The Analysis of Factors That Influence Human Development Indeks InIndonesia Land Borders

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI WILAYAH

PERBATASAN DARAT INDONESIA

AMBAR YULIATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012

Ambar Yuliati H151104304


(4)

(5)

ABSTRACT

AMBAR YULIATI. The Analysis of Factors That Influence Human Development Indeks InIndonesia Land Borders. Under supervision of WIWIEK RINDAYATI and IRFAN SYAUQI BEIK.

Human Development Index (HDI) is a measure for the quality of human development. The increase in the development will improve economic growth. The United Nations Development Programme (UNDP) since 1990 has been using the HDI to measure achievement of human development process. Human Development Index is devided in to three components, namely education, health and purchasing power. This study examines the factors that influence human

development index in Indonesia’s land border. The study is conducted in

Indonesia’s land border by using secondary data derived from BPS, Kemenkeu and UNDP from 2007-2010. This study uses panel data regression model to determine the determinants of human development index and uses descriptive analysis to discuss policy implication. This study shows that the GDP per capita, poverty, teacher’s availability, health care, and infrastructure significantly influence the HDI. These factors should be prioritized in order to improve the HDI in the land border of the country.


(6)

(7)

RINGKASAN

AMBAR YULIATI: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Dibimbing oleh: WIWIEK RINDAYATI dan IRFAN SYAUQI BEIK.

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multi dimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan merupakan perubahan suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan mendasar, dan keinginan mayoritas individu maupun kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi yang lebih baik.

Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih membaik. Selain itu manusia juga merupakan manifestasi kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu manusia menjadi sasaran utama dari pembangunan.

Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong kualitas manusia hanya akan membuat negara bersangkutan tertinggal dari negara lain. Peningkatan kualitas modal manusia akan memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan, jika modal manusia semakin baik akan dapat meningkatkan produktifitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan individu sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya.

Perbatasan negara yang merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara memiliki peranan penting, baik dalam batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam , pertahanan dan kedaulatan ekonomi sebuah negara. Menurut UU No. 26 tahun 2007 telah ditetapkan bahwa perbatasan sebagai kawasan strategi nasional di bidang pertahanan dan keamana. Meskipun telah ditetapkan sebagaimana tersebut bukan berarti tidak boleh dikembangkan secara sosial ekonomi. Tetapi justru sebaliknya, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi wilayah merupakan pendekatan yang komplementer dengan pendekatan pertahanan dan keamanan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengkaji perkembangan masing-masing komponen IPM di wilayah perbatasan darat Indonesia. Kedua, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi IPM di wilayah perbatasan darat Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan sumber lainnya dengan periode waktu yang digunakan adalah tahun 2007-2010. Penelitian mencakup seluruh kabupaten perbatasan darat sebanyak 16 kabupaten pada 4 provinsi yaitu: Kalimantan Barat 5 kabupaten (Sambas, Bengkayang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu), Kalimantan Timur 3 kabupaten (Nunukan, Malinau dan Kutai Barat), Nusa Tenggara Timur 3 kabupaten (Kupang, Belu dan Timor Tengah Utara), dan Papua 4 kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Pegunungan Bintang dan Keerom) dan 1 kota yaitu Kota Jayapura


(8)

Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian terdiri dari analisis deskriptif dan ekonometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia. Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Alasan pemilihan metode tersebut mengacu pada tujuan penelitian yang ingin melihat faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia.

Dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia selama periode penelitian secara umum mengalami peningkatan baik dari indeks pembentuk maupun komponen pembentuknya. Diantara tiga indeks pembentuk IPM indeks pendidikan mempunyai nilai yang terbesar hampir di semua kabupaten/kota di wilayah perbatasan yaitu dengan rata-rata perbatasan sebesar 70,4 dengan rata-rata Indonesia sebesar 78,60 kecuali pada Kabupaten Pegunungan Bintang dan Boven Digoel, dimana indeks pendidikan di kedua kabupaten tersebut kurang dari 30. Jika di telusuri lebih mendalam ternyata pada kedua kabupaten tersebut angka melek huruf (32 persen) dan rata-rata lama sekolahnya (3 tahun) sangat jauh dari rata-rata Indonesia, yaitu angka melek huruf 92 persen dan rata-rata lama sekolah 7 tahun. Indeks pembentuk yang kedua adalah kesehatan dengan rata-rata perbatasan 69,71 dan rata-rata Indonesia 73,47. Sedangkan indeks daya beli merupakan komponen pembentuk terendah dengan rata-rata perbatasan sebesar 59,49 dan rata-rata Indonesia sebesar 75,74.

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) variabel yang signifikan berpengaruh positif adalah PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan infrastruktur jalan, (2) variabel yang signifikan berpengaruh negatif adalah persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, rasio tenaga pendidikan tingkat SD dan rasio tenaga kesehatan, (3) sedangakan variabel yang tidak signifikan berpengaruh adalah rasio tenaga pendidikan SMP dan tingkat pengangguran terbuka. Jika ditinjau berdasarkan nilai koefisiennya, maka variabel yang mempunyai berpengaruh terbesar terhadap indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia adalah infrastruktur jalan dengan nilai koefisien sebesar 3,0589.

Saran yang direkomendasikan dari penelitian ini antara lain pembangunan manusia di wilayah perbatasan oleh pemerintah agar lebih diarahkan pada ketersedianan infrastruktur yang memadai sehingga akan memudahkan masyarakat dalam mengakses aspek-aspek yang menentukan pembangunan terutaman pembangunan manusia seperti sarana kesehatan dan pendidikan. Selain itu infrastruktur yang memadai juga akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan menjadi lebih rendah, dapat meningkatkan interaksi ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah. Infrastruktur merupakan kunci dalam mendukung pembangunan dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar dan nyata dalam perbaikan dan perluasan infrastruktur di wilayah perbatasan, karena masih banyak akses jalan yang sangat sulit untuk dijangkau.

Kata kunci: indeks pembangunan manusia, data panel, wilayah perbatasan darat Indonesia


(9)

©Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(10)

(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI WILAYAH

PERBATASAN DARAT INDONESIA

AMBAR YULIATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(12)

(13)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

Nama : Ambar Yuliati

NRP : H151104304

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. Ketua

Dr. Irfan Syauqi Beik, SP.M.Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Nunung Nuryantono, M. Si.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


(14)

(15)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo, MSselaku penguji luar komisi yang telah memberikan saran dan kritik yang menyempurnakan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala BPS yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada semua dosen pengajar serta kepada teman-teman batch 3 kelas BPS yang senantiasa membantu dan mendukung penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada Kedua Orang Tua tercinta atas segala dukungan dan doa yang selalu menyertai. Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada suami terkasih Mukhtasar dan buah hatiku Alya Safira Putri, Aqila Syifa Aprilia dan Luthfian Hafiz Wicaksana yang telah mendampingi, menghibur dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, besar harapan penulis agar tesis ini dapat menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan memberikan kontribusi bagi pembangunan di wilayah perbatasan darat Indonesia.

