4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan pendekatan nilai Durbin Watson DW. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
sebagaimana terlihat pada Lampiran 8.1. menunjukkan nilai DW
statistic
terletak diantara nilai dl-du dan 4-du4-dl atau berada di daerah no serial
autokorelasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa korelasi variabel dengan waktu yang berbeda – beda terbebas dari penyimpangan autokorelasi.
Untuk lebih jelasnya, secara grafis diilustrasikan melalui gambar berikut.
Gambar 5.13. Hasil Uji Autokorelasi Ilusi Fiskal
Sumber : Lampiran 8.1. Diolah
5.1.4.2. Model Analisis Data
Berdasarkan output SPSS sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 8.2, selanjutnya dapat dibentuk model estimasi ilusi fiscal kabupatenkota se-Sumatera
sebagai berikut :
Y = 26,465.839 + 1.746X
1
+ 3.794X
2
+ 411.287X
3
+ 0.986X
4
+ 1.883X
5
+ 0.766X
6
- 0.543X
7
+ 74,301.30930….................
5.3.
Ho diterima no serial correlation
Autokorelasi + Autokorelasi -
4 2.51
2.28 1.72
1.49
DW= 2.269
Keterangan : Y
: Belanja derah X
t 1
: PDRB X
t-1 2
: Pajak Daerah X
t-1 3
: HCT X
t-1 4
: Dana Alokasi Umum X
t-1 5
: Dana Alokasi Khusus X
t-1 6
: Dana Bagi Hasil X
t-1 7
: Lain – lain Pendapatan daerah yang saha
t-1
PDRB diestimasi berpengaruh positif terhadap ilusi fiskal belanja daerah, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi PDRB yang bertanda positif, sebesar 1.746,
yang berarti setiap pertambahan Rp. 1,- PDRB diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja daerah sebesar Rp. 1.746,-. Pajak daerah juga berpengaruh positif
terhadap ilusi fiskal belanja daerah, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi pajak daerah yang bertanda positif sebesar 3.794, yang berarti, setiap pertambahan Rp. 1,-
pajak daerah diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja daerah sebesar Rp. 3.794. Demikian juga halnya dengan HCT juga diestimasi berpengaruh positif
terhadap ilusi fiskal belanja daerah, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi HCT yang bertanda positif, yakni sebesar Rp. 411.287 Milyar, yang berarti setiap
pertambahan Rp. 1 HCT diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja daerah kabupatenkota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 411.287. Dana alokasi umum juga
diestimasi berpengaruh positif terhadap ilusi fiskal belanja daerah, hal ini terlihat dari Model estimasi di atas menginterpretasikan bahwa ilusi fiskal belanja daerah
kabupatenkota se-Sumatera Utara memiliki nilai konstanta sebesar Rp. 26,465.839 Milyar tanpa dipengaruhi PDRB, pajak daerah, HCT, dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dana bagi hasil dan lain – lain pendapatan daerah yang sah.
nilai koefisien regresi DAU