat mengurangi dampak bagi kesehatan masyarakat sekitarnya.
2. Bagi Masyarakat, terutama yang bermukim di bantaran sungai : sebagai sarana informasi tentang pentingnya pengelolaan dan pengolahan air buangan sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
3. Bagi Pemerintah : Sebagai informasi bagi unit kerjanya agar lebih memperhatikan ketersediaan IPAL dari suatu Rumah Sakit dan mengawasi pemanfaatan dan pengoperasian IPAL apakah sudah berjalan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Bagi Peneliti : Sebagai aplikasi keilmuan yang telah diperoleh selama menjalani pendidikan, sehingga menambah wawasan pengetahuan peneliti.
(34)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah
Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan FKM-UI mendefinisikan limbah/sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).
2.1.1. Limbah Rumah Sakit
Menurut Arifin (2008), limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun dan radoiaktivitas. Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Keterpaparan kimiawi: hasil pembuangan limbah kimiawi dimanfaatkan oleh mikroba yang terdapat di lingkungan air sebagai makanannya, selain itu limbah
(35)
kimiawi di dalam air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial umumnya memberikan kontribusi terhadap pencemaran air. Pemeriksaan air secara kimiawi digunakan test BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi menjadi karbon dioksida, secara konvensional bahan organik mengalami dekomposisi yang menstabilisasi polutan organik dalam lingkungan alamiahnya. Biological Oxygen Demmand adalah ukuran penggunaan oksigen oleh mikroorganisme.
2. Keterpaparan Fisik: keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau, warna dari air limbah keabu-abuan dan mengandung kerosin.
3. Keterpaparan Biologi: limbah berbahaya secara biologis jika terdapatnya mikroorganisme patogen yang endemik yang memberi dampak pada kesehatan masyarakat.
2.1.2. Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit
Arifin (2008) menyebutkan secara umum limbah rumah sakit dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu: 1) limbah klinis, 2) limbah non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis/medis padat adalah limbah yang terdiri dari limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah laboratorium, limbah patologi atau jaringan tubuh, limbah sitotoksis, limbah farmasi, dan limbah kimiawi
(36)
1. Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau radio aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif).
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan mikrobiologi dari rumah sakit atau ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
Namun beberapa institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme pathogen ke dalam kelompok limbah infeksius.
(37)
3. Limbah laboratorium
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
4. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
5. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksis adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik dan harus dimusnahkan melalui Incenerator pada suhu lebih dari 1.000ºC. Tempat pengumpul sampah sitotoksik setelah dikosongkan lalu dibersihkan dan didesinfeksi.
6. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
7. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Pembuangan limbah kimia kedalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi pada
(38)
saluran, sementara bahan kimia lainnya dapat menimbulkan ledakan. Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang bersama-sama dengan limbah umum.
8. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain :
1. Tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bacterilogis dapat berbentuk cair, padat atau gas.
2. Penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif harus memenuhi peraturan yang berlaku.
2.1.3. Sumber Limbah Medis
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki ruangan atau unit kerja dimana sebagian dari ruangan ini dapat menghasilkan limbah/sampah medis.
(39)
Tabel 2.1. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya
No. Sumber/Area Jenis Limbah/ Sampah
1. Kantor/Administrasi Kertas 2. Unit obstetric dan
ruang perawatan obstetric
Dressing (pembalut/pakaian), placenta, sponge (sepon/penggosok, ampul (pembengkakan), termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), dispposable unit enema (alat suntik pada usus), disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan), sarung tangan disposable.
3. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan
Dressing (pembalut/pakaian), sponge (sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syiringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis. Levin tubes (pembuluh), chateter (alat bedah), drainase set (alat pengaliran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah.
4. Unit Laboratorium, ruang mayat, pathologi dan autopsy
Gelas terkontaminasi, termasuk pipet patri dish, wadah specimen (contoh). Slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, tulang.
No. Sumber/Area Jenis Limbah/ Sampah
5. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian) dan bandages (perban), masker disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.
6. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain.