Bogor, Oktober 2012


(16)

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1974, merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayah Kamirin dan Ibu Sri Mulyati. Saat ini penulis telah menikah dengan Mukhtasar dan dikaruniai dua orang putri, Alya Safira Putri dan Aqila Syifa Aprilia dan seorang putra, Luthfian Hafiz Wicaksana.

Penulis menamatkan pendidikan tingkat atas di SMUN 44 Jakarta Timur pada tahun 1993, pada tahun 1994 penulis diterima sebagai PNS di Badan Pusat Statistik Jakarta, kemudian pada tahun 1997 memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Diploma IV pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Penulis lulus pada tahun 2001 dengan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Pada tahun yang sama, penulis kembali bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) dan ditugaskan di Bagian Administrasi Jabatan Fungsional hingga saat ini.

Pada tahun 2010 penulis memperoleh kesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi melalui beasiswa BPS dalam program Alih Jenjang pada jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Setelah mendapatkan gelar tersebut, penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor program studi Ilmu Ekonomi, minor Ekonomi Pembangunan melalui beasiswa BPS.


(18)

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

I PEσDAHULUA σ ………...…... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………..……….…... 8

1.3 Tujuan Penelitian ……...………... 9

1.4 Manfaat Penelitian ……… 9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ……… 10

II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11

2.1 Pembangunan ……….. 11

2.2 Indeks Pembangunan Manusia ……….... 12

2.2.1 Komponen-komponen IPM ………... 17

2.2.1.1 Indeks Harapan Hidup ……….. 17

2.2.1.2 Indeks Pendidikan ………. 17

2.2.1.3 Standar Hidup Layak( Indeks Daya Beli) …... 18

2.2.2 Tahapan Penghitungan IPM ……….. 18

2.3 Wilayah Perbatasan ………...….. 20

2.4 Konsep Pertumbuhan Ekonomi ………... 24

2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia ……... 25

2.6 Pendidikan dan Pembangunan Manusia ………. 27

2.7 Kesehatan dan Pembangunan Manusia ………... 28

2.8 Pendapatan per Kapita ……… 28

2.9 Pengeluaran Pemerintah ……….. 29

2.9.1 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan ……… 32

2.9.2 Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan ………. 33

2.10 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia ……….... 33

2.11 Infrastruktur ……….... 34

2.12 Infrastruktur dan Pembangunan Manusia..……….. 35

2.13 Penelitian Terdahulu ………..………. 36

2.14 Kerangka Pemikiran ……….……….. 38


(20)

xviii

III METODE PENELITIAN ……….………... 41

3.1 Je nis dan Sumber Data ………...……... 41

3.2 Metode Analisis ………...……... 41

3.2.1Analisis Deskriptif ……… 41

3.2.2 Analiss Regresi Data Panel ………. 41

3.2.2.1 Pengujian Model Terbaik ………... 44

3.2.2.2 Uji Asumsi ………... 46

3.2.2.3 Evaluasi Model ……… 48

3.2.2.4 Spesifikasi Model Penelitian ……..………. 49

3.3 Definisi Operasional ………... 50

IV GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN ………... 51 4.1 Gambaran Umum ……….. 51

4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah administrasi ……... 51

4.1.1.1 Provinsi Kalimantan Barat ………... 51

4.1.1.1.1 Kabupaten Sambas ………... 52

4.1.1.1.2 Kabupaten Bengkayang ………. 53

4.1.1.1.3 Kabupaten Sanggau ………... 53

4.1.1.1.4 Kabupaten Sintang ………... 54

4.1.1.1.5 Kabupaten Kapuas Hulu ……… 55

4.1.1.2 Provinsi Kalimantan Timur ………... 55

4.1.1.2.1 Kabupaten Kutai Barat …... 56

4.1.1.2.2 Kabupaten Malinau ….. ………. 57

4.1.1.2.3 Kabupaten σunukan ………... 57

4.1.1.3 Provinsi σusa Tenggara Timur ………. 58

4.1.1.3.1 Kabupaten Kupang ………... 59

4.1.1.3.2 Kabupaten TTU ………. 60

4.1.1.3.3 Kabupaten Belu ………..…... 60

4.1.1.4 Provinsi Papua ………. 61

4.1.1.4.1 Kabupaten Merauke ………... 61

4.1.1.4.2 Kabupaten Boven Digoel ………… 62

4.1.1.4.3 Kabupaten Peg. Bintang ………….. 63

4.1.1.4.4 Kabupaten Keerom ………... 63

4.1.1.4.5 Kota Jayapura ……….. 64


(21)

4.1.3 Kemiskinan ……….…….. 65

4.1.4 Tenaga Pendidikan dan Kesehatan ………….…….. 66

4.1.5 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Kesehatan ………..…… 68

4.1.6 Infrastruktur ……….………. 71

4.1.7 Tingkat Pengangguran Terbuka ………..….. 72

4.2 Dinamika Indeks Pembangunan Manusia ………... 73

4.2.1 Indeks Pendidikan ………...………... 74

4.2.2 Indeks Kesehatan ……….………. 77

4.2.3 Indeks Daya Beli ………..…………. 79

V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IPM DI PERBATASAσ DARAT IσDτσESIA ………..………... 81 5.1 Uji Model Regresi Data Panel ………. 81

5.2 Faktor-faktor yang memengaruhi IPM ……… 82

5.2.1 PDRB per Kapita ……….……… 84

5.2.2 Kemiskinan ………..……… 85

5.2.3 Pendidikan ………... 87

5.2.4 Kesehatan ……… 90

5.2.5 Infrastruktur ………. 93

VI KESIMPULAσ DAσ SARAσ ………….……….. 95

6.1 Kesimpulan ……….. 95

6.2 Saran ……… 95


(22)

(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 IPM Indonesia Tahun 2002-2010 ………. 4

1.2 Perbedaaan kondisi social ekonomi kabupaten perbatasan ….. 5 1.3 Perbandingan Indikator Kinerja Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Perbatasan dengan σasional Tahun 2009…... 7

2.1 Indikator IPM ……….. 21

3.1 Kerangka Identifikasi Autokortelasi ……… 52 4.1 Persentase Infrastruktur Jalan Terhadap Luas Kabupaten Kota

Wilayah Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ... 72

4.2 AMH Wilayah Perbatasan Tahun 2007 –2010 ……… 75

4.3 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk di Wilayah Perbatasan

Darat Indonesia Tahun 2007 –2010 ………. 76

4.4 AHH Penduduk Wilayah Perbatasan darat Indonesia Tahun

2007 –2010 ………... 78

4.5 Perkembangan IPM dan Komponen Pembentuknya di

Wilayah Perbatasan darat Indonesia Tahun 2007-2010 …….. 80 5.1 Hasil Regresi data Panel Faktor-faktor yang mememngaruhi

IPM di Perbatasan darat Indonesia ……… 83 5.2 IPM dan PDRB per Kapita Wilayah Perbatasan darat

Indonesia Tahun 2007-2010 ……….……… 85

5.3 Angka Putus Sekolah Tingkat SD dan SMP di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007-2010 ………. 88 5.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia


(24)

