B. Ketentuan Menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 untuk ketiga kalinya diubah pada Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
b. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-545PJ2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan , Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-15PJ2006. c.
Peraturan Menteri keuangan Nomor 138PMK.032005 tentang Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak telah ditetapkan penyesuaian besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak. d.
Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000 tentang penghitungan Penghasilan kena Pajak dan Pelunasan pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.
e. Keputusan Menteri keuangan Nomor 541KMK.042000 tanggal 22 desember
2000 tentang Penentuan tanggal jatuh tempo, Pembayaran dan Penyetoran pajak, tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan
pajak, serta Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak.
Universitas Sumatera Utara
C. Objek dan Subjek Pajak
1. Objek Pajak
Objek Pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung Pajak. Yang menjadi Objek PPh adalah Penghasilan. Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, salah satu jenis PPh adalah PPh Pasal 21.
a. Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21:
1 Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun, upah, honorarium termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan,
uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport,
tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun. 2
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.
Universitas Sumatera Utara
3 Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
4 Uang tebusan pensiunan, uang Tabungan hari Tua atau Tunjangan hari Tua
THT, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis. 5
Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari:
a Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.
b Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
sutradara, crew film, foto model, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c Olahragawan.
d Penasihat, pengajar dan pelatih, penceramah dan penyuluh dan
moderator. e
Pengarang, peneliti dan penerjemah. f
Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, dan pemasaran.
g Agen iklan.
Universitas Sumatera Utara
h Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitian, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan.
i Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j Peserta perlombaan.
k Petugas penjaja barang dagangan.
l Petugas dinas luar asuransi.
m Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan.
n Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya. 6
Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.
7 Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang
pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda dan duda dan atau anak- anaknya.
8 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak.
Universitas Sumatera Utara
b. Penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21:
1 Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. 2
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.
3 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disyahkan Menteri keuangan serta iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari tua kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh
perusahaan. 4
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan bentuk apapun yang diberikan oleh pemerintah.
5 Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.
6 Pembayaran THT-Taspen dan THT-Asabri dari PT Taspen dan PT Asabri
kepada para pensiunan yang berhak menerimanya. 7
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
2. Subjek Pajak
Subjek pajak dapat diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak yang berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Pengertian
Universitas Sumatera Utara
subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap, sebagai berikut:
a Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
b Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan Subjek Pajak pengganti yang menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
c Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan satu kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap, dan Badan lainnya.
d Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
D. Wajib Pajak dan Bukan Wajib Pajak PPh Pasal 21
1. Wajib Pajak PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: a.
Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD.
b. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara
teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.
c. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium danatau
imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. d.
Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
e. Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
Universitas Sumatera Utara
termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua.
f. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukanya. g.
Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian atau, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.
2. Yang Tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21
Yang tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: a.
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat: 1.
Bukan Warga Negara Indonesia, 2.
Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatannya di Indonesia,
3. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan Organisasi Internasional sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 611KMK.041994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
314KMK.041998 sepanjang:
Universitas Sumatera Utara
a Bukan warga Negara Indonesia
b Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21
1. Hak Wajib Pajak
a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada
pemotong pajak jumlah PPh pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat dikreditkan dari Pajak Penghasilan yang terutang pada tahun yang
bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final. b.
Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. c.
Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding dengan alasan yang jelas kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Kewajiban Wajib Pajak
a. Wajib Pajak wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak
yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwin atau pada permulaan menjadi Subjek Pajak dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
b. Wajib Pajak wajib menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak
dalam hal ada perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwin.
c. Wajib Pajak wajib memasukkan SPT Tahunan jika memiliki penghasilan
lebih dari satu pemberi kerja.