7. Unit Pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan 8. Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan
sayuran dan lain-lain
9. Halaman RS Sisa pembungkus, daun ranting, debu.
(40)
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TSS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain (Agnes, 1999).
Menurut Joko (2001) jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini :
1. Limbah Klinik : Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.
2. Limbah Patologi : Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label Biohazard.
3. Limbah Bukan Klinik : Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
(41)
4. Limbah Dapur : Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah sakit.
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya No. Kategori Warna tempat atau
kantong plastik pembungkus sampah
Lambang Keterangan 1. 2. 3. 4.. Radio Aktif Infeksius Sitotoksis Umum Merah Kuning Ungu Hitam (Warna Hitam) (Warna Hitam) (Warna Hitam) ”Domestik” (Warna Putih) Kantung boks timbal dengan simbol radioaktif Kantung plastik kuat dan anti bocor atau kontainer
Kantong plastik kuat dan anti bocor
Kantung plastik ataukontainer
Sumber : Depkes RI, 2004
5. Limbah dari tempat pencucian linen : Linen sebelumnya dipisahkan antara linen infeksius dan non infeksius. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius
(42)
dimulai dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai jenisnya serta diberi label
6. Limbah Radioaktif : Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit maka limbah Cair harus meengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu
2. Efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat
3. Limbah Cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan keterpaparan bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpangannya.
4. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
5. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
(43)
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
6. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
7. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
8. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
9. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10.Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
11.Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
2.2. Pengumpulan dan Pembuangan Air Limbah
Pada setiap tempat dimana orang berkumpul akan selalu dihasilkan limbah dan memerlukan pembuangan. Seperti halnya rumah sakit yang merupakan tempat-tempat umum menghasilkan limbah yang lazim disebut limbah rumah sakit atau
(44)
limbah medis. Tetapi sebenarnya komposisi limbah pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan limbah rumah tangga, bahkan dari segi mikrobiologi sekalipun kecuali limbah yang berasal dari bagian penyakit menular karena organisme belum dipisahkan melalui proses olahan khusus setempat. Limbah cair medis adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan kimia beracun. Bila bahan-bahan yang terkontaminasi seperti bedpan, dressing, tidak ditangani dengan baik selama pengumpulan maka akan dapat terjadi kontaminasi ruangan secara langsung (Depkes RI, 1995).
Arifin (2008) menyebutkan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar adalah dengan melaksanakan kegiatan sanitasi Rumah Sakit. Melihat keterpaparan dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional.
2.2.1. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit
Pengelolaan air limbah rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang mempunyai tujuan melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang tidak ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatif khususnya bagi kesehatan, sehingga perlu pengelolaan yang baik agar bila dibuang ke suatu areal tertentu tidak
(45)
menimbulkan pencemaran yang didukung dengan Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) yang dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri (Aris, 2008).
Dalam standar Organization for Standar (ISO) yang merupakan salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkungan menyebutkan pengelolaan limbah adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan tidak tercemar dan aman bagi masyarakat disekitarnya.
Hasil olahan limbah yang ramah lingkungan merupakan buangan yang tidak menghasilkan bahan-bahan pencemar. Bahan pencemar adalah jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang merupakan hasil perkalian dari kadar pencemar dengan debit limbah cair.
Yuda (2008) mengemukakan pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan menggunakan cara: 1) trickling filter, 2) kolam aerasi, 3) lumpur aktif, 4) anaerobic lagoon dan land spraying atau drain field.
1) Pada trickling filter kumpulan benda padat yang berbentuk silinder, pada tempat tersebut diberikan kerikil, pasir dan subtrak digunakan untuk menyaring air limbah yang akan disemprotkan dari atas silinder tersebut. Pada kerikil dan pasir tersebut akan membentuk lapisan biofilm sehingga mampu untuk mendegradasi bahan organik yang berada pada air limbah tersebut.
(46)
2) Kolam aerasi adalah kolam yang diberikan perlakuan aerator sehingga akan mampu untuk meningkatkan O2 terlarut dalam air limbah tersebut sehingga dapat mencukupi kebutuhan mikroba.