(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Konsep IPM ....……….. 20

2.2 Hubungan GDP dengan HDI ……….. 26

2.3 Hubungan Infrastruktur Dengan Pembangunan Manusia … 35

2.5 Kerangka Pemikiran ……….. 39

3.1 Pengujian Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel 46 4.1 PDRB per Kapita Wilayah Perbatasan darat Indonesia

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 dan 2010 …………. 65 4.2 Persentase Tingkat Kemiskinan Wilayah Perbatasan Darat

Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 66

4.3 Rasio Murid Terhadap Guru Tingkat SD dan SMP Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ……….. 67 4.4 Rasio Dokter Terhadap Jumlah Penduduk di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 68 4.5 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 69 4.6 Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 70 4.7 IPM Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan

Rata-rata Indonesia, Tahun 2007 –2010 ……… 74

4.8 Indeks Pendidikan Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata Indeks Pendidikan Indonesia Tahun

2007-2010 ………. 77

4.9 Indeks Kesehatan Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata Indeks Pendidikan Indonesia Tahun

2007-2010 ………. 78

4.10 Indeks Daya Beli kabupaten/kota wilayah perbatasan darat

Indonesia tahun 2007-2010 ………... 79

5.1 Angka Partisipasi Murni Sekolah Tingkat SMP di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 88 5.2 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Perbatasan Darat


(26)

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Reduksi Shortfall Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...…….. 101 2 Indeks Pendidikan Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...… 102 3 Indeks Kesehatan Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...……….. 103 4 Indeks Daya Beli Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2007 -2010 ...………… 104 5 Hasil Uji Pooled Least Square Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...………. 105 6 Hasil Uji Fixed Effect Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...……… 106 7 Hasil Pengujian antara Fixed Effect dengan Pooled Least

Square (Uji Chow) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...……….. 107 8 Hasil Uji Random Effect Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...………. 108 9 Hasil Pengujian antara Fixed Effect dengan Random Effect (Uji

Hausman) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia …………...………... 109 10 Hasil Uji Fixed Effect dengan Cross Section Weights

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ... 111 11 Hasil Uji Multikolinier Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ………..………... 112 12 Hasil Uji Normalitas error termFaktor-Faktor yang

Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ………... 113


(28)

(29)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga merupakan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan dasar, dan keinginan mayoritas individu maupun kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi yang lebih baik. Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian proses sosial, ekonomi dan institusional demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen spesifik atas "kehidupan yang lebih baik" itu, pembangunan di semua masyarakat paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu (Todaro dan Smith, 2006).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka upaya peningkatan pembangunan perlu terus ditingkatkan dan diperbaharui sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat. Untuk melaksanakan pembangunan secara adil dan merata, isu strategis yang menjadi tantangan pembangunan nasional adalah tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan semakin bertambahnya penduduk miskin. Adanya kemiskinan di dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa pembangunan itu secara umum kurang berhasil sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu wilayah tergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya.

Sejak tahun 1990, United Nations Development Program (UNDP) telah menerbitkan suatu indikator yang menggabungkan faktor ekonomi dan non ekonomi yang mendefinisikan kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar


(30)

2

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang dinamakan Human Development Index

(HDI) atau yang sering disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), pendidikan (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari varitas daya beli/PPP, penghasilan). Menurut Drapper (1990) dalam kata pengantarnya pada HDR 1990, munculnya HDI bukan berarti mengenyampingkan peran GDP, tetapi bagaimana menerjemahkan GDP tersebut ke dalam pembangunan manusia.Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia, tetapi Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan antara penghasilan dan kesejahteraan.

Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih membaik. Selain itu manusia juga merupakan manifestasi kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu manusia menjadi sasaran utama dari pembangunan. Kualitas modal manusia ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, ataupun indikator-indikator lainnya. Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong kualitas manusianya hanya akan membuat negara bersangkutan tertinggal dari negara lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya. Peningkatan kualitas modal manusia akan memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan karena jika modal manusia semakin baik akan dapat meningkatkan produktifitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan individu tersebut sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya. Sesuai Laporan Ringkas UNDP tahun 2005 yang menyatakan bahwa sumber daya manusia yang handal merupakan solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan yang meliputi kesehatan, pengetahuan, ketrampilan dan daya beli. Jika kualitas sumber daya suatu wilayah rendah maka penduduk yang ada akan terus membebani proses pembangunan secara keseluruhan.


(31)

3

Pembangunan manusia, menurut United Nations Development Programme (UNDP), adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (people’s choice). Dari sekian banyak pilihan, ada tiga yang dianggap penting, yaitu: panjang umur dan sehat, pendidikan dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup layak. Pilihan yang dianggap mendukung tiga pilihan di atas adalah kebebasan politik, hak asasi manusia dan penghormatan pribadi. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal.

Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNDP mempublikasikan IPM sebagai alat tolok ukur pembangunan manusia. IPM mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (daya beli). Pada saat ini indeks pembangunan manusia dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus pada pembangunan manusia.

Sejak diterbitkan dan dipublikasikannya, IPM menjadi suatu perbincangan yang hangat sebagai alat ukur tunggal dan sederhana.IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah. Pembangunan yang diharapkan meningkat tidak hanya tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia yang merupakan prioritas utama, penduduk ditempatkan sebagai objek dan sekaligus subjek pembangunan. Konsep ini menempatkan manusia sebagai titik pusat dan sekaligus modal dasar kekuatan, menjadi faktor yang dominan dan menjadi sasaran utama bagi pembangunan itu sendiri. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia sejak 2002 sampai dengan 2010 menunjukkan peningkatan (lihat tabel 1.1).

Berdasarkan nilai indeks pembangunan manusia pada tabel 1.1, secara umum nilai IPM di Indonesia dalam periode 1996 - 2010 terus meningkat, hal ini menunjukkan kenaikkan capaian kualitas manusia seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Akan tetapi peningkatan nilai IPM selama periode tersebut,


(32)

4

hingga saat ini wilayah perbatasan Indonesia berada pada kondisi yang sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan daerah perkotaan maupun wilayah negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah ini umumnya jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sosial ekonomi warga perkotaan maupun negara tetangga (lihat tabel 1.2).

