BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang
dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antara variabel-variabel yang
bersangkutan kemudian mencoba untuk dianalisis. Apabila dilihat dari pendekatan menurut timbulnya variable maka penelitian ini termasuk penelitian yang
menggunakan pendekatan non eksperimen, sehubungan dengan pendekatan jenis ini, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian causal effect, yaitu penelitian yang
dilakukan diarahkan untuk memperoleh fakta – fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual tentang determinan dan ilusi fiskal
kinerja keuangan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada KabupatenKota se-Sumatera Utara. Penelitian direncanakan akan dilakukan terhitung sejak bulan Juni 2011 sampai dengan
September 2011.
60
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan
pada masalah populasi dan sampel, karena populasi dan sampel penelitian merupakan sumber data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi paling
sedikit mempunyai sifat yang sama. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KabupatenKota se-Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
33 KabupatenKota.
4.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sample yaitu pengambilan sampel
yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Laporan keuangan yang disajikan KabupatenKota telah diaudit oleh BPK RI Perwakilan Medan.
2. Laporan keuangan yang tergabung dalam KabupatenKota yang telah dimekarkan, akan digunakan laporan keuangan KabupatenKota Induk.
3. Kabupatenkota menyajikan laporan keuangan yang memuat APBD 4 empat tahun berturut – turut terhitung sejak T.A. 2007– 2010.
Populasi yang memenuhi ketiga kriteria sampel di atas : Hasil pengkriteriaan sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditentukan
No. KabupatenKota Se-Sumatera Utara
Memenuhi Kriteria 1
2 3
1 Kab. Asahan
2
Kab. Dairi
3 Kab. Deli Serdang
4
Kab. Tanah Karo
5 Kab. Labuhan Batu
6
Kab. Langkat
7 Kab. Mandailing Natal
8
Kab. Nias
9 Kab. Simalungun
10
Kab. Tapanuli Selatan
11 Kab. Tapanuli Tengah
12
Kab. Tapanuli Utara
13 Kab. Toba Samosir
14
Kota Binjai
15 Kota Medan
16
Kota Pematang Siantar
17 Kota Sibolga
18
Kota Tanjung Balai
19 Kota Tebing Tinggi
20
Kota Padang Sidempuan
21 Kab. Pakpak Barat
22
Kab. Nias Selatan
23 Kab. Humbang Hasundutan
24
Kab. Serdang Bedagai
25 Kab. Samosir
26
Kab. Batu Bara -
- -
27 Kab. Padang Lawas
- -
- 28
Kab. Padang Lawas Utara -
- -
29 Kab. Labuhanbatu Selatan
- -
- 30
Kab. Labuhanbatu Utara -
- -
31 Kab. Nias Utara
- -
- 32
Kab. Nias Barat -
- -
33 Kota Gunung Sitoli
- -
-
Sumber : Badan Infokom Pempropsu 2011 Diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa KabupatenKota yang memenuhi ketiga kriteria pengambilan sampel yang ditentukan adalah 25 KabupatenKota.
4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Definisi variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifiikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut Nazir, 2003. Sebagai panduan untuk melakukan penelitian dan
dalam rangka pengujian hipotesis yang diajukan, maka perlu dikemukakan definisi variabel yang digunakan.
Penelitian ini terbagi menjadi 2 penelitian, yaitu penelitian mengenai determinan kinerja keuaangan pemerintah daerah dan penelitian mengenai deteksi
ilusi fiskal. Penelitian mengenai determinan kinerja keuangan pemerintah daerah menggunakan sistem persamaan simultan yang terdiri atas 2 persamaan struktural.
Persamaan struktural pertama menggunakan belanja daerah BD sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah Daya Pajak, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah dan Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Persamaan struktural kedua menggunakan PAD
sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah Daya Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Belanja Daerah, dan
Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Penelitian mengenai deteksi ilusi fiskal menggunakan belanja daerah sebagai variabel dependen, sedangkan variabel
independennya adalah Pendapatan perkapita, pajak daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil.
Definisi operasional dan pengukuran masing – masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan pemerintah daerah Kinerja keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat
digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Pada dasarnya kinerja keunangan pemerintah daerah menyangkut tiga
bidang analisis yang saling terikat satu sama lain, dua diantaranya adalah analisis pengeluaran, dalam hal ini diproxy melalui belanja daerah, dan
analisis penerimaan, dalam hal ini diproxy melalui pendapatan asli daerah. 2. Belanja daerah
Belanja daerah adalah realisasi belanja yang tertuang dalam APBD pemerintah provinsi yang diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Data belanja daerah yang digunakan adalah data belanja daerah pada tahun berjalan BDt
dan tahun sebelumnya BDt-1. Data belanja daerah tahun berjalan BDt digunakan pada persamaan struktural pertama dan deteksi ilusi fiskal,
sedangkan data belanja daerah tahun sebelumnya BDt-1 digunakan pada persamaan struktural kedua. Satuan hitung untuk variable belanja daerah
adalah milyar rupiah.
3. Pendapatan Asli Daerah PAD Pendapatan asli daerah PAD adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha
pemerintah daerah provinsi untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun
pembangunannya. Komponen dalam PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang
disahkan. Data PAD yang digunakan adalah data PAD pada tahun berjalan PADt dan tahun sebelumnya PADt-1. Data PAD tahun berjalan PADt
digunakan pada persamaan structural kedua, sedangkan data PAD tahun sebelumnya PADt-1 digunakan pada persamaan struktural pertama. Variabel
PAD dalam penelitian ini menggunakan satuan milyar rupiah. 4. Dana Alokasi Umum DAU
Dana alokasi umum DAU adalah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup kesenjangan fiskal
fiscal gap dan pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian pemerintah daerah menjalankan fungsi dan tugasnya
melayani masyarakat. Data DAU yang digunakan adalah data DAU tahun pertama sebelum tahun berjalan DAUt-1. Satuan hitung DAU untuk
penelitian ini adalah milyar rupiah.
5. Dana Alokasi Khusus DAK Dana alokasi khusus hádala dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 23. Data DAK yang digunakan adalah data DAK tahun pertama sebelum tahun berjalan
DAKt-1. Satuan hitung DAU untuk penelitian ini adalah milyar rupiah. 6. Dana Bagi Hasil DBH
Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi hasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Data DBH
yang digunakan adalah data DBH tahun pertama sebelum tahun anggaran berjalan DBHt-1. Satuan hitung DBH dalam penelitian ini adalah milyar
rupiah. 7. Lain – lain pendapatan daerah yang sah LPDS
Lain – lain pendapatan daerah yang sah LPDS adalah pendapatan daerah yang terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana Darurat. Data LPDS
yang digunakan adalah data LPDS tahun pertama sebelum tahun anggaran berjalan LPDSt-1. Satuan hitung LPDS dalam penelitian ini adalah milyar
rupiah.
8. Daya Pajak Devas dalam Handayani, 2009 menyatakan bahwa upaya pengumpulan
pajak adalah perbandingan penerimaan pajak dibagi dengan kemampuan bayar pajak. Kemampuan bayar pajak secara keseluruhan dapat berupa
Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Data daya pajak daerah yang digunakan adalah data pajak daerah tahun pertama sebelum tahun anggaran
berjalan DPt-1. Satuan hitung daya pajak daerah dalam penelitian ini adalah satuan persen.
9. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan data statistik yang
merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di wilayah provinsi pada satu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, dengan satuan hitung juta rupiah.
10. Pajak Daerah Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah provinsi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air; bea balik nama kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air; pajak bahan bakar kendaraan bermotor; pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
Satuan hitung pajak daerah dalam penelitian ini adalah milyar rupiah.
11. Herfindahl Concentration Taxes HCT Herfindahl Concentration Taxes HCT terdiri dari beberapa kategori pajak
yang bervariasi seperti: pajak sektor personal, pajak perusahaan, peneriman pajak bukan dari penduduk dan beberapa pajak dengan kriteria khusus. Dalam
penelitian ini variabel HCT diproksi dengan rasio antara retribusi daerah dengan total penerimaan retribusi provinsi. Penggunaan retribusi dalam proksi
HCT mengingat retribusi daerah merupakan komponen terbesar PAD, selain pajak daerah. Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan
sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah provinsi secara langsung dan nyata kepada pembayar. Satuan hitung
HCT untuk penelitian ini dinyatakan dalam satuan persen. Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi kesepuluh variabel di atas dirangkum
dalam matrik berikut ini.
Tabel 4.2. Matriks Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Penelitian Nama
Variabel Definisi
Parameter
Skala Ukur
Belanja daerah
Realisasi belanja yang tertuang dalam APBD pemerintah provinsi yang diarahkan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Realisasi tahun berjalan t dan tahun
sebelumnya t-1 Rasio
Pendapatan Asli Daerah
PAD Penerimaan daerah dari berbagai usaha
pemerintah daerah provinsi untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah
yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya. Komponen
dalam PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan
lain-lain pendapatan daerah yang disahkan. Realisasi tahun berjalan
t dan tahun sebelumnya t-1
Rasio
Dana Alokasi Umum
DAU Transfer dana dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup kesenjangan fiskal fiscal gap dan
Realisasi tahun sebelumnya t-1
Rasio
pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian
pemerintah daerah menjalankan fungsi dan tugasnya melayani masyarakat.
Dana Alokasi Khusus
DAK Dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional UU Nomor 33
Tahun 2004 Pasal 1 ayat 23. Realisasi tahun
sebelumnya t-1 Rasio
Dana Bagi Hasil DBH
Dana yang bersumber dari APBN yang dibagi hasilkan kepada daerah berdasarkan angka
persentase tertentu. Realisasi tahun
sebelumnya t-1 Rasio
Lain – lain pendapatan
daerah yang sah LPDS
Pendapatan daerah yang disahkan yang terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana
Darurat. Realisasi tahun
sebelumnya t-1 Rasio
Daya Pajak DP
Perbandingan penerimaan pajak dibagi dengan kemampuan bayar pajak. Kemampuan bayar
pajak secara keseluruhan dapat berupa Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
100 x
PDRB Daerah
Pajak
Rasio Produk
Domestik Regional
Bruto PDRB
Data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di
wilayah provinsi pada satu periode tertentu. Realisasi tahun
sebelumnya t-1 atas Harga konstan tahun
2000 Rasio
Pajak Daerah PD
Pungutan yang dilakukan pemerintah daerah provinsi berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air; pajak bahan bakar
kendaraan bermotor; pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan. Realisasi tahun
sebelumnya t-1 Rasio
Herfindahl Concentratio
n Taxes HCT
Beberapa kategori pajak yang bervariasi seperti: pajak sektor personal, pajak
perusahaan, peneriman pajak bukan dari penduduk dan beberapa pajak dengan kriteria
khusus. 100
Pr Re
Re x
ovinsi tribusi
Daerah tribusi
Rasio
4.5. Metode Pengumpulan Data 4.5.1. Jenis dan Sumber Data