3) Lumpur aktif merupakan lumpur yang berisi kumpulan mikroba. Aerobic lagoon adalah bak-bak yang diberikan mikroba anaerob yang mampu berperan dalam mengolah air limbah dalam kondisi anaerobik.
2.2.2. Keterpaparan dan Parameter Limbah Rumah Sakit
Keterpaparan limbah cair rumah sakit, hampir sama dengan limbah cair domestik, hanya yang membedakannya adalah adanya kandungan limbah infeksius dan kimia/toksik/antibiotik. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Pengukuran baku mutu limbah rumah sakit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sebagai berikut:
Pengukuran baku mutu kimia limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menurut SNI (2008) sebagai berikut :
a. BOD (Biochemical Oxygent Demand)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
(47)
mendesain sistem pengolahan secara biologis. Menurut Wardhana (2000), BOD atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen disebut dengan bakteri anaerobik. Jadi, pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik.
Pengujian BOD yang dapat diterima adalah pengukuran jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu 5 (lima) hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20ºC. Hasilnya dinyatakan dalam bpj (ppm). Jadi misalnya BOD sebesar 200 ppm berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh contoh ,imbah sebanyak satu liter dalam waktu lima hari pada suhu 20ºC (Sastrawijaya, 1991).
b. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
Menurut Wardhana (2000), COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi
(48)
melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Kalium bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
c. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) menunjukkan suatu proses reaksi yang berada dalam perairan seperti reaksi dalam kondisi asam atau basa. Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap tingkat toksisitas baahn beracun. Perairan yang netral memiliki nilai pH yaitu 7, perairan yang bersifat asam pH < 7 dan bersifat basa pH > 7.
d. TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air. e. Fosfat
Fosfat dalam air terdapat sebagai ortofosfat, polifosfat dan organik fosfat, jumlah kandungan ketiga fosfat tersebut dinyatakan sebagai total fosfat. Sumber fosfat di dalam air dapat berbentuk inorganik dan organik. Sumber utama fosfat inorganik adalah hasil dari buangan detergen, alat pembersih rumah tangga atau industri, sedangkan fosfat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tangga/rumah sakit. Fosfat sangat diperlukan untuk pertumbuhan organisme dan merupakan faktor yang menentukan produktivitas suatu perairan dan merupakan parameter untuk mendeteksi pencemaran air. Penentuan kadar fofat (PO4²-) dalam air
(49)
bertujuan untuk mencegah tingginya kadar fosfat, sehingga tidak merangsang pertumbuhan tanaman air (Sutrisno, 1987).
f. NH3 Bebas
Senyawa nitrogen yang terdapat dalam air adalah protein, ammoniak, nitrit dan nitrat. Dalam bentuk protein, senyawa nitrogen ini di alam akan mengalami penguraian dengan bantuan aktivitas bakteria menjadi ammoniak. Penguraian tersebut secara alamiah berjalan relatif sangat lambat sehingga apabila terdapat protein di dalam air dapat ditarik kesimpulan bahwa air tersebut telah terkontaminasi.
Dalam bentuk amonium (NH4) senyawa nitrogen ini labil, karena dalam waktu singkat akan beroksidasi menjadi nitrit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan ammonium dalam air dapat menandakan bahwa air tersebut baru mengalami kontaminasi air buangan (Malida, 1992).
2.3. Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit: 1) pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. 2) karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit, 3) pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar,
(50)
4) masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah rumah sakit yang tidak memenuhi aturan mengakibatkan mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut.
2.3.1. Dampak Positif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan dampak postif terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit itu sendiri, seperti
a. Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga meningkatkan pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus akan dapat mencegah penyebaran penyakit (infeksi nosokomial).
b. Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut.
c. Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan sosial budaya masyarakat disekitar rumah sakit.
d. Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga tempat berkembang biaknya serangga dan tikus sehingga populasi kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit dapat dikurangi.
(51)
2.3.2. Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik atau tidak saniter dapat berupa :
a. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
b. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
c. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
d. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.
e. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi pernyakit terutama kholera, disentri, thypus abdominalis (Kusnoputranto, 1986).