Tabel. 1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia Tahun 2002-2010 Provinsi 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

N. A.D 66.0 68.7 69.0 69.4 70.3 70.7 71.3 71.7

Sumatera Utara 68.8 71.4 72.0 72.5 72.8 73.3 73.8 74.2 Sumatera Barat 67.5 70.5 71.2 71.6 72.2 72.9 73.4 73.8

Riau 69.1 72.2 73.6 73.8 74.6 75.1 75.6 76.1

Jambi 67.1 70.1 70.9 71.3 71.5 72.0 72.4 72.7

Sumatera Selatan 66.0 69.6 70.2 71.1 71.4 72.0 72.6 72.9

Bengkulu 66.2 69.9 71.1 71.3 71.6 72.1 72.5 72.9

Lampung 65.8 68.4 68.8 69.4 69.8 70.3 72.9 71.4

Bangka Belitung 65.4 69.6 70.7 71.2 71.6 72.2 72.5 72.8 Kepulauan Riau - 70.8 72.2 72.8 73.7 74.2 74.5 75.1 DKI Jakarta 75.6 75.8 76.1 76.3 76.6 77.0 77.4 77.6 Jawa Barat 65.8 69.1 69.9 70.3 70.7 71.1 71.6 72.3 Jawa Tengah 66.3 68.9 69.8 70.2 70.9 71.6 72.1 72.5 DI Yogyakarta 70.8 72.9 73.5 73.7 74.1 74.9 75.2 75.8 Jawa Timur 64.1 66.8 68.4 69.2 69.8 70.4 71.1 71.6

Banten 66.6 67.9 68.8 69.1 69.3 69.7 70.1 70.5

Bali 67.5 69.1 69.8 70.1 70.5 70.9 71.5 72.3

NTB 57.8 60.6 62.4 63.0 63.7 64.1 64.7 65.2

NTT 60.3 62.7 63.6 64.8 65.4 66.1 66.6 67.3

Kalimantan Barat 62.9 65.4 66.2 67.1 67.5 68.2 68.8 69.1 Kalimantan Tengah 69.1 71.7 73.2 73.4 73.5 73.9 74.4 74.6 Kalimantan Selatan 64.3 66.7 67.4 67.7 68.0 68.7 69.3 69.9 Kalimantan Timur 70.0 72.2 72.9 73.3 73.8 74.5 75.1 75.6 Sulawesi Utara 71.3 73.4 74.2 74.4 74.7 75.2 75.7 76.1 Sulawesi Tengah 64.4 67.3 68.5 68.8 69.3 70.1 70.7 71.1 Sulawesi Selatan 65.3 67.8 68.1 68.8 69.6 70.2 70.9 71.3 Sulawesi Tenggara 64.1 66.7 67.5 67.8 68.3 69.0 69.5 70.0

Gorontalo 64.1 65.4 67.5 68.0 68.8 69.3 69.8 70.3

Sulawesi Barat - 64.4 65.7 67.1 67.7 68.5 69.2 69.6

Maluku 66.5 69.0 69.2 69.7 69.9 70.4 70.9 71.4

Maluku Utara 65.8 66.4 66.9 67.5 67.8 68.2 68.6 69.0 Irian Jaya Barat - 63.7 64.8 66.1 67.3 67.9 68.6 69.1

Papua 60.1 60.9 62.1 62.7 63.4 64.0 64.5 64.9

Indonesia 65,8 68,7 69,6 70,1 70,6 71,2 71,7 72,3 Sumber : BPS, 2011


(33)

5

Tabel. 1.2 Perbedaan kondisi sosial ekonomi kabupaten perbatasan

Aspek

Kabupaten Perbatasan

Kal-

Bar Srawak Sambas Bkyg Sgau Sintang K.

Hulu A Standar hidup

Pddk miskin (%) 14.39 17.63 12.05 18.74 16.93 14.78 3.10 Tk. Pertumb.

Pendapatan/kapita(%) 2.20 2.25 2.16 0.40 0.22 2.95 3.83 Tk. produktifitas

tenaga kerja (Rp ) 2.93 1.80 3.80 2.42 3.05 4.50 37.5 Tk. pertumbuhan

penduduk 2.69 3.11 1.51 1.60 4.17 1.03 2.09

Tk. pengangguran

terbuka (%) 5.71 5.57 5.73 6.52 5.05 4.54 2.70

B Ketergantungan pada sektor pertanian Jml tenaga kerja

pertanian (%) 79.20 78.93 75.97 76.97 74.21 65.35 30.06 Kontribusi pertanian

thd PDRB (%) 33.14 33.78 36.80 36.95 44.24 23.83 9.90

Penduduk tinggal di

pedesaan (%) 85.21 92.07 86.16 89.72 93.56 73.30 51.63 Sumber: Buletin kawasan 2008

Pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena wilayah perbatasan mempunyai nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dalam bentuk program prioritas pengembangan daerah perbatasan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat, serta memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara lain, maka pembangunan perbatasan perlu mendapatkan perhatian khusus dan menjadi prioritasutama. Program prioritas ini dijabarkan lagi dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang disusun setiap tahun dan bertujuan untuk menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan negara melalui pengamanan wilayah perbatasan dan pembangunan sosial ekonomi wilayah sepanjang perbatasan. Berdasarkan RPJMN 2004-2009 telah menyebutkan pembangunan kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Program ini ditujukan untuk:


(34)

6

1. Menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh hukum internasional,

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya,

3. Keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan negara tetangga.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 001/Kep/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal melansir bahwa terdapat 199 kabupaten tertinggal yang tersebar hampir di seluruh provinsi kecuali DKI Jakarta dan Banten. Dari 199 kabupaten tersebut 26 diantaranya adalah kabupaten perbatasan dengan negara tetangga yang terbagi atas 16 kabupaten perbataasan darat dan 10 kabupaten perbatasan laut. Data ini menunjukkan bahwa seluruh kabupaten wilayah perbatasan merupakan daerah tertinggal.

Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah perbatasan masih belum mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan.Sehingga perlu adanya usaha dan kebijakan pemerintah dalam percepatan pembangunan perbatasan. Hal ini dikarenakan daerah perbatasan memiliki permasalahan yang kompleks dalam penanganannya. Permasalahan pembangunan kawasan perbatasan selama ini pada umumnya adalah permasalahan politik, ekonomi, ideologi dan sosial budaya. Berdasarkan fakta yang ada juga telah ketahui bahwa kita telah kehilangan 2 bagian wilayah yang berada di perbatasan yaitu pulau lipitan dan Sipadan, bahkan dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh harian setempat menurut Asy‟ari (ketua adat setempat) bahwa bukan tidak mungkin kita akan terancam kehilangan 2 wilayah lagi yaitu gosong Niger dan Camar Bulan dikarenakan kurang pedulinya pemerintahan kita terhadap tanda batas terhadap suatu wilayah.


(35)

7

Pada tahun 2009, angka indeks pembangunan manusia kabupaten perbatasan di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Malinau sebesar 72,30, Kabupaten Nunukan sebesar 73,48 dan Kabupaten Kutai Barat sebesar 72,16. Indeks pembangunan manusia ketiga kabupaten tersebut masih jauh tertinggal dibandingkan angka Propinsi Kalimantan Timur yaitu sebesar 75,11, padahal Propinsi Kalimantan Timur merupakan daerah kaya dengan nilai PDRB tertinggi di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar Rp. 212 Triliun pada tahun 2009. Sementara untuk kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua hampir semuanya indeks pembangunan manusianya lebih rendah lagi yaitu di bawah angka 70 kecuali kota Jayapura.

