Penelitian Hamid 2006 menunjukkan hasil bahwa limbah domestik yang mencemari sungai sebagai akibat dari aktifitas masyarakat yang menggunakan sungai
sebagai tempat MCK memberi pengaruh terhadap penurunan kualitas air. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa kadar yang mengalami perubahan terbesar adalah nilai
fosfat. SNI 2008 menjelaskan bahwa sumber utama fosfat inorganik adalah hasil
dari buangan detergen, alat pembersih rumah tangga atau industri, sedangkan fosfat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tanggarumah sakit. Berdasarkan
kondisi ini dapat digambarkan bahwa konsentrasi phosfat yang mengurangi kualitas aiir dapat memberi pengaruh terhadap beberapa benda yang terkontaminasi dalam air
yang tercemar tersebut.
5.2. Hubungan Karakteristik Masyarakat Pengguna Air Sungai Deli yang
dicemari Limbah Rumah Sakit
Hubungan faktor pendukung lama bermukim 6 bulan, penggunaan air untuk keperluan sehari-hari, kontak langsung dengan air lebih dari 4 kali dan lama
kontak dengan air lebih dari 1 jam akan membahas keterpaparan masyarakat berdasarkan perubahan kadar kualitas air limbah yang ada di dalam badan sungai
dengan penyakit kulit. Perubahan kualitas air sungai akan menjelaskan bagaimana komponen ini berpengaruh terhadap beberapa faktor pendukung dimaksud di atas
dengan gangguan kulit.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang menyangkut gangguan penyakit kulit menunjukkan bahwa ada 59 orang 29,8 yang mengalami gatal-gatal, 60 orang 30,3 yang
mengalami bercak kemerahan, dan 60 orang 30,3 yang mengalami bentol-bentol pada kulitnya. Berikut hubungan faktor pendukung sebagai akibat dari kualitas air
limbah BOD, COD, TSS, fosfat, NH
3
Bebas yang rendah dengan gangguan penyakit kulit.
Adanya masyarakat yang menderita gangguan kulit diprediksi adalah masyarakat yang dalam penelitian ini memang sudah bermukim lebih dari 6 bulan di
lokasi ini. Hal ini terlihat dari tingginya angka penyakit kulit pada kelompok masyarakat yang sudah bermukim lebih dari 6 bulan. Seperti misalnya masyarakat
yang tinggal lebih dari 6 bulan mengalami gatal-gatal sebanyak 42,8 . Menderita bercak kemerahan pada kulit sebanyak 62,8 , menderita bentol-bentol sebanyak
38,6. Gambaran pengaruh lama tinggal, kualitas dan kuantitas kontak dengan air
sungai dengan kejadian penyakit kulit dapat dilihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan Arifin 2008. Hasil menunjukkan bahwa hampir 75 ikan mengalami
perubahan warna kulit seperti bercak kemerahan dan kebiruan pada tubuh ikan yang diteliti pada air yang keseimbangan kualitasnya tidak baik.
United States Department of Health and Human Services DHHS dan
International Agency for Research on Cancer IARC telah memberi kepastian
bahawa kondisi pH dapat menurunkan kadar berilium yang dapat memicu kejadian penyakit terutama peningkatan zat karsinogen. EPA menjangkakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pemamparan yang lebih lama atau seumur hidup kepada 0.04 μgm³ berilium dapat
menyebabkan satu perseribu kemungkinan untuk mengidap kanker. Hal ini juga dipertegas oleh Suriawiria 2005 yang menyebutkan bahwa
keterpaparan suatu makkhluk hidup dalam kondisi air yang kurang baik dalam kurun waktu yang semakin lama akan memberi peluang terkena penyakit yang lebih
kompleks yang dapat ditularkan melalui air. Pada Bulan Juni 2004, Yayasan Suara Nurani YSN yang melakukan
penelitian pada warga Buyat Pantai yang sudah tinggal lebih dari 1 Satu tahun menemukan seorang seorang balita Andini-Almarhumah, yang cacat dengan
dengan keadaan kulit seperti hangus terbakar, dan bermuka tua. Diagnosa yang disimpulkan oleh seorang dokter bahwa pasien menderita keracunan logam berat
dalam waktu yang cukup lama. Hal yang sama juga dikatakan oleh Warouw 2007 bahwa polemik kesehatan
warga Buyat Pantai ditunjukkan dengan 80 warga menderita simpton penyakit aneh seperti benjolan, sakit kepala, kelumpuhan, dan lain sebagainya.
Hubungan penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari- hari juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan. Hal ini juga didukung dengan persentasi
masyrakat yang menderita penyakit kulit seperti mengalami gatal-gatal sebanyak 50,8 , menderita bercak merah pada kulit sebanyak 72,8 dan mengalami bentol-bentol
sebanyak 50,8 . Menurut Devi 2004 bahwa air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan
manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah.
Universitas Sumatera Utara
Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai
pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti: Virus Menyebabkan penyakit polio myelitis gangguan
kulit lainnya. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil effluent pengolahan air. Melihat hasil tersebut di atas
diketahui bahwa kejadian gangguan kulit dapat disebabkan oleh kualitas air yang rendah pada air sungai.
Penelitian yang dilakukan Dudi 2006 tentang pembuangan limbah cair rumah sakit ke badan air yang mengaliri mgL Bekasi, berdasarkan uji sampel, telah
ditemukan beberapa kadar Chemical Oxyd Demand COD, BOD, kandungan mercury, lemak dan bahkan bakteri E-coli dalam jumlah melebihi ambang batas.
Kondisi ini ternyata memberi dampak negatif terutama terhadap penyakit saluran pencernaan dan penyakit kulit pada masyarakat yang menggunakan air disepanjang
aliran sungai tersebut untuk kebutuuhan hidup sehari-hari. Salah seorang warga bantaran Ciliwung, Atun 29 yang dikutip dari sebuah
harian Sinar Harapan, Endarwan, 2008 mengeluh sudah beberapa hari ini kulitnya terasa gatal dan merah di sekeliling tubuhnya. Menurutnya kejadian ini bermula dari
setelah beberapa hari mandi di MgL Ciliwung dan merasakan gatal yang luar biasa di tubuhnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di pinggir
sungai yang kualitasnya kurang baik dan menggunakannya untuk akktifitas sehari- hari mempunyai peluang besar untuk terkena penyakit kulit.
Universitas Sumatera Utara
Melihat dampak-dampak penyakit kulit yang dapat ditimbulkan oleh buanganlimbah rumah sakit seperti tersebut di atas, Suriawiria 2005 menyebutkan
bahwa setiap industri harus membuat pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem. Sistem ini dikenal dengan Sistem Manajemen Lingkungan Environmental
Management System sehingga limbah yang dibuang bersifat ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar sungai yang menggunakannya untuk keperluan sehari-
hari. Hubungan kontak dengan air lebih dari 4 empat mgL juga merupakan faktor
pencetus gangguan kulit dengan ditunjukkannya nilai yang cukup signifikan pemaparan masyarakat dengan air sungai yang sudah mengalami penurunan kualitas
air. Persentasi masyarakat yang mengalami penyakit kulit akibat dari kontak dengan air sungai lebih dari 4 empat mgL juga ditunjukkan dengan persentasi masyarakat
yang mengalami gatal-gatal sebanyak 40,7, bercak kemerahan pada kulit sebanyak 28,1, dan mengalami bentol-bentol sebanyak 40,8 .
Menurut Arifin 2008 penggunaan asam sulfat dalam konsentrasi pekat secara berulang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan organ
pernafasan, sementara cairannya mampu melepuhkan kulit bahkan logam se mgL pun. Selain itu Helen 2005 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan
air yang memiliki kualitas yang rendah akan memberi peluang infeksi kulit yang lebih parah pada bagian kulit yang sudah terinfeksi sebelumnya karena terjadi
peningkatan bakteri sehingga luka akan terkikis dan mungkin akan menyebabkan radang atau ulser.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini di dukung oleh pendapat Toto 2004 bahwa mutu air yang rendah yang sering digunakan dapat memberi kontribusi terhadap iritasi pada setiap manusia
yang berkontak dan dibiarkan dalam jangka waktu lama. Iritasi ini bagi manusia dapat meyebabkan penyakit kulit yang bervariasi jika tidak segera diatasi
Hubungan kontak langsung dalam air lebih dari 1 satu jam dalam penelitian ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit kulit.
Hubungan kedua variabel ini juga didukung oleh persentasi masyarakat yang mengalami bentol-bentol bercak kemerahan pada kulit dan gangguan gatal-gatal
sebanyak sebanyak 100 yaitu 13 orang dari masyarakat yang memang kontak dengan air lebih dari 1 jam.
Spotte 1970 dalam Marhendra 2005 berpendapat bahwa kepekatan zat terlarut dalam air yang berada dalam tingkat sub-lethal, metabolit beracun seperti
amonia dapat menurunkan kemampuan organisme perairan untuk mempertahankan diri dalam suatu lingkungan yang buruk, menghambat pertumbuhan normal,
menurunkan fekunditas dan menurunkan daya tahan terhadap penyakit terutama penyakit kulit.
Pendapat tersebut membuktikan bahwa kepekatan air dapat mempengaruhi kondisi kulit manusia yang mengalami kontak lebih lama dalam air yang sudah
tercemar. Pendapat tersebut di atas didukung oleh Anto 2004 bahwa pemamparan jangka panjang dan berulang sebagai akibat dari kondisi yang rendah dapat
meningkatkan risiko menghidap penyakit kulit.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini mendukung kasus yang pernah terjadi pada masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai Citarik, dimana masyarakat di sekitar pinggiran
sungai yang menggunakan air sungai ini sudah tidak aneh lagi jika gatal-gatal dan penyakit kulit eksim menimpa warga Suara Pembaharuan 2008. Menurut dokter
yang menangani kasus ini Iskandar dari Mercy Jakarta yang saat ini melayani pemeriksaan kesehatan warga, sakit yang diderita oleh masyarakat merupakan
penyakit kulit gatal-gatal dan penyakit kulit eksim lainnya. Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani dampak
lingkungan, pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga kemasyarakatan merupakan kunci keberhasilan untuk melindungi masyarakat dari dampak buangan
limbah rumah sakit ini.
5.3. Keterbatasan Penelitian