F. Pemotong dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21
1. Pemotong Pajak PPh Pasal 21
Berikut ini termasuk pemotong pajak PPh pasal 21 adalah: a
Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi atau badan, termasuk bentuk usaha tetap, baik merupakan induk maupun cabang, perwakilan atau unit, yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai, pemberi kerja yang dimaksud termasuk juga badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai Pemotong pajak berdasarkan
Keputusan Menteri keuangan. b
Bendaharawan Pemerintah yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Termasuk bendaharawan pemerintah adalah bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya, dan kedutaaan Besar Republik Indonesia di luar negeri.
c Dana pensiun, PT Taspen, PT Jamsostek, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja lainnya, serta badan-badan lain yang membayar uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua THT.
d Perusahaan, badan, dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan atas nama persekutuanya.
e Perusahaan, badan, dan Bentuk Usaha Tetap yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak Luar Negeri.
f Yayasan termasuk yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan, rumah sakit,
pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan, lembaga, kepanitian, asosiasi, perkumpulan, dan organisasi, dalam bentuk apapun dalam segala kegiatan sebagai
pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama dan bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi. g
Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.
Universitas Sumatera Utara
h Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk
organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainya yang menyelengarakan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
2. Kewajiban Pemotong
a. Setiap Pemotong Pajak wajib mendaftarkan sebagai Wajib Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan pajak setempat. b.
Wajib untuk memotong PPh Pasal 21 setiap bulannya. c.
Wajib mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan.
d. Wajib menyetorkan ke Kas Negara melalui Bank Persepsi, atau kantor Pos
dan Giro. e.
Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan takwin berikutnya. f.
Wajib memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
g. Wajib memberikan tanda bukti pemotongan.
h. Wajib mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Tahunan.
i. SPT Tahunan harus disampaikan paling lambat 31 Maret tahun pajak
berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
j. SPT harus dilampiri dengan lampiran-lampiran yang telah ditentukan dan
lampiran lainnya yang diperlukan.
G. Cara dan Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
1. Cara Penghitungan
a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan teratur:
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan neto pegawai tetap, penghasilan
bruto dikurangi dengan: a.
Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5 dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp. 1.296.000,00 setahun atau Rp. 108.000,00 sebulan.
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang
disamakan dengan dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
2. Besarnya Penghasilan neto bagi penerima pensiun ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto yang berupa uang pensiun dikurangi dengan biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang
pensiun sebesar 5 lima persen dari penghasilan bruto berupa uang
Universitas Sumatera Utara
pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp. 432.000,00 empat ratus tiga puluh dua ribu rupiah setahun atau Rp.
36.000,00 tiga puluh enam ribu rupiah sebulan. 3.
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak kena Pajak PTKP yang
sebenarnya. a.
Dalam hal karyawati kawin, Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal
tidak kawin pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. b.
Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suaminya tidak
menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP sebesar Rp. 1.200.000,00
setahun atau Rp. 100.000,00 sebulan dan ditambah Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP unutk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya paling banyak tiga orang, masing-masing sebesar Rp. 1.200.000,00 setahun atau Rp. 100.000,00 sebulan.
c. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
takwin. Adapun pegawai yang baru datang, dan menetap di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
dalam bagian tahun takwin, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian
tahun takwin yang bersangkutan. 4.
Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar penghasilan neto setahun dikurangi
PTKP.
b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Jasa Produksi, Bonus, dan Tunjangan
Hari Raya:
Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi, Tunjangan Hari Raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya
tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah
dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi dan sebagainya.
2. Dihitung PPh pasal 21 atas Penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
tantiem, jasa produksi dan sebagainya. 3.
Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan a dan b adalah PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem , jasa produksi, Tunjangan
Hari Raya, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
c. Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan
Tidak Kena Pajak PTKP. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang berlaku nilai tahun 2006
adalah: a.
Rp. 13.200.000,00 tiga belas juta dua ratus ribu rupiah untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
b. Rp. 1.200.000,00 satu juta dua ratus ribu rupiah tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin. c.