Tabel 1.3 Perbandingan Indikator Kinerja Pembangunan Manusia Kabupaten/ Kota Perbatasan dengan Nasional Tahun 2009

Daerah AHH RLS AMH Output/Kapita IPM

Prop. NTT 67.25 6.60 87.96 602.60 66.60

- Kupang 65.24 6.72 89.00 599.85 65.58

- T. Tengah Selatan 66.75 6.12 84.37 604.16 65.28

- Belu 65.65 6.24 82.98 63.41 63.91

Prop. Kal - Bar 66.45 6.75 89.70 630.34 68.79

- Sambas 60.91 5.94 90.00 621.09 64.46

- Bengkayang 68.70 6.09 88.70 602.47 67.18

- Sanggau 68.24 6.41 89.95 612.24 68.19

- Sintang 68.12 6.59 90.45 607.55 68.00

- Kapuas Hulu 66.49 7.15 92.59 630.97 69.79

Prop. Kal - Tim 71.00 8.85 96.89 638.73 75.11

- Kutai Barat 70.08 7.79 95.97 625.57 72.16

- Malinau 68.22 7.67 92.65 645.91 72.30

- Nunukan 71.30 7.42 93.94 637.56 73.48

Prop. Papua 68.35 6.57 75.58 603.88 64.53

- Merauke 62.25 8.63 87.37 597.20 64.77

- Boven Digoel 66.75 3.10 31.75 580.88 49.56

- Pegunungan Bintang 65.55 2.45 31.76 582.55 48.54

- Keerom 66.93 7.32 91.12 618.70 68.89

- Kota Jayapura 68.34 10.88 99.10 632.54 75.16

Indonesia 69.21 7.72 9.,58 628.33 71.76

Sumber: IPM 2008 – 2009, BPS

Daerah perbatasan merupakan wilayah strategis sekaligus daerah rawan terkait dengan masalah-masalah pertahanan dan keamanan negara. Peran strategis perbatasan bukan hanya dalam dimensi pertahanan keamanan akan tetapi juga


(36)

8

dalam dimensi sosial ekonomi baik nasional maupun daerah. Dalam kerangka nasional, wilayah perbatasan adalah beranda terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan perwujudan kedaulatan bangsa dan negara serta kedaulatan ekonomi bangsa. Oleh karenanya sangat perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar khususnya yang menyangkut pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi produktif masyarakat dan keamanan. Selama ini daerah perbatasan masih identik dengan daerah yang terisolir, terpencil, terbelakang dalam berbagai macam aspek kegiatan baik sosial, ekonomi, budaya, serta pertahanan dan keamanan (Sondakh, 1996 dalam Kamaluddin, 2003). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia menjadi penting karena hal ini secara tidak langsung mempengaruhi angka indeks pembangunan manusia. Contoh dalam mengukur angka harapan hidup, maka terlebih dahulu harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi, penyakit menular, fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana, dan lain-lain.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan merupakan realisasi dan aspirasi suatu bangsa. Tujuan pembangunan yang dimaksudkan adalah untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya sistematis dan terencana. Proses perencanaan meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai program yang telah diimplementasikan pada periode sebelumnya. Dalam konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah. Hal ini menandakan bahwa IPM menduduki satu posisi penting dalam manajemen pembangunan daerah. Fungsi IPM dan indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci bagi terlaksananya perencanaan dan pembangunan yang terarah.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih terlihat jika dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat mengkaji berbagai kendala dan implementasi program


(37)

9

pembangunan pada periode sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi masyarakat yang sesungguhnya.

Kawasan perbatasan yang merupakan manifestasi utama kedaulatan suatu negara memiliki peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, pertahanan keamananan dan kedaulatan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu setiap jengkal wilayah ini harus dipertahankan dengan sekuat tenaga dengan berbagai cara baik melalui pendekatan militer dengan membangun pos keamanan dan penempatan personil di garis batas negara maupun sosial ekonomi dengan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan sehingga dapat sejajar dengan negara tetangga.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:

1. Bagaimana perkembangan masing-masing komponen indeks pembangunan manusia di wilayah di perbatasan darat Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1 Mengkaji perkembangan masing-masing komponen indeks pembangunan

manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia

2 Menganalisis pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Tesis ini diharapkan akan dapat memberi manfat, yaitu: 1. Bagi Penulis

Kegiatan penulisan merupakan sarana bagi penulis untuk mengasah kemampuan menulis karya ilmiah, mengamati dan menganalisis suatu permasalahan sosial dan kemudian berusaha menemukan solusi atas permasalahan tersebut.


(38)

10

2. Bagi Pemerintah dan Pihak-pihak yang terkait

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas kondisi umum kinerja Pemerintah Daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana, khususnya bidang kesehatan dan pendidikan serta kebijakan terkait lainnya dan diharapkan dapatmemberikan dukungan secara keilmuwan dalam menyusun kebijakanpembangunan manusia untuk mendorong perkembangan ekonomi sehingga tercapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Bagi Pembaca dan Masyarakat

Memberikan gambaran dan informasi mengenai realita terkini daerah perbatasan dan memperkaya khasanah penelitian dan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan daerah perbatasan pada proses pembangunan wilayah di bidang pendidikan dan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal dan persepsi masyarakat.

1.5. Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pembangunan manusia yang dapat diketahui melalui indeks pembangunan manusia dan variabel yang memengaruhinya periode 2007-2010, mencakup wilayah seluruh kabupaten perbatasan darat pada 4 propinsi di Indonesia terdiri dari 16 kabupaten, yaitu :

1. Provinsi Nusa tenggara Timur: Kabupaten Kupang, Kabupaten Timur Tengah Selatan dan Kabupaten Belu.

2. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Provinsi Kalimantan Timur: Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan.

4. Provinsi Papua: Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Dogel, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data PDRB perkapita, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan, rasio tenaga pendidikan dan dokter, tingkat pengangguran terbuka dan infrastruktur jalan serta data-data pendukung lainnya yang relevan dengan penelitian. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Keuangan dan sumber-sumber terkait lainnya.


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pembangunan

Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang mencakup berbagai aspek kehidupan secara berkesinambungan yang hasilnya harus bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses dari pemikiran yang dilandasi keinginan untuk mencapai kemajuan bangsa.

Todaro dan Smith (2006) menyatakan nilai inti pembangunan adalah kecukupan (sustenance), harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom). Kecukupan (sustenance) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan. Harga diri (selfesteem) untuk menjadi manusia seutuhnya, merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan sesuatu. Sedangkan kebebasan (freedom) dari sikap menghamba berupa kemampuan untuk memilih. Nilai yang terkandung dalam konsep ini adalah konsep kemerdekaan manusia, yang diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak mudah diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materil dalam kehidupan ini.

Sedangkan tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) ada tiga, yaitu:

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup

2. Peningkatan standar hidup

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial

Bank Dunia 1991, dalam Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwatujuan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Sedangkan United Nations Development Programme (UNDP, 1991) menyatakan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan pembangunan adalah dengan meningkatkan kualitas manusia.


(40)

12

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (Human Development Report, 1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi setiap orang (”a process of enlarging peoples’s choices”) untuk hidup lebih panjang, lebih sehat dan hidup lebih bermakna. Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas, dimana dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia digunakan suatu ukuran yang di namakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index (HDI).

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yaitu gabungan dari beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut terdiri dari indikator kesehatan (indeks lama hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi yang ditunjukkan dengan tingkat daya beli penduduk (purchasing power parity). Gabungan dari ketiga indikator ini diharapkan mampu mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah.

