Teori Perdagangan Internasional Tinjauan Teori dan Konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Salvatore 1997 perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional yang lebih bersifat mikroekonomi yang melihat hubungan antara masing–masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal dan berhubungan dengan harga relatif atau komoditi. Suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain karena dua alasan. Pertama, karena setiap negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya. Kedua, karena negara-negara yang berdagang bermaksud untuk mencapai skala ekonomis economics of scale. Perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya memberi peluang bagi terjadinya perdagangan antar negara dan masing-masing memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan Krugman dan Obsvelt, 2000. Perdagangan internasional merupakan dasar dari aktivitas perekonomian dimana terjadi perpindahan secara fisik ataupun non fisik dari satu negara ke negara lainnya. Perdagangan bisa menjadi faktor yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena dengan perdagangan dapat meningkatkan kapasitas ekonomi suatu negara, menjadi akses ke sumberdaya yang tidak dimiliki dan pasar internasional yang potensial untuk berbagai komoditas ekspor. Menurut Todaro dan Smith 2003 jika negara miskin tidak memiliki suatu sumberdaya maka dengan adanya perdagangan ini mereka dapat melakukan kegiatan kehidupan perekonomiannya. Hal ini sependapat dengan Jhingan 2000 Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. Awal kegiatan perdagangan internasional adalah zaman merkantilisme, dasar dari aliran merkantilisme, walaupun suatu negara memiliki segala sumber daya alam dan mampu membeli barang dari negara lain namun hal tersebut sifatnya dinamis dan tidak bisa dijadikan pedoman. Menurut Salvatore 1997 satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit impor, pada zaman merkantilisme banyak kalangan yang menerapkan hal itu. Zaman merkantilisme mengukur kesejahteraan nasional suatu negara diukur dengan stok emas dan perak yang dimiliki. Kebijakan ini dinamakan kebijakan bullionisme, dalam bullionisme terdapat aktivitas mendorong impor logam mulia dan melarang ekspor logam mulia. Sehingga pada akhirnya kebijakan ini menjadi aturan dalam perdagangan internasional yang bertujuan untuk mendapatkan logam mulia. Dalam perekonomian terbuka, output yang diproduksi oleh suatu negara sebagian dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri dan sebagian lain dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri. Tindakan mengekspor barang ke luar negeri merupakan injeksi terhadap aliran pendapatan. Di sisi lain, pengeluaran masyarakat sebagian untuk membeli produk dalam negeri dan selebihnya untuk mengkonsumsi impor barang luar negeri. Besar kecilnya ekspor X tergantung pada harga dalam negeri P, nilai tukar e dan pendapatan luar negeri Yf: X = X P, e, Yf ......................................................................................................1 dimana : X’P 0 ; X’e 0 dan X’Yf 0 Sementara impor M merupakan fungsi dari harga dalam negeri P dan nilai ukar e serta pendapatan dalam negeri Y sehingga: M = M Y, P, e ......................................................................................................2 dimana M’Y 0 ; M’P 0 dan M’e 0 Selisih antar nilai ekspor dan impor mencerminkan nilai ekspor bersih nett export . Nilai kurs pada persamaan ekspor dan impor tersebut menggunakan kurs nominal Dengan memperhitungkan nilai kurs riil ke dalam persamaan ekspor dan impor maka fungsi ekspor bersih adalah sebagai berikut: NX = NX Y, Yf, R ................................................................................................3 dimana NX’Y 0 ; NXYf 0 dan NX’R 0 NX : ekspor netto Y : pendapatan dalam negeri Yf : pendapatan luar negeri R : nilai kurs riil Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap, maka kenaikan pendapatan luar negeri Yf akan mendorong permintaan luar negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor negara mitra dagangnya. Depresiasi riil yang dilakukan oleh suatu negara akan mengubah harga relatif dan menyebabkan harga dalam negeri relatif lebih murah terhadap produk luar negeri sehingga akan mendorong ekspor dan mengurangi dorongan impor. Kenaikan pendapatan dalam negeri Y akan meningkatkan pengeluaran impor Dornbusch dan Fisher, 2000 . Adam Smith dalam Keunggulan komparatif dikembangkan pertama kali oleh David Ricardo, dan dikembangkan oleh Heckscher dan Ohlin. Menurut Heckscher dan Ohlin Salvatore 1997 menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut absolute advantage, jika suatu negara lebih efisien daripada atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain untuk suatu komoditas, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam komoditas lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing–masing melakukan spesialisasi dalam suatu komoditas yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditas lain yang memiliki kerugian absolut. Selain itu ada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. dalam Secara keseluruhan terdapat tiga implikasi dari konsep keunggulan komparatif dalam perdagangan internasional. Pertama, bahwa pasar dunia memberikan kesempatan pada suatu negara untuk membeli komoditas pada tingkat harga yang lebih murah sehingga negara tersebut dapat meningkatkan pendapatannya dibandingkan komoditas di dalam negeri tanpa terjadi perdagangan. Kedua, jika suatu negara kurang mampu menguasai akses perdagangan, maka tetap akan memperoleh manfaat potensial dari adanya perdagangan meskipun negara lain akan memperoleh manfaat juga. Ketiga, suatu negara akan memperoleh manfaat lebih besar dari perdagangan dengan Salvatore 1997 menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditas yang lebih banyak menyerap sumberdaya yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditas yang memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. mengekspor komoditas dengan sumberdaya yang melimpah yang dipunyai dan mengimpor komoditas dengan kelangkaan sumberdaya. Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari keseimbangan parsial. Panel A memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P 1 . Negara 2 akan berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P 3 . Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antaara P 1 dan P 3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Apabila harga yang berlaku di atas P 1 , maka negara 1 akan memasok atau penawaran komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan konsumsi domestik. Kelebihan penawaran itu selanjutnya akan diekspor lihat panel A ke negara 2. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 , maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada penawaran domestiknya. Hal ini akan E PxPy P 2 B A D x S x P 1 Ekspor X X X A B E D S PxPy PxPy A’ E B’ P 3 D x S x Impor Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional P 3 A Sumber: Salvatore 1997 Z Panel A Pasar di Negara 1 untuk komoditi X Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X Panel C Pasar di Negara 2 untuk Komoditi X X mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari negara 1 lihat panel C. Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X Panel A karena PxPy lebih besar dari P 1 , sehingga kurva penawaran ekspornya atau S mengalami peningkatan Panel B. Dilain pihak, karena PxPy lebih rendah dari P 3 , maka negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk momoditi X Panel C dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2 terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan Panel B. Panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P 2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1. P 2 merupakan PxPy atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika PxPy lebih besar dari P 2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau PxPy, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P 2 . Sebaliknya jika PxPy lebih kecil daripada P 2 , maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikkan PxPy sehingga akan sama dengan P 2 Keunggulan–keunggulan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan ekspor. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan Jhingan, 2000. Selain itu, Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki Todaro dan Smith, 2003. . Titik Z adalah titik pertemuan antara jumlah barang yang diekspor dan jumlah barang yang diimpor, atau jumlah barang yang diperjual-belikan dalam perdagangan internasional.

2.1.2 Komoditas Unggulan