Rp.13.200.000,00 tiga belas juta dua ratus ribu rupiah tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
d. Rp. 1.200.000,00 satu juta dua ratus ribu rupiah tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga
orang untuk setiap anggota keluarga.
d. Tarif Pajak
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang berlaku sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak penghasilan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 25.000.000,00 5 lima persen
Di atas Rp. 25.000.000,00 s.d Rp.50.000.000,00 10 sepuluh persen
Di atas 50.000.000,00 s.d Rp.100.000.000,00 15 lima belas persen
Di atas 100.000.000,00 s.d Rp. 200.000.000,00 25 dua puluh lima persen
Di atas Rp.200.000.000,00 35 tiga puluh lima persen
2. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21
1 A Warga Negara Indonesia adalah seorang pegawai tetap pada PT Wicaksana
OI, A memperoleh gaji pokok sebesar Rp. 9.558.600,00 setahun, tunjangan sebesar Rp. 8.443.103,00 setahun, premi asuransi dibayar perusahaan sebesar
7,24 untuk pegawai yang belum menikah dan 10,24 untuk pegawai yang sudah menikah dari gaji pokok, iuran pensiun yang telah disyahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar 2 dari gaji pokok dan THR sebesar Rp. 799.050,00. A sudah
menikah dan mempunyai 2 orang anak status K2.
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas THR adalah:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR adalah:
Gaji pokok setahun Rp. 9.588.600
Tunjangan setahun Rp. 8.433.103
Premi asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 981.873 +
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penghasilan bruto setahun Rp.19.013.576
THR Rp. 799.050
1 Biaya Jabatan = 5 x Rp.19.812.626,00 = Rp. 990.631
+ Penghasilan Bruto
Rp.19.812.626 Pengurangan:
2 Iuran Pensiun
= Rp. 191.772 Jumlah pengurangan
+ Rp. 1.182.403 _
Penghasilan neto setahun Rp.18.630.223
Penghasilan Tidak Kena Pajak K2: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Kawin
Rp. 1.200.000 Tanggungan 2
Rp. 2.400.000 + Jumlah PTKP
Rp.16.800.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 1.830.223 PPh Pasal 21 ats Gaji dan THR terutang setahun:
5 x Rp. 1.830.000 = Rp. 91.500
PPh Pasal 21 atas Gaji adalah:
Gaji Pokok setahun Rp. 9.588.600
Tunjangan setahun Rp. 8.443.103
Premi Asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 981.873 +
Jumlah Penghasilan Bruto Rp.19.013.576
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan: 1.
Biaya Jabatan= 5 x Rp. 19.013.576 = Rp. 950.679 2.
Iuran Pensiun = Rp. 191.722
Jumlah pengurangan +
Rp. 1.142.401 _ Penghasilan neto setahun
Rp.17.871.175 Penghasilan Tidak Kena Pajak K2:
Wajib Pajak Rp. 13.200.000
Kawin Rp. 1.200.000
Tanggungan 2 Rp. 2.400.000 +
Jumlah PTKP Rp. 16.800.000
2 B Warga Negara Indonesia adalah seorang karyawati yang bekerja pada PT
Wicaksana OI, B memperoleh gaji pokok sebesar Rp. 12.128.200 setahun, tunjangan sebesar Rp. 4.527.374 setahun, premi asuransi dibayar perusahaan
sebesar 7,24 untuk pegawai yang belum menikah dan 10,24 untuk pegawai yang sudah menikah dari gaji pokok, iuran pensiun yang telah disyahkan oleh
_ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 1.071.175 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 1.071.000= Rp. 53.500
PPh Pasal 21 atas Tunjangan Hari Raya THR:
Rp. 91.500 – Rp. 53.500= Rp. 38.000
Universitas Sumatera Utara
Menteri Keuangan sebesar 2 dari gaji pokok dan THR sebesar Rp. 1.016.775. B sudah menikah tetapi belum mempunyai anak status TK-, suaminya bekerja
pada perusahaan lain.
