Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Batiz 1994, ekspor dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan riel negara pengimpor, dimana dapat dirumuskan dalam persamaan berikut ini: X = X q, Yd.........................................................................................................4 dimana X adalah kuantitas ekspor negara d, q adalah harga relatif rasio antara harga barang di negara D terhadap harga barang di negara C, dan Yd adalah pendapatan negara d. Apabila diasumsikan harga suatu barang di negara C dan D adalah sama, peningkatan harga barang di negara C, akan menyebabkan konsumen di negara C mengalihkan pembelian barangnya ke negara D dengan cara mengimpor, ini akan menyebabkan peningkatan ekspor negara D. Dengan demikian terdapat hubungan terbalik antara ekspor negara D dengan harga relatif q. Sementara itu, apabila pendapatan negara C meningkat, ceteris paribus, maka tambahan peningkatan pendapatannya akan dialihkan untuk pembelian barang- barang dari negara D melalui impor, ini berarti variabel Yc berbanding lurus dengan ekspor negara D. Hal ini sependapat dengan Goswami dan Kazi 2010, bahwa permintaan ekspor merupakan hubungan antara harga dan pendapatan. Menurut Tinbergen 1962 jika ingin mengukur arus uang seperti nilai ekspor dan impor maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Menurut Kalbasi 2001, GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi negara tersebut, sementara GDP negara importir untuk mengukur kapasitas absorsi. Kedua variabel tersebut diperkirakan mempunyai hubungan positif dengan perdagangan. Pendapatan per kapita menunjukkan daya beli setiap individu di dalam suatu wilayah. Hoftyzer 1984 melakukan penelitian semakin rendah tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah, maka perdagangan juga akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah nilai tukar. Nilai tukar adalah mata uang asing atau alat pembayaran yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral Putong, 2003. Menurut Mankiw 2008 kurs terbagi menjadi dua macam yaitu 1 kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara; dan 2 kurs rill real exchange D D ’ S rate adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Pengaruh permintaan barang terhadap kurs nominal disebut sebagai apresiasi atau depresiasi. Gambar 4 Kurs Nominal Sumber: Mankiw 2008 Jika D bergeser ke kanan yang berarti permintaan dolar meningkat menyebabkan kurs nominal meningkatkan keadaan ini dikenal sebagai apresiasi dari dolar. Sebaliknya jika D 1. Tabungan dan investasi berada dalam perekonomian terbuka kecil; bergeser ke kiri yang berarti permintaan dolar berkurang menyebabkan kurs nominal berkurang keadaan ini dikenal sebagai depresiasi dari dolar. Kurs rill menyatakan tingkat dimana barang-barang dari suatu negara dapat diperdagangkan dengan barang-barang dari negara lain. Jika kurs riil tinggi, maka barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang- barang domestik relatif lebih mahal. Secara umum kurs riil dirumuskan sebagai berikut: Kurs rill = Faktor-faktor penentu kurs riil yaitu 1 kurs riil terkait dengan ekspor neto. Jika kurs riil lebih rendah maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan barang-barang luar negeri dan ekspor neto lebih besar; dan 2. neraca perdagangan ekspor neto harus sama dengan arus modal keluar neto, yang sama dengan tabungan dikurangi investasi. Menurut Mankiw 2008, dampak kebijakan perdagangan terhadap kurs riil dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya: e e 1 e Di perekonomian tertutup, suku bunga r menyeimbangkan tabungan S dan investasi I. Di perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga ditentukan pasar keuangan dunia. Selisih antara tabungan dan investasi menentukan neraca perdagangan. Di kasus ini, karena r diatas r tertutup dan S melebihi I, maka terdapat surplus perdagangan. Jadi, pada perdagangan berimbang, kenaikan tingkat bunga dunia karena ekspansi fiskal luar negeri menyebabkan surplus perdagangan. Jika tingkat bunga dunia berkurang ke r ’ , maka I akan melebihi S , yang menyebabkan defisit perdagangan Gambar . Gambar 5. Tabungan dan Investasi pada perekonomian terbuka kecil 2. Ekspansi Fiskal Domestik pada perekonomian terbuka kecil; Kenaikan belanja pemerintah atau penurunan pajak mengurangi tabungan nasional dan menggeser kurva tabungan ke kiri Gambar 5. Gambar 6. Ekspansi Fiskal Domestik Pada Perekonomian Terbuka Kecil 3. Ekspansi Fiskal Luar Negeri pada perekonomian terbuka kecil; Ekspansi fiskal di perekonomian luar negeri yang cukup besar untuk mempengaruhi tabungan dan investasi dunia meningkatkan tingkat bunga dunia dari r 1 ke r 2 Gambar 6. Gambar 7. Ekspansi Fiskal Luar Negeri Pada Perekonomian Terbuka Kecil 4. Pergeseran kurva investasi pada perekonomian terbuka kecil Pergeseran ke kanan pada kurva investasi dari Ir 1 ke Ir 2 meningkatkan jumlah investasi pada tingkat bunga dunia r Gambar 7. Gambar 8. Pergeseran Kurva Investasi Pada Perekonomian Terbuka Kecil Nilai tukar merupakan faktor tambahan yang secara eksplisit turut mempengaruhi perilaku ekspor dalam satu dekade terakhir Rajan, 2001. Hal ini dipertegas oleh Krugman dan Obstfeld 2000, untuk komoditi yang kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangkan permintaan dan penawaran asing ekspor akan bergantung pada harga dalam mata uang asing. Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah populasi, menurut Rahardja dan Manurung 2008, jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang Kenaikan jumlah penduduk diasumsikan akan sejalan dengan kenaikan jumlah konsumen di pasar dan sekaligus akan menyebabkan kenaikan permintaan dan kecenderungan harga juga akan naik sehingga kurva permintaan akan bergeser kekanan atas. Penurunan jumlah penduduk atau jumlah konsumen akan menyebabkan hal sebaliknya, yaitu penurunan permintaan. Populasi digunakan untuk mengukur ukuran negara. Suatu negara yang memiliki ukuran lebih besar menunjukkan bahwa negara tersebut mempunyai produksi yang lebih beragam dan cenderung untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, namun besarnya populasi dapat juga dianggap sebagai potensi pasar yang besar, sehingga besarnya populasi diperkirakan mempunyai hubungan dua arah, baik positif maupun negatif dengan perdagangan. Faktor lain yang mempengaruhi nilai ekspor adalah jarak antar negara, dikarenakan semakin jauh jarak antar negara maka akan semakin tinggi pula biaya transportasinya, hal ini dijelaskan pula oleh Roberts 2004 nilai ekspor yang menjadi komoditas ditentukan oleh transportation cost yang dalam hal ini didekati dengan menggunakan jarak relatif dari negara eksportir ke negara importir. Hal ini sependapat dengan Krugman 1991 jarak dua mitra dagang menjadi determinan penting pola perdagangan secara geografis. Dalam penelitian ini jarak yang digunakan adalah perbandingan antara jarak antara Indonesia dan negara importir dengan share gdp negara importir, perhitungan ini sering disebut sebagai Ecodistance. Diperkirakan ecodistance memiliki hubungan negatif dengan ekspor.

2.2 Penelitian Terdahulu