Laporan UNDP 1995 menyatakan bahwa dasar pemikiran konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata;

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal;

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;


(41)

13

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Selanjutnya dalam laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001, UNDP menyatakan ada empat aspek utama yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan manusia, yaitu:

1. Peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan pekerjaan dan perolehan pendapatan. Dalam komponen ini, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu bagian dari model pembangunan manusia.

2. Peningkatan akses dan kesetaraan memperoleh peluang-peluang ekonomi dan politik. Dengan kata lain, penghapusan segala bentuk hambatan ekonomi dan politik yang merintangi setiap individu untuk berpartisipasi sekaligus memperoleh manfaat dari peluang-peluang tersebut.

3. Adanya aspek keberlanjutan (sustainability), yakni bahwa peluang-peluang yang disediakan kepada setiap individu saat ini dapat dipastikan tersedia juga bagi generasi yang akan datang, terutama, daya dukung lingkungan atau modal alam dan „ruang‟ kebebasan manusia untuk berkreasi.

4. Pembangunan tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat. Artinya, masyarakat terlibat penuh dalam setiap keputusan dan proses-proses pembangunan, bukan sekedar obyek pembangunan, dengan kata lain adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut, penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Produktivitas

Penduduk harus mampu meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua


(42)

14

hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dari proses pembangunan.

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menurut RPJMN untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja berketrampilan dan berpendidikan tinggi, dengan strategi pengembangan, yaitu:

1. Meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja. 2. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan produktivitas angkatan kerja dan mengembangkan ekonomi lokal.

Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk yang dilakukan dengan menitikberatkan pada pembangunan SDM secara fisik dan mental. Azas pemerataan yang merupakan salah satu dasar trilogi pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan. Azas pemerataan merupakan salah satu prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi jalur pemerataan, kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk perlu dilakukan oleh pemerintah melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan dasar.

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam kaitan ini, UNDP melihat pembangunan manusia sebagai


(43)

15

semacam “model” pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh penduduk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.

b. Untuk penduduk; berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan (pertumbuhan ekonomi dalam negeri);

c. Oleh penduduk; berupa upaya untuk memperkuat (empowerment) penduduk dalam menentukan harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan.

Selain pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di dunia. HDI juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah suatu negara adalah negara maju, negara berkembang atau terbelakang. Indeks HDI pada tahun 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India, Amartya Send an Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London Scholl of Economic dan sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. HDI digambarkan sebagai “pengukuran vulgar” oleh Amartya Sen karena batasannya, dimana indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lebih rinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

HDI mengukur pencapaian rata-rata negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia:

1 Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran

2 Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua pertiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan atas/gross enrolment ratio (bobot satu per tiga).

3 Standar kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita, produk domestic bruto dalam paritas kekuatan beli/purchasing power parity.


(44)

16

Nilai IPM berkisar antara 0 – 100. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Karena hanya mencakup tiga komponen utama, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia.

Kaitannya dengan capaian pembangunan yang komprehensif yang mampu mengakomodir konsep pembangunan manusia secara lebih luas, United Nations

Development Programme (UNDP) sejak 1990 telah menggunakan indeks

pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara atau wilayah dalam pembangunan manusia. Dimensi pembangunan manusia menjadi sangat penting sehingga diperlukan kemauan dan komitmen yang kuat dari penyusun kebijakan dan para pelaku pembangunan. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.

Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) sejak tahun 1990 telah mengeluarkan secara berkala IPM sebagai ukuran kuantitatif tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indeks ini merupakan teknik komposit terhadap beberapa indikator tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Secara umum IPM merupakan salah satu instrument untuk mengetahui pencapaian pembangunan manusia suatu negara karena dalam batas-batas tertentu IPM mewakili tujuan dari pembangunan manusia. Hal ini sejajar dengan pemahaman yang telah dikemukakan oleh UNDP dalam Laporan Pembangunan Manusia Tahun 1990, bahwa tujuan mendasar dari pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat hidup lebih panjang, lebih sehat serta memiliki kreativitas untuk mengaktualisasikan gagasan. Pernyataan ini sejalan dengan yang pernah dikemukakan oleh Sen (2000), bahwa dengan menempatkan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir dari proses pembangunan diharapkan dapat menciptakan peluang-peluang yang secara langsung menyumbang upaya memperluas dan meningkatkan kemampuan


(45)

17

manusia dan kualitas kehidupan mereka, antara lain melalui peningkatan layanan kesehatan, pendidikan dasar dan jaminan sosial, khususnya bagi warga miskin. Diantara beberapa pengertian pembangunan manusia di atas, dapat ditarik benang merah kesamaan, bahwa “Pembangunan Manusia” adalah upaya meningkatkan kemampuan manusia terutama melalui peningkatan taraf kesehatan dan pendidikan, sehingga membuat manusia menjadi lebih sehat, kreatif dan lebih produktif sehingga memungkinkan untuk meraih peluang-peluang yang tersedia bagi dirinya masing-masing dalam kelangsungan hidupnya untuk mendapatkan penghasilan yang layak.

2.2.1 Komponen-Komponen IPM

2.2.1.1 Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup (IHH) menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel (e₀) diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya (BPS, 2009).

2.2.1.2 Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf/ Adult Literacy Rate Index(Lit) dan rata-rata lama sekolah/ Mean

Years Of Schooling Index (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk usia

15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan


(46)

18

kondisi sebenarnya. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

2.2.1.3 Standar Hidup Layak

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak. Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real per capita expenditure) atau daya beli yang disesuaikan (purchasing power parity).

Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi/kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan

concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk, BPS memakai data rata-rata

konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity)

2.2.2 Tahapan Penghitungan IPM

Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (e°), pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:


(47)

19

dimana

X(i) = indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3) Xmaks = nilai maksimum Xi

Xmin = nilai minimum Xi

Persamaan di atas akan menghasilkan nilai 0 ≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga nilainya menjadi 0 ≤ Xi ≤ 100. Indikator yang digunakan sebagai ukuran nilai maksimum dan minimum dari setiap faktor adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator IPM

Indikator Nilai Maksimum Nilai Minimum Keterangan

AngkaHarapanHidup/ AHH (thn)

85 25 UNDP

Angka Melek Huruf/AMH (%)

100 0 UNDP

Rata-rata lama sekolah (thn)

15 0 UNDP

Konsumsi riil per kapita 732.720 300.000 UNDP

(disesuaikan) Sumber: UNDP

Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis:

IPM= 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] (2.2)

dimana:

X1 = indeks harapan hidup X2 = indeks pendidikan

= {2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)} X3 = indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan


(48)

20

Secara singkat konsep IPM dapat digambarkan sebagai berikut:

IPM Dimensi Umur Panjang

dan Hidup Sehat

Pengetahuan Standar

Kehidupan Layak Indikator HarapanHidup

saat lahir Tingkat Melek Huruf (Lit) Rata-rata lama sekolah (MYS) Pengeluaran riil per kapita (PPP rupiah) Dimension Indeks Indeks Harapan Hidup Indeks Pendapatan Indeks Pendidikan

Indeks Pembangunan Manusia Sumber: BPS,2010

Gambar 2.1 Alur Konsep IPM 2.3. Wilayah Perbatasan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, Kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang merupakan bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain . Wilayah negara ini meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 16 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil.