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas THR adalah:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR adalah:
Gaji pokok setahun Rp.12.128.200
Tunjangan setahun Rp. 4.527.374
Premi asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 878.082 +
Jumlah penghasilan bruto setahun Rp.17.533.656
THR Rp. 1.016.775
1. Biaya Jabatan = 5 x Rp.18.550.431 = Rp. 927.521
+ Penghasilan Bruto setahun
Rp.18.550.431 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 242.564 Jumlah
+ Rp. 1.170.085 _
Penghasilan neto setahun Rp.17.380.346
Penghasilan Tidak Kena Pajak TK-: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Jumlah PTKP
Rp.13.200.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 4.180.346
Universitas Sumatera Utara
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5 x Rp. 4.180.000 =
Rp. 209.000
PPh Pasal 21 atas Gaji adalah:
Gaji Pokok setahun Rp.12.728.200
Tunjangan setahun Rp. 4.527.374
Premi Asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 878.082
1. Biaya Jabatan= 5 x Rp. 17.533.658 = Rp. 876.683
+ Jumlah Penghasilan Bruto
Rp.17.533.656 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 242.564 Jumlah pengurangan
+ Rp. 1.119.247 _
Penghasilan neto setahun Rp.16.414.409
Penghasilan Tidak Kena Pajak TK-: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Jumlah PTKP
Rp.13.200.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 3.214.409 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 3.214.000= Rp. 160.700
PPh Pasal 21 atas Tunjangan Hari Raya THR:
Rp. 209.000 – Rp. 160.700= Rp. 48.300
Universitas Sumatera Utara
3 C Warga Negara Indonesia adalah seorang pegawai tetap yang bekerja pada PT
Wicaksana OI dengan memperoleh gaji pokok sebesar Rp. 9.588.600 setahun, tunjangan sebesar Rp. 7.412.202 setahun, premi asuransi dibayar perusahaan
sebesar 7,24 untuk pegawai yang belum menikah dan 10,24 untuk pegawai yang sudah menikah dari gaji pokok, iuran pensiun yang telah disyahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar 2 dari gaji pokok dan THR sebesar Rp. 799.050. C sudah menikah dan mempunyai 1 anak status K1.
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas THR adalah:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR adalah:
Gaji pokok setahun Rp. 9.588.600
Tunjangan setahun Rp. 7.412.202
Premi asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 981.873 +
Jumlah penghasilan bruto Rp.17.982.675
THR Rp. 799.050
1. Biaya Jabatan = 5 x Rp.18.781.725 = Rp. 939.086
+ Penghasilan Bruto setahun
Rp.18.781.725 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 191.772 Jumlah pengurangan
+ Rp. 1.130.858
Penghasilan neto setahun Rp.17.650.867
Universitas Sumatera Utara
Penghasilan Tidak Kena Pajak K1: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Kawin
Rp. 1.200.000 Tanggungan 1
Rp. 1.200.000 + Jumlah PTKP
Rp.15.600.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 2.050.867 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 2.050.000 = Rp. 102.500
PPh Pasal 21 atas Gaji adalah:
Gaji Pokok setahun Rp. 9.588.600
Tunjangan setahun Rp. 7.412.202
Premi Asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 981.873
1. Biaya Jabatan= 5 x Rp. 17.982.675 = Rp. 899.134
+ Jumlah Penghasilan Bruto setahun
Rp.17.982.675 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 191.772 Jumlah pengurangan
+ Rp. 1.090.906 _
Penghasilan neto setahun Rp.16.891.769
Penghasilan Tidak Kena Pajak K1: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Kawin
Rp. 1.200.000
Universitas Sumatera Utara
Tanggungan 1 Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKP Rp.15.600.000
4 D Warga Negara Indonesia adalah pegawai tetap pada PT Wicaksana OI, D
memperoleh gaji pokok sebesar Rp. 19.137.400 setahun, tunjangan sebesar Rp. 8.792.386 setahun, premi asuransi dibayar perusahaan sebesar 7,24 untuk
pegawai yang belum menikah dan 10,24 untuk pegawai yang sudah menikah dari gaji pokok, iuran pensiun yang telah disyahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar 2 dari gaji pokok dan THR sebesar Rp. 1.600.875. D sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak status k3.
