melakukan semua jenis pekerjaan, dan pada saat wawancara seorang informan Parman mengatakan bahwa penghasilan Rp.5.000 perhari adalah upah yang paling rendah. Itupun
terjadi apabila mereka malas bekerja atau pekerjaan sedikit. Bagi mereka yang bekerja borongan gajinya sekitar Rp.15.000,- dan pekerja harian dapat berpengasilan antara
Rp1.500 – Rp.4.000 tahun 1980. pekerja harian termasuk tenaga kerja yang kurang terampil. Karena itu pekerjaan yang mereka lakukan adalah mencuci, merendam,
mengeringkan rotan, menghaluskan rangka dengan kertas pasir, mencat, menyisik, dan “menarik”.
Pada tahun 2000-an makin bertambahnya kerajinan rotan dan tenaga kerja, banyaknya omset atau pesanan barang-barang dari konsumen. Harga-harga barang pun
mulai naik, maka pengasilan pengrajin pun bertambah, gaji pekerja tetap dan borongan berpenghasilan antara Rp.500.000 – Rp.1000.000Bulan sedangkan pekerja harian
berpenghasilan Rp.30.000.
16
3.4 Sumber Bahan Baku
Kerajinan anyaman rotan bagi masyarakat kelurahan Sei Sikambing D khususnya kelompok pengrajin adalah merupakan usaha sampingan yang dapat membantu pendapatan
mereka selain dari pekerjaan mereka sebelum menjadi penganyam. Penanggung jawab usaha ini umumnya sang suami atau kaum laki-laki yang dalam pelaksanaannya melibatkan
seluruh anggota keluarganya. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan jenis-jenis
anyaman rotan secara sistematis akan diuraikan melalui dari penyediaan bahan baku.
16
Wawancara dengan Parman, di Lingkungan X Sei Sikambing D tanggal 05 Agustus 2010
Universitas Sumatera Utara
Bahan baku rotan diperoleh dari luar lingkungan. Daerah-daerah pemasok rotan yang utama ke kota Medan pada umumnya dan para pengrajin pada khususnya ialah daerah
propinsi Sumatera Utara sendiri, daerah Istimewa Aceh, dan Propinsi Jambi. Penghasil rotan utama di Sumatera Utara ialah kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan,
Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi. Kemudian penghasil rotan di daerah Istimewa Aceh ialah Meulaboh dan Singkil dan daerah Langkat. Karena itu daerah –
daerah tersebut yang menjadi pemasok rotan yang utama. Tetapi kadang-kadang rotan dipasok dari propinsi Sumatera Barat dan Riau.
Perkembangan industri kerajinan rotan membawa dampak yang positif bagi masyarakat pinggiran kota. Adapun dampak yang paling menonjol adalah munculnya
inisiatif dan juga karena anjuran pemerintah maka masyarakat membudidayakan rotan yang mana sebelumnya rotan hanyalah hasil hutan tetapi dengan tingginya permintaan terhadap
rotan para pembudidaya rotan semakin meningkat. Seperti halnya di daerah Bahorok.
Walaupun bahan baku rotan didatangkan dari luar kota Medan namun kemudian para pengrajin tidak mengalami kesulitan. Para pengrajin rotan yang tinggal di kota Medan
atau di kota lainnya mendatangi daerah-daerah penghasil rotan dan membelinya dari para pengumpulpencari rotan hal itu mereka lakukan dengan pertimbangan bahwa jika mereka
membelinya melalui agen maka otomatis harga lebih tinggi dibandingkan jika mereka sendiri yang turun langsung. Rotan-rotan yang mereka beli kemudian disalurkan kepada
para pengusaha yang khusus menjual rotan. Para pengrajin rotan membeli dengan cara berlangganan. Adapun rotan yang kualitasnya bagus yaitu rotan yang umurnya 12 tahun
baru panen karena dengan umur yang demikian rotan-rotan tersebut lebih keras tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
lebih lentur dan tidak ditemukan kerutan dan tidak terdapat pecahan-pecahan sedangkan apabila rotan dipanen pada usia muda maka kualitasnya kurang karena terjadi pengerutan
atau pengecilan.
Pengrajin membeli rotan kadang-kadang mereka langsung membayar lunas harga rotan tersebut, kadang-kadang mereka beli dengan cara mengangsur. Rotan yang diperoleh
dari pedagang harus diolah terlebih dahulu, karena rotan yang dibelinya tersebut adalah rotan mentah baru selesai direndam, dikeringkan dan dibersihkan setelah rotan-rotan
tersebut dibeli harus digelar dahulu dihalaman rumah, supaya rotan-rotan tersebut lebih kering lagi dan mudah mengolahnya. Menurut para pengrajin mereka lebih senang membeli
kepada langgananya. Disamping mereka sudah kenal, rotan-rotan yang dibelinya dapat langsung diantar kerumah pengrajin. Selain rotan mentah mereka juga membeli rotan yang
sudah masakkering.
Rotan-rotan yang dibeli itu juga terdiri dari berbagai macam rotan. Semua jenis rotan yang dibutuhkannya, bisa didapat dari pengumpul rotan tersebut. Dari berbagai jenis
rotan ini diolah dengan menggunakan alat yang disebut “ Rajikan” yang dibuat oleh pengrajin itu sendiri. “Rajikan” dibuat dari bahan sebuah pisau segi empat, tiga buah skrup,
dan sebuah roda yang sama besarnya dengan dasar kaleng susu. Alat tersebut dibuat dengan mencontoh dari alat pemproses rotan mesin pengolah yang ada di kota Medan. Alat ini
digunakan untuk membelah, sebesar dua atau tiga mm, dan membelah kulit rotan dengan ukuran 2-4 mm.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai jenis rotan yang digunakan oleh para pengrajin. Dari keseluruhan bagian rotan tidak sedikitpun yang terbuang kecuali daunnya untuk keperluan rangka atau tulang
biasanya menggunakan rotan manau, rotan semambau, atau rotan pitrit. Rotan-rotan ini termasuk rotan yang besar dengan diameter berkisar antara 2-6 cm dan untuk keperluan
rangka atau jari-jari mereka menggunakan rotan saga, rotan air dan rotan batu, rotan cacing yang digunakan sebagai “Lungsi”
17
Walaupun keseluruhan daerah Lingkungan X, sudah merupakan wilayah pemukiman dan tidak ditemukan lagi adanya tanah-tanah kosong, bukan menjadi suatu penghalang
untuk mereka meningkatkan jumlah produksi. Selain itu sarana-sarana umum yang terdapat di wilayah ini berupa 1 satu buah lapangan bola volly yang terdapat di Gang Pertama
ujung, sekolah Madrasah yang juga dimanfaatkan sebagai tempat menjemur rotan yang lokasinya berdampingan langsung dengan rumah-rumah penduduk.
. Rotan cacing ukurannya kecil yang biasanya dibeli secara perkilo rotan cacing ada bermacam-macam seperti rotan cacing warna putih, merah
dan semuperpaduan. Walaupun jenisnya berbeda namun penggunaanya sama. Semua jenis rotan tersebut merupakan bahan untuk keperluan pengayaman.
Para pengrajin anyaman selain memerlukan berbagai jenis rotan juga memerlukan bahan pembantu. Adapun bahan pembantu atau alat tersebut antara lain paku, kayu, lem cap
kambing, minyak pengkilat, minyak tiner, pewarna, sendi seler, dampul, melemin, kertas pasir, triplek, kaca cermin, busa fom, kain untuk bantalan, dan paku jamur.
3.5 Tahap Produksi