(49)

21

Wilayah perbatasan menurut buku utama rencana induk pengelolaan perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara lain, dan batas-batas wilayahnya ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wilayah perbatasan di Indonesia secara umum dicirikan antara lain oleh: (1) letak geografisnya berbatasan langsung dengan negara lain, bias propvinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan yang memiliki bagian wilayah yang langsung bersinggungan dengan garis batas negara. (2) kawasan perbatasan umumnya masih relatif terpencil, miskin, kurang sarana dan prasarana dasar sosial dan ekonomi, serta (3) kondisi pertumbuhan ekonominya relatif lambat dibandingkan wilayah lain.

Selama ini pendekatan perencanaan pengembangan kawasan perbatasan lebih banyak ditekankan pada pendekatan keamanan (security approach). Namun seiring dengan perkembangan kajian-kajian tentang kawasan perbatasan bahwa, kawasan perbatasan darat dan laut antar negara merupakan kawasan yang masih rentan terhadap infiltrasi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya dari negara lain. Di sisi lain, kawasan perbatasan antar negara masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sangat mendasar seperti rendahnya kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, serta minimnya infrastruktur di sektor perhubungan dan sarana kebutuhan dasar masyarakat. Ketertinggalan pembangunan kawasan perbatasan baik darat maupun laut dengan negara tetangga secara sosial maupun ekonomi dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis untuk jangka panjang.

Upaya pembangunan wilayah perbatasan merupakan amanah UUD 1945 Indonesia masih mengalami kendala sosial, ekonomi, budaya dan keterbatasan daya dukung di wilayah yang dihuninya. Menurut Bappenas (2004), sebagaimana pelaksanaan pembangunan pada wilayah-wilayah lain relatif masih tertinggal, pembangunan wilayah perbatasan menganut pendekatan, antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia (basic need approach), yaitu kecukupan konsumsi pangan, sandang dan perumahan yang layak huni.

2. Pemenuhan akses standar terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur mobilitas warga.


(50)

22

3. Peningkatan partisipasi dan akuntabilitas publik dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pembangunan untuk kepentingan masyarakat.

Selain tiga pendekatan yang secara umum diterapkan dalam setiap program pembangunan, hal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah konteks sosial budaya, adat istiadat, kondisi geografis dan keunikan komunitas dan kewilayahan yang dimiliki oleh wilayah perbatasan (Bappenas, 2004). Lebih khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ditekankan pada tiga aspek utama sebagaimana ciri-ciri kawasan perbatasan, yaitu:

1. Aspek Demarkasi dan Delimitasi Garis Batas

Penetapan batas wilayah negara (demarkasi dan delimitasi) dilakukan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah negara.Upaya ini membutuhkan dukungan, seperti survei dan pemetaan wilayah perbatasan, penamaan (toponim) pulau, border diplomacy, hingga pengakuan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Pada dasarnya penetapan batas negara harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bilateral/multilateral dan bukan bersifat unilateral. 2. Aspek Politik, Hukum dan Keamanan.

Tingginya potensi kerawanan di perbatasan menyebabkan perlunya perhatian khusus terhadap wilayah ini dalam hal peningkatan kesadaran politik, penegakan hukum, serta peningkatan upaya keamanan.

3. Aspek Kesejahteraan, Sarana dan Prasarana

Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan Negara. Namun pembangunan di beberapa wilayah perbatasan masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga, terutama wilayah yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura. Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara secara tegas membagi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan


(51)

23

pemerintah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan daerah perbatasan. Kewenangan Pemerintah Pusat antara lain :

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan;

b. Mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan hukum internasional;

c. Membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara;

d. Melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur geografis lainnya;

e. Memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;

f. Memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan;

g. Melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan perundangan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam wilayah negara atau laut teritorial;

h. Menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan internasional untuk pertahanan dan keamanan;

i. Membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali; dan

j. Menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara serta Kawasan Perbatasan.

Kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu :

a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan;

b. Melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan;

c. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah dan/atau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga; dan


(52)

24

d. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain :

a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan;

b. Menjaga dan memelihara tanda batas;

c. Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan di Kawasan Perbatasan di wilayahnya; dan

d. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah dan/atau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga.

Dalam rangka melaksanakan kewenangannya tersebut, baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan. Selain pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, Undang-undang ini juga mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola Perbatasan yang bertugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengkoordinasikan pelaksanaan dan melaksanakan evaluasi serta pengawasan.

2.4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi penduduk bertambah. Dalam tingkat negara seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri diukur secara agregat dalam bentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Seluruh barang dan jasa yang diproduksi dikonversi dalam bentuk mata uang negara yang bersangkutan agar dapat diagregasikan. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari perubahan peningkatan PDB riil pada periode tertentu. Pada tingkat rumah tangga ataupun individu pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari peningkatan pendapatan rumah tangga atau pendapatan perkapita. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat didekati dengan ukuran peningkatan PDB atau peningkatan pendapatan perkapita.


(53)

25

Todaro dan Smith (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Adatiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu:

1. Akumulasi modal. “meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang berwujud tanah, peralatan fisik,dan sumber daya manusia. Akumulasi modal akan terjadi jika sebagian dari pendapatan sekarang ditabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai investasi infrastruktur (jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi) demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi‟.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. “Secara tradisional pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya”.

3. Kemajuan teknologi.”Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara -cara baru dan -cara--cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional”.

2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

Myrdal (1971), mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari sebuah sistem sosial. Sedangkan menurut Todaro dan Smith, 2006, menekankan 3 nilai dasar pembangunan, yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningktan standar hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu. Sehingga dapat diketahui mengenai strategi kebutuhan pokok, agar sekelompok sosial yang lemah mendapatkan manfaat dari setiap program pembangunan. Konsep kebutuhan pokok harus dipandang sebagai dasar utama dalam strategi pembangunan ekonomi dan sosial.


(54)

26

Midgley (1995), menjelaskan bahwa pembangunan sosial merupakan pendekatan pembangunan yang secara eksplisit mengintegrasikan proses pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah bermakna kecuali diikuti dengan peningkatan kesejahteraan sosial dari populasi sebagai suatu kesatuan. Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan syarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja.

Van den Berg (2001) menggambarkan hubungan antara pendapatan (GDP per kapita) dengan HDI (sebagai ukuran kesejahteraan) seperti terlihat pada gambar 2.2. Peningkatan real GDP per kapita akan berpengaruh besar terhadap peningkatan HDI untuk negara dengan tingkat real GDP per kapita rendah. UNDP memberi batasan dengan tingkat rata-rata output per kapita dunia ($ 5.000). Setelah tahun 1999, pendapat tersebut dimodifikasi menjadi lighty curve dengan asumsi semakin tinggi GDP per kapita, maka efek untuk setiap pertumbuhan GDP per kapita terhadap HDI akan menurun (diminishing return of per capita GDP). Hal ini didasarkan atas teori Amartya Sen, bahwa peningkatan GDP per kapita bukan hanya meningkatkan ketersediaan barang dan jaa, tetapi juga kemudahan dalam menentukan pilihan peendidikan, economic freedom, kebebasan dan kesehatan.