+ Penghasilan Kena Pajak
Rp. 1.291.769 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 1.291.000= Rp. 64.550
PPh Pasal 21 atas Tunjangan Hari Raya THR:
Rp. 102.500 – Rp. 64.550= Rp. 37.993
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas THR adalah:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR adalah:
Gaji pokok setahun Rp.19.137.400
Tunjangan setahun Rp. 8.792.386
Premi asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 1.959.669 +
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penghasilan bruto setahun Rp.29.889.455
THR Rp. 1.600.875
1. Biaya Jabatan = 5 x Rp.31.490.330 = Rp. 1.574.517
+ Penghasilan Bruto setahun
Rp.31.490.330 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 262.872 Jumlah Pengurangan
+ Rp. 1.837.389 _
Penghasilan neto setahun Rp.29.652.941
Penghasilan Tidak Kena Pajak K3: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Kawin
Rp. 1.200.000 Tanggungan 3
Rp. 3.600.000 + Jumlah PTKP
Rp.18.000.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp.11.652.941 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 11.652.000 = Rp. 582.600
PPh Pasal 21 atas Gaji adalah:
Gaji Pokok setahun Rp.19.137.400
Tunjangan setahun Rp. 8.792.386
Premi Asuransi dibayar perusahaan setahun Rp. 1.959.669 +
Jumlah Penghasilan Bruto setahun Rp.29.889.455
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan: 1.
Biaya Jabatan= 5 x Rp. 29.889.455 = Rp.1.494.473 2.
Iuran Pensiun = Rp. 262.872
Jumlah pengurangan +
Rp. 1.757.345 _ Penghasilan neto setahun
Rp.28.132.110 Penghasilan Tidak Kena Pajak K3:
Wajib Pajak Rp. 13.200.000
Kawin Rp. 1.200.000
Tanggungan 3 Rp. 3.600.000 +
Jumlah PTKP Rp.18.000.000
5 E Warga Negara Indonesia adalah pegawai tetap pada PT Wicaksana OI, dari
bulan januari sampai april, memperoleh gaji pokok sebesar Rp. 3.196.200 selama empat bulan, tunjangan sebesar Rp. 1.039.070 selama empat bulan, premi
asuransi dibayar perusahaan sebesar 7,24 untuk pegawai yang belum menikah dan 10,24 untuk pegawai yang sudah menikah dari gaji pokok, iuran pensiun
_ Penghasilan Kena Pajak
Rp.10.132.110 PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. 10.132.000= Rp. 506.600
PPh Pasal 21 atas Tunjangan Hari Raya THR:
Rp. 582.600 – Rp. 506.600= Rp. 76.000
Universitas Sumatera Utara
yang telah disyahkan oleh Menteri Keuangan sebesar 2 dari gaji pokok. E sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak status k2.
PPh Pasal 21 atas Gaji adalah:
Gaji Pokok 4 bulan Rp. 3.196.200
Tunjangan 4 bulan Rp. 1.039.070
Premi Asuransi 4 bulan Rp. 327.290
1. Biaya Jabatan= 5 x Rp. 4.562.560 = Rp. 228.128
+ Jumlah Penghasilan Bruto 4 bulan
Rp. 4.562.560 Pengurangan:
2. Iuran Pensiun
= Rp. 63.924 Jumlah pengurangan
+ Rp. 292.052 _
Penghasilan neto 4 bulan Rp. 4.270.508
Penghasilan Tidak Kena Pajak K2: Wajib Pajak
Rp. 13.200.000 Kawin
Rp. 1.200.000 Tanggungan 2
Rp. 2.400.000 + Jumlah PTKP
Rp.16.800.000 _ Penghasilan Kena Pajak
Rp.- PPh Pasal 21 terutang setahun:
5 x Rp. - = Rp.-
Universitas Sumatera Utara
Karena E bekerja selama empat bulan sehingga penghasilannya dikali dengan empat dan disetahunkan untuk mencari PPh pasal 21 dan ternyata Penghasilan Netonya
lebih kecil daripada jumlah PTKPnya sehingga tidak dikenakan PPh pasal 21.
H. Pendaftaran dan Penyampaian Pelaporan SPT Tahunan PPh Pasal 21
1. Pendaftaran
Semua Wajib Pajak berdasarkan system self assessment wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
sekaligus mendapatkan NPWP. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam suatu Tahun Pajak memperoleh
penghasilan yang melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP harus mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal PajakKantor Penyuluhan
Pajak yang wilayah kerjanya, meliputi tempat tinggaltempat kedudukan Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP selambat-
lambatnya pada akhir tahun pajak yang bersangkutan dan harus menyampaikan Surat Pemberitahuan. Semua Wajib Pajak Badan wajib mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP.
b.