(52)
f. Air limbah yang mempunyai sifat fisik, kimiawi, dan bakteriologi yang dapat menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan, bila tidak dikelola dengan baik.
2.4. Dampak Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Terhadap Penyakit Kulit
Dampak lingkungan yang serius bisa timbul dari dihasilkannya limbah biomedis dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah yang tidak dikelola dengan baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung biomedis yang potensial menurut beberepa ahli dapat menimbulkan penyakit terutama keracunan dan penyakit kulit (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
Limbah biomedis bisa menyebabkan polusi air jika limbah tersebut di buang di daerah dataran rendah atau dibuang di danau atau kolam air, bisa menyebabkan polusi air yang parah. Limbah cair yang dihasilkan saat masuk ke saluran air bisa juga menyebabkan polusi air jika tidak dikelola dengan baik. Polusi air juga bisa disebabkan substansi biologis, kimiawi atau radioaktif. Patogen yang ada di limbah tersebut bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan. Bahan kimia berbahaya yang ada dalam limbah biomedis, polusi logam berat dalam bentuk leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa menyebabkan fenomena yang disebut eutrophication (dimana pada permukaan kolam air tumbuh alga). Polusi air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dan lain-lain. (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
(53)
Selain itu limbah effluent dari rumah sakit mengandung bakteri dan residu antibiotik resisten yang jumlahnya banyak pada konsentrasi yang bisa menunmbuhkan spesies bakteri. Dengan demikian effluent limbah rumah sakit bisa meningkatkan jumlah bakteri atau mikroba resisten di saluran air penerima lewat mekanisme replikasi dan proliderasi dan lewat pilihan untuk mengembangkan strain bakteri resisten. Area utama yang perlu diperhatikan adalah air limbah dengan kandungan patogen enterik yang tinggi, termasuk bakteri, virus dan helmintes yang dengahn mudah berpindah melalui air dan bisa menyebabkan penyakit diare dan kolera serta penyakit kulit, (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
2.5. Penyakit Kulit 2.5.1. Definisi
Menurut Sudoyo (2006), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah. Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.
Menurut Diana (2004), penyakit kulit adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan. Meskipun bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan.
Penyakit kulit menurut Ganong (2006), merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen
(54)
(bakteri, jamur). Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, lenting-lenting, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang basah dan gatal, biasanya penderita memiliki infeksi setempat berupa gigi berlubang, bila hal tersebut ditangani dan eksim tersebut diobati, bukannya tidak mungkin kesembuhan mencapai 100%.
2.5.2. Patofisiologi Penyakit Kulit
Hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan tubuh menyebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh. Pada penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi parasit seperti sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Kelainan kulit yang timbul akibat dari garukan gatal akibat sensitisasai terhadap sekret dan exkret sarcoptes kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Gerukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Ganong, 2006).
(55)
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit sel–sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel–sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik/ plak jaringan epidermis yang profus.
Menurut Ganong (2006), mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanisme immunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten). Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan, serum/ protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
2.5.3. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Harahap, 1990).
(56)
a. Pelindung
Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
b. Pengatur Suhu
Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
c. Penyerapan
Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.
d. Indera Perasa
Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.
(57)
2.6. Landasan Teori
Keterpaparan limbah cair rumah sakit, disebabkan oleh karena adanaya kandungan limbah infeksius dan kimia/toksik/antibiotik yang dihasilkan selama proses pelayanan. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Jika limbah rumah sakit ini tidak di kelola dengan baik dan dibuang ke tempat yang tidak dipersyaratkan seperti badan sungai maka akan dapat memberi dampak negatif tidak hanya bagi air sungai itu sendiri tetapi juga bagi masyarakat yang menggunakan air yang telah dialiri limbah tersebut.