Sumber: Van den Berg (2001)

Gambar 2.2 Hubungan GDP dengan HDI

Welfare (HDI)

Sebelum tahun 1999 Setelah tahun 1999


(1)

Lampiran 8. Hasil Uji Random Effect Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

Dependent Variable: IPM

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Sample: 2007 2010 (4 tahun)

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 64

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(KAP) 0.718332 0.459107 1.564627 0.1235

MISKIN -0.145492 0.019035 -7.643509 0.0000 LOG(B_KES) -0.408023 0.330646 -1.234018 0.2225 LOG(B_PEN) 0.164494 0.110861 1.483791 0.1437

JALAN 3.890702 1.358895 2.863136 0.0060

GR_SD -0.013461 0.004395 -3.062533 0.0034

GR_SLTP 0.012839 0.013127 0.978076 0.3324

DOKTER -0.016931 0.073071 -0.231708 0.8176

TPT 0.092299 0.046327 1.992335 0.0514

C 67.50707 2.206195 30.59888 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 4.695607 0.9951

Idiosyncratic random 0.328611 0.0049

Weighted Statistics

R-squared 0.692552 Mean dependent var 2.306825 Adjusted R-squared 0.641311 S.D. dependent var 0.601352 S.E. of regression 0.360154 Sum squared resid 7.004390 F-statistic 13.51549 Durbin-Watson stat 1.332098 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.331917 Mean dependent var 65.96594 Sum squared resid 2252.907 Durbin-Watson stat 0.004142


(2)

Lampiran 9. Hasil Pengujian antara Fixed Effect dengan Random Effect (Uji Hausman) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

H0 : Model Random Effect lebih baik daripada Fixed Effect

H1 : Model Fixed Effect lebih baik daripada Random Effect

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Uji Hausman

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 19.864276 9 0.0188

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LOG(KAP) 0.644936 0.718332 0.011295 0.4898

MISKIN -0.139044 -0.145492 0.000007 0.0149

LOG(B_KES) -0.395827 -0.408023 0.000399 0.5415

LOG(B_PEN) 0.172403 0.164494 0.000027 0.1288

JALAN 3.423852 3.890702 0.048250 0.0336

GR_SD -0.012546 -0.013461 0.000000 0.0011

GR_SLTP 0.013327 0.012839 0.000000 0.4156

DOKTER -0.023870 -0.016931 0.000028 0.1907

TPT 0.070759 0.092299 0.000058 0.0045

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: IPM

Method: Panel Least Squares Sample: 2007 2010

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 64

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 67.56312 1.885381 35.83525 0.0000

LOG(KAP) 0.644936 0.471248 1.368571 0.1790

MISKIN -0.139044 0.019218 -7.235091 0.0000

LOG(B_KES) -0.395827 0.331249 -1.194952 0.2393

LOG(B_PEN) 0.172403 0.110983 1.553414 0.1284

JALAN 3.423852 1.376534 2.487299 0.0173

GR_SD -0.012546 0.004404 -2.848587 0.0070

GR_SLTP 0.013327 0.013141 1.014174 0.3168

DOKTER -0.023870 0.073263 -0.325808 0.7463

TPT 0.070759 0.046945 1.507267 0.1398

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)


(3)

Adjusted R-squared 0.997983 S.D. dependent var 7.316209

S.E. of regression 0.328611 Akaike info criterion 0.898046

Sum squared resid 4.211428 Schwarz criterion 1.741359

Log likelihood -3.737463 Hannan-Quinn criter. 1.230270

F-statistic 1299.553 Durbin-Watson stat 2.061384

Karena nilai probabilitas Chi-Square berdasarkan hasil etimasi diperoleh nilai sebesar 0,0188 yang berarti cukup bukti untuk menolak H0.


(4)

Lampiran 10. Hasil Uji Fixed Effect dengan Cross Section Weights Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

FEM Cross Section Weights

Dependent Variable: IPM

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Sample: 2007 2010

Periods included: 4

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 64

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(KAP) 0.663025 0.387178 1.712454 0.0948

MISKIN -0.151002 0.017603 -8.578273 0.0000

LOG(B_KES) -0.481910 0.269892 -1.785568 0.0819

LOG(B_PEN) 0.148092 0.079741 1.857169 0.0709

JALAN 3.058979 0.704071 4.344700 0.0001

GR_SD -0.010218 0.006179 -1.653733 0.1062

GR_SLTP 0.008780 0.009985 0.879335 0.3846

DOKTER -0.031948 0.023763 -1.344428 0.1866

TPT 0.048611 0.039915 1.217868 0.2306

C 68.39521 1.647925 41.50384 0.0000

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.999444 Mean dependent var 97.22667 Adjusted R-squared 0.999101 S.D. dependent var 83.32401 S.E. of regression 0.313805 Sum squared resid 3.840469 F-statistic 2918.819 Durbin-Watson stat 2.291693

Unweighted Statistics

R-squared 0.998698 Mean dependent var 65.96594 Sum squared resid 4.391964 Durbin-Watson stat 2.040826


(5)

Lampiran 11. Hasil uji multikolinieritas Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia 2007 - 2010

KAP MISKIN B_KES B_PEN JALAN TPT DOKTER GR_SD GR_SLTP

KAP 1.000000 -0.297128 0.101718 -0.162556 -0.046619 0.631343 0.265487 0.035545 -0.040683 MISKIN -0.297128 1.000000 -0.336928 -0.377692 0.010233 -0.098989 -0.028819 0.063363 0.062522 B_KES 0.101718 -0.336928 1.000000 0.369870 -0.390611 -0.175004 -0.081152 0.131707 -0.028256 B_PEN -0.162556 -0.377692 0.369870 1.000000 0.063425 -0.028069 0.005973 0.120524 -0.043189 JALAN -0.046619 0.010233 -0.390611 0.063425 1.000000 0.401013 0.218249 -0.081774 0.032819 TPT 0.631343 -0.098989 -0.175004 -0.028069 0.401013 1.000000 0.420195 0.176033 -0.072490 DOKTER 0.265487 -0.028819 -0.081152 0.005973 0.218249 0.420195 1.000000 0.001625 -0.135082 GR_SD 0.035545 0.063363 0.131707 0.120524 -0.081774 0.176033 0.001625 1.000000 0.351900 GR_SLTP -0.040683 0.062522 -0.028256 -0.043189 0.032819 -0.072490 -0.135082 0.351900 1.000000


(6)

Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas error term Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

Berdasarkan nilai probabilitas Jarque Bera yang lebih besar dari taraf nyata 5%, maka dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi dengan normal. 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

Series: Standardized Residuals Sample 2007 2010

Observations 64 Mean -8.68e-15 Median 0.482874 Maximum 6.414276 Minimum -9.407377 Std. Dev. 4.004148 Skewness -0.430588 Kurtosis 2.292769 Jarque-Bera 3.311467 Probability 0.190952