Wajib Pajak yang akan mendaftarkan diri wajib mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak.
Universitas Sumatera Utara
c.
Pengisian dan penandatanganan dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak atau salah seorang pengurus badan atau oleh orang lain yang diberi kuasa khusus.
d.
Penyerahan Formulir pendaftaran yang telah diisi dan ditandatanganin dilengkapi dengan:
1 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi formulir pendaftran dilengkapi:
a Fotokopi KTPSIMPASPOR
b Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha SITU bagi yang memilikinya.
c Surat Kuasa bagi yang dikuasakan kepada pihak lain.
2 Bagi Wajib Pajak badan formulir pendaftaran dilengkapi:
a Fotokopi akte pendirianakte perubahan.
b Fotokopi SITUSurat keterangan domosili.
c Fotokopi tanda bukti diri sebagai pengurus.
d Fotokopi adanya BUT misalnya Surat Izin yang dikeluarkan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. e
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP pusat bagi yang berstatus cabangbukti pendaftaran kantor pusatnya.
f Surat kuasa bagi dikuasakan pada pihak lain.
3 Bagi Bendaharawan sebagai pemungut atau pemotong formulir pendaftaran
dilengkapi: a.
Fotokopi surat penunjukan sebagai Bendaharawan. b.
Fotokopi tanda bukti diriKTP.
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan diatas semuanya diserahkan kepada seksi Tata Usaha Perpajakan di KPP atau Seksi Informasi dan Tata Usaha Perpajakan di KPP atau di Sub
Seksi Informasi dan Tata Usaha Perpajakan di KPP. e.
Dalam jangka 1 sd 3 hari setelah diterimanya formulir pendaftran dan dokumen pendukungnya kepada Wajib pajak diberikan bukti pendaftaran dengan cara
mengirimnya ke alamat Wajib Pajak yang bersangkutan, yang berisikan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP.
f. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 tiga bulan setelah tanggal penerimaan
formulir pendaftaran Kantor Pelayanan Pajak KPP memberikan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.
2. Penyampaian Pelaporan SPT Tahunan PPh Pasal 21.
SPT Tahunan PPh Pasal 21 adalah surat yang digunakan oleh pemotong untuk melaporkan pemotongan, perhitungan, dan penyetoran pajak atas penghasilan orang
pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Untuk mengisi Surat Pemberitahuan SPT Tahunan, Pemotong Pajak harus
mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pajak PPh Pasal 21 diambil sendiri oleh Pemotong
Pajak di tempat-tempat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Kantor Pelayanan Pajak KPP
b. Kantor Penyuluhan Pajak
c. Tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Cara penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan PPh Pasal 21, batas waktu, perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT, pembetulan SPT dan sanksi tidak
menyampaikan SPT: 1.
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 dapat dilakukan dengan cara:
a. Disampaikan langsung ke Kantor pelayanan Pajak Kantor Penyuluhan
Pajak dan atas penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut Pemotong Pajak menerima tanda bukti penerimaan.
b. Disampaikan melalui Kantor Pos dan Giro secara tercatat dan tanda bukti
serta tanggal penerimaan dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan.
2. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan PPh Pasal 21. Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21. untuk
suatu tahun takwin yang telah diisi secara benar, lengkap, jelas dan ditandatanganin harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret
tahun berikutnya. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus dibayar lunas paling lambat tanggal 25
Universitas Sumatera Utara
Maret setelah Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT tersebut disampaikan.
3. Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan.
Pemotong pajak yang tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan tepat pada waktunya dapat mengajukan permohonan untuk
memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tersebut paling lama enam bulan. Permohonan diajukan secara tertulis menggunakan Formulir 1721-Y ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong pajak terdaftar dengan syarat sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT tersebut
berakhir dengan menyampaikan alasan-alasannya. b.