Pengukuran baku mutu limbah rumah sakit sebelum dibuang harus benar-benar diperhatikan. Dampak lingkungan yang serius bisa timbul dari dihasilkannya limbah biomedis dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah yang tidak dikelola dengan baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung biomedis yang potensial menurut beberepa ahli dapat menimbulkan penyakit terutama keracunan dan penyakit kulit (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
Limbah biomedis bisa menyebabkan polusi air jika limbah tersebut di buang di daerah dataran rendah atau dibuang di danau atau kolam air, bisa menyebabkan polusi air yang parah. Limbah cair yang dihasilkan saat masuk ke saluran air bisa juga menyebabkan polusi air jika tidak dikelola dengan baik. Polusi air juga bisa disebabkan substansi biologis, kimiawi atau radioaktif. Patogen yang ada di limbah tersebut bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan. Bahan kimia
(58)
berbahaya yang ada dalam limbah biomedis, polusi logam berat dalam bentuk leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa menyebabkan fenomena yang disebut eutrophication (dimana pada permukaan kolam air tumbuh alga). Polusi air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dll, (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
Untuk mengantisipasi ini pemerintah telah membuat peraturan yang bisa dijadikan acuan untuk pengukurran baku mutu limbah rumah sakit sesuai yang didasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Dalam standar Organization for Standar (ISO) yang merupakan salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkungan menyebutkan pengelolaan limbah adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan tidak tercemar dan aman bagi masyarakat disekitarnya.
(59)
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterpaparan Masyarakat: 1. Lama Tinggal > 6
Bulan
2. Penggunaan Air Untuk Keperluan Sehari-Hari 3. Kontak Dengan
Air > 4 Kali Sehari
4. Lama Dalam Air > 1 Jam
Parameter Kualitas Air 1. pH
2. BOD 3. COD 4. TSS
5. NH3 Bebas 6. Phosfat
Gangguan / Kelainan Kulit : 1. Gatal-gatal 2. Bercak kemerahan 3. Bentol-bentol
(60)
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai eksplanatory dengan menggunakan rancangan Cross Sectional yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tentang hubungan keterpaparan masyarakat pengguna air sungai Deli yang dicemari limbah rumah sakit dengan penyakit kulit di Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian pada Lingkungan XI Kelurahan Silalas adalah :
1. Sebahagian masyarakat yang termasuk dalam wilayah lingkungan XI ini
bermukim pada daerah aliran sungai Deli.
2. Masyarakat yang bermukim tersebut sebahagian menggunakan/
memanfaatkan air sungai Deli sebagai sumber air untuk keperluan MCK nya.
Alasan lokasi penelitian pada lingkungan XII Kelurahan Silalas adalah :
1. Sebahagian besar masyarakat yang termasuk dalam wilayah lingkungan XII
(61)
2. Masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut memanfaatkan air sungai Deli sebagai sumber air untuk keperluan MCK nya.
3. Pada survai awal diperloleh bahwa ada beberapa masyarakat yang
mengeluhkan mengalami gangguan kulit berupa rasa panas di kulit dan mengalami gatal-gatal serta timbul bintik-bintik seperti bisul kecil di permukaan kulit.
Waktu dalam penelitian ini berlangsung selama 9 (sembilan) bulan terhitung bulan Januari 2009 sampai dengan September 2009.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Kelurahan Silalas yang ada di sepanjang aliran sungai dari 2 (dua) lingkungan yang terdekat dengan aliran sungai yang melewati rumah sakit dan menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari. Jumlah populasi sebanyak ± 547 orang.
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 198 orang yaitu masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai Deli dan memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan teknik simple random sampling ditujukan untuk menentukan agar sampel yang diperoleh bersifat representatif, seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing wilayah. Jumlah sample yang diperoleh dari penghitungan sebanyak 198
(62)
orang dengan menggunakan rumus proporsi populasi tunggal Lemeshow dan kawan-kawan, (1997) sebagai berikut :
{
}
2 2 1 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( Po Pa Pa Pa Z Po Po Z n − − + −= −α −β
Dimana :
n = Besar sampel
α = 5 % = 0,05 maka Z1−α = 1,645
Po = proporsi responden = 60% = 0,6 Pa = 70 % = 0,7
Power (kekuatan uji) = 90 % (β = 10 %) maka β
−
1
Z = 1,282
{
2}
2 ) 6 , 0 7 . 0 ( ) 3 , 0 )( 7 , 0 ( ) 282 , 1 ( ) 4 , 0 ( 6 , 0 ) 645 , 1 ( − + = n 01 . 0 982 , 1 =
n n = 198
3.3.2.1. Besar Sampel Responden Dari Masing- Masing Lingkungan
Untuk mencari jumlah sampel dari masing–masing lingkungan, menurut Nazir (1988) digunakan Sample Fraction yaitu dengan rumus :
Sample Fraction x100%
N n
=
Maka jumlah sampel untuk masing-masing lingkungan berdasarkan rumus di atas adalah sebagai berikut :
(63)
Jumlah Populasi Lingkungan XI yang memanfaatkan air sungai sebelum Rumah Sakit = 130 orang
100% 547
130
x
=
= 23,7 %
Jumlah Populasi Lingkungan XI yang memanfaatkan air sungai sesudah Rumah Sakit = 181 orang
100% 547
181
x
=
= 33,1 %
Jumlah Populasi Lingkungan XII yang memanfaatkan air sungai sesudah Rumah Sakit = 245 orang
100% 547
245
x
=
= 44,8%
Persentasi sampel dari masing–masing lingkungan di Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Pada Masing-masing Lingkungan.
Sebelum Sesudah
No Lingkungan
Perhitungan Sampel
(Orang) Perhitungan
Sampel (Orang)
Total
1 Lingkungan I 198 x 23,7 % 46 198x33,1% 54 100
2 Lingkungan II 198x44,8% 98 98
(64)
Berdasarkan Tabel 3.1. di atas diketahui bahwa jumlah sampel untuk lingkungan XI adalah 100 orang (jumlah sampel yang memanfaatkan air sungai sebelum rumah sakit 46 orang dan sesudah rumah sakit 54 orang), dan jumlah sampel untuk lingkungan XII yang memanfaatkan air sungai adalah 98 orang. Berdasarkan jumlah sampel tersebut maka jumlah seluruh responden adalah 198 orang.
3.3.2.2. Titik Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel air limbah dilakukan pada permukiman penduduk sebelum rumah sakit dan 100 m pada lingkungan sesudah rumah sakit yang dilewati aliran air sungai yaitu lingkungan XI dan XII Kelurahan Silalas dan sehari-hari dipergunakan oleh penduduk untuk kegiatan MCK. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 3 (tiga) titik yaitu:
1. AS-1: contoh diambil dari lokasi badan sungai 100 m ke arah hulu sungai
sebelum bercampur dengan aliran parit buangan limbah cair rumah sakit.
2. AS-2: Contoh diambil dari lokasi badan sungai saat bercampur dengn aliran
parit buangan limbah cair rumah sakit.
3. AS-3 : Contoh diambil dari lokasi badan sungai 100 m kearah hilir sungai
sesudah bercampur dengan aliran parit buangan limbah rumah sakit.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
(65)
1. Data Primer terhadap responden responden di sepanjang aliran sungai, dan data primer pada sampel air limbah
2. Data sekunder dengan mengambil dokumen terkait dari kelurahan, Dinas
Kesehatan terkait.
Teknik pengambilan data terhadap responden dilakukan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan langsung kepada masyarakat terpilih.
Teknik pengambilan data pada sampel air sebagai dimulai dari penentuan titik lokasi pengambilan air limbah yaitu dengan cara: 1) pada titik pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi pencampuran dengan baik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada akhir proses produksi di saluran pembuangan akhir. 2) Apabila tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh maka dapat ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili keterpaparan air limbah. Teknik pengambilan sampel air secara rinci sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan.
2. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3 (tiga) kali,
3. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan
mencampurkannya dalam penampung sementara, kemudian dihomogenkan.
4. Memasukkan air ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis.
5. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus. Pengambilan contoh untuk parameter pengujian dilakukan di laboratorium.
(66)
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Sistem pengolahan dan pembuangan air limbah adalah: tata laksana pengelolaan limbah rumah sakit sampai pada kategori aman menurut standar yang ditetapkan. Definisi operasional dan cara ukur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional Kualitas Air Limbah Variabel Variabel Independen No Kualitas Air Limbah Definisi Operasional Cara Ukur Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
A Kimiawi
1 BOD
Jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk mendegradasi (memecah) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan. Perbandi ngan dengan standar Pemeri ksaan Labora torium 1. Sesuai Standard 2. Tidak Sesuai Standard Ordinal
2 COD
Jumlah Oksigen yang
dibutuhkan agar bahan buangan yang ada dalam
air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Perbandi ngan dengan standar Pemeri ksaan Labora torium 1. Sesuai Standard 2. Tidak Sesuai
Standard Ordinal
3 pH
Suatu proses reaksi yang berada dalam perairan seperti reaksi dalam Perbandi ngan dengan standar Pemeri ksaan Labora torium
1. Sesuai Standard
2. Tidak Sesuai
(67)
Variabel Variabel Independen No Kualitas Air Limbah Definisi Operasional Cara Ukur Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
kondisi asam atau basa.
Standard
4 TSS
Zat padat teruspensi Perbandi ngan dengan Standar Pemeri ksaan Labora torium 1. Sesuai Standard 2. Tidak Sesuai Standard Ordinal
5 Fosfat
Suatu kandungan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan organisme
dalam air dan merupakan faktor yang menentukan produktivitas suatu perairan. Perbandi ngan dengan Standar Pemeri ksaan Labora torium 1. Sesuai Standard 2. Tidak Sesuai Standard Ordinal
6 NH3 Bebas
Senyawa nitrogen yang terdapat dalam air yang mengalami penguraian alamiah dengan bantuan aktivitas bakteria berlangsung relatif sangat lambat untuk membentuk protein, sehingga apabila terdapat protein di dalam air dapat ditarik
Perbandi ngan dengan Satandar Pemeri ksaan Labora torium 1. Sesuai Standard 2. Tidak Sesuai Standard Ordinal
(68)
Variabel Variabel Independen No Kualitas Air Limbah Definisi Operasional Cara Ukur Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur kesimpulan bahwa air tersebut telah terkontaminasi
Tabel 3.3 Variabel dan Definisi Operasional Faktor Pendukung Variabel
Variabel Independen
No Definisi
Operasional Cara Ukur
Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Lama
Bermukin Waktu yang telah dilewatkan dalam mendiami suatu tempat. Wawancara dengan questionare Daftar questio nare
1. ≥ 6 bulan 2. < 6 bulan
Ordinal 2 Lama Kontak dengan Air Sungai Waktu yang diperlukan setiap kali melakukan kegiatan di sungai Wawancara dengan questionare Daftar Questi onare
1. Ya ≥ 1 jam 2. Tidak, < 1
jam
Ordinal
3
Menggunaka n aiir sungai untuk keperluan sehari-hari
Penggunaan air yang sudah dialiri limbah rumah sakit setiap hari untuk MCK Wawancara dengan questionare Daftar Questi onare 1. Ya, Mengguna kan 2. Tidak mengguna kan Ordinal 4 Frekuensi Kontak dengan Air Sungai Dalam sehari berapa kali melakukan kegiatan di sungai Wawancara dengan questionare Daftar Questi onare
3. Ya, ≥ 4 kali 4. Tidak, < 4
(69)
Tabel 3.4 Variabel dan Definisi Operasional Gangguan/ Kelainan Kulit Variabel
Variabel Dependen
No Definisi
Operasional
Cara Ukur
Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur 1. Gatal-gatal Keluhan-keluhan yang sedang atau pernah dialami responden
berupa rasa gatal di permukaan kulit Wawan-cara dengan kuesio-ner Kuesio ner
1. Ada gatal 2. Tidak ada
gatal Ordinal 2. Bercak Kemerahan Keluhan yang sedang atau pernah dialami responden berupa bercak kemerahan pada kulit Wawan -cara dengan kuesio -ner Kuesio ner 1. Ada bercak kemeraha n 2. Tidak ada bercak kemeraha n Ordinal 3. Bentol-Bentol Keluran yang sedang atau pernah dialami responden berupa bentol-bentol Wawan- cara dengan kuesio-ner Kuesio ner 1. Ada bentol 2. Tidak ada bentol
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran dilakukan dengan 2 (dua) bagian yaitu pengukuran terhadap kuesioner dan pengukuran terhadap nilai baku mutu limbah cair yang dibuang ke badan sungai.
Penilaian terhadap variabel baku mutu air limbah dengan menggunakan standar baku mutu yang ada dalam PPRI No. 82 tahun 2001, Kategori yang diberikan adalah: di bawah ambang batas dan di atas ambang batas.
(70)
penilaian sebagai berikut:
1 = Tidak Standard 2 = Standard
Penilaian terhadap variabel keterpaparan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Lama bermukim:
a. < 6 bulan b. > 6 bulan
2. Lama Kontak dengan Air Sungai:
a. < 1 jam b. > 1 jam
3. Menggunakan air untuk keperluan sehari-hari:
a. ya b. Tidak
4. Lama menggunakan air aiir lebih dari 4 jam
a. ya b. Tidak
Penilaian terhadap gangguan penyakit kulit berupa bentol-bentol, gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahana dengan menggunakan pengukuran sebagai berikut:
a. ada b. Tidak Ada
3.7. Metode Analisis Data
Analisa data yang digunakan dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu: analisa univariat dan analisa bivariat. Berikut uraian analisa data yang akan dilakukan :
(71)
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu untuk melihat gambaran deskriptif variabel penelitian dengan distribusi frekuensi. Melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu untuk mendeskripsikan setiap variabel (independen dan dependen) serta hasil observasi laboratorium yang akan diteliti pada variabel independen dan dependen.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk untuk menganalisisi hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit terhadap gangguan/penyakit kulit diuji dengan analisa chi Square.
(72)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Gambaran umum lokasi penelitian secara geografis kota Medan terletak pada 3’30’ – 3’43’ LU dan 98’35’ – 98’44’ LS. Salah satu sungai yang mengaliri wilayah kota Medan ini adalah Sungai Deli yang berhulu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dan hilir sungai berada di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Sepanjang jalur aliran sungai Deli melewati ± 5 (lima) Rumah Sakit di mana beberapa dari Rumah Sakit tersebut tidak memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan membuang limbah cair rumah sakit ke badan air sungai Deli. Kebutuhan akan tempat hunian juga menjadi penyebab masyarakat menjadikan daearah aliran sungai sebagai tempat bermukim dan memanfaatkan air sungai sebagai sarana prasarana MCK dimana air yang dimanfaatkan untuk keperluan MCK tersebut dikhawatirkan terpapar oleh limbah cair dari rumah sakit.
Penelitian dilakukan pada salah satu bahagian ruas sungai Deli tepatnya di Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, dimana aliran sungai melewati 2 (dua) rumah sakit di mana salah satu rumah sakit belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah sesuai dengan standard yang ditetepkan pemerintah berdasarkan golongan rumah sakit dan dikhawatirkan membuang limbah cair rumah sakit ke badan air sungai Deli yang berpotensi mengganggu kualitas air sungai, seperti terlihat dalam Gambar Lampiran 1.
(1)
Kontak dengan Air Sungai > 1 Jam * Bentol-bentol
Crosstab
47 138 185
23.7% 69.7% 93.4%
13 13
6.6% 6.6%
60 138 198
30.3% 69.7% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Tidak
Ya Kontak dengan Air Sungai > 1 Jam
Total
Ada Tidak Ada Bentol-bentol
Total
Chi-Square Tests
32.001b 1 .000
28.567 1 .000
33.215 1 .000
.000 .000
31.839 1 .000
198 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.94.
(2)
Lampiran Gambar 2
Kantor Kelurahan Silalas
(3)
Lampiran Gambar 3
Pelaksanaan wawancara dan kuesioner
(4)
Lampiran Gambar 4
Lokasi Tempat Pembuangan Sampah Rumah Sakit
(5)
Lampiran Gambar 5
Lokasi AS-2 Tapak Tempat Masyarakat Memanfaatkan Air Sungai
(6)