Menyampaikan perhitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.
c. Melampirkan bukti pelunasan atau kekurangan penyetoran yang terutang.
4. Pembetulan Surat Pemberitahuan SPT
Dalam jangka waktu dua tahun sesudah berakhirnya tahun takwin, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan, SPT dapat dibetulkan sendiri oleh
Pemotong Pajak menggunakan formulir 1721 dengan mencantumkan kata PEMBETULAN pada bagian induk SPT dan disetiap lampiran yang perlu
dibetulkan dan disajikan ke KPP tempat pemotong pajak tesebut terdaftar.
Universitas Sumatera Utara
5. Sanksi SPT
Apabila SPT Tahunan PPh Pasal 21 tidak disampaikan sesuai dengan batas waktu, maka:
a. Diterbitkan surat teguran
b. Dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 1.000.000,00 untuk
SPT Tahunan dan denda sebesar Rp. 100.000,00 untuk SPT Masa.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Analisa
Setelah gambaran pelaksanaan pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 oleh PT Wicaksana OI dilakukan, baik dari pengambilan data secara langsung dan dengan
perhitungan penulis, maka ada beberapa kerangka masalah yang harus dibahas secara detail terhadap karyawan perusahaan tersebut.
1. Terhadap pegawai tetap yang memperoleh penghasilan tidak teratur, yaitu berupa
Tunjangan Hari Raya THR. Maka perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 terhadap karyawan tersebut yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah
dengan penghasilan tidak teratur berupa Tunjangan Hari Raya THR dan sebagainya.
b. Dihitung PPh pasal 21 atas Penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
Tunjangan Hari Raya THR dan sebagainya. c.
Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan a dan b adalah PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa Tunjangan Hari Raya, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dilihat dan disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.15PJ2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. Dan tarif yang digunakan adalah Tarif Pasal 17
Undang-Undang No. 17 Tahun 2000. 2.
Terhadap pegawai tetap yang memperoleh Premi Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Premi Jaminan Kematian JK, dan Premi Jaminan Pemeliharaan
Kecelakaan JPK, maka dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabung dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh perusahaan kepada
karyawan dan tarif yang digunakan adalah Tarif Pasal 17 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000.
Hal ini dapat dilihat dan disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.15PJ2006 yaitu untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja, premi Jaminan Kematian JK, dan premi Jaminan Pemeliharaan Kecelakaan JPK yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut
digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.
Universitas Sumatera Utara
3. Terhadap karyawati yang statusnya sudah menikah, PTKP yang dikurangkan
adalah hanya untuk dirinya sendiri. Tetapi dalam hal suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun maka karyawati tersebut harus menunjukkan keterangan
tertulis dari Pemerintah Daerah setempat bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan. Terhadap karyawati tersebut diberikan tambahan PTKP
sejumlah Rp. 1.200.000,00 setahun atau Rp. 100.000,00 sebulan. Dan tarif yang digunakan adalah Tarif pasal 17 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000.
Hal ini dapat dilihat dan disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep15PJ2006 dalam Pasal 8 ayat 4 dan 5 pengurangan yang
dibolehkan, bunyinya adalah sebagai berikut: Pasal 8 ayat 4: Dalam hal karyawati kawin , PTKP yang dikurangkan adalah hanya
untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya. Pasal 8 ayat 5: Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari
pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suaminya tidak memperoleh penghasilan, diberikan tambahan
PTKP sejumlah Rp. 1.200.000,00 setahun atau Rp. 100.000,00 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarga sepenuhnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Terhadap pegawai tetap dan kewajiban pajak subjektifnya baru dimulai pada
pertengahan tahun takwin atau berakhir pada pertengahan tahun, PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan yang diterima atau
diperoleh baik yang bersifat teratur meupun tidak teratur. Dan tarif yang digunakan adalah Tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh No. 17 Tahun 2000.
Hal ini dapat dilihat dari Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP15PJ2006 yaitu Terhadap pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya
baru dimulai pada pertengahan tahun takwin atau berakhir pada pertengahan tahun, PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan yang diterima
atau diperoleh baik yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
B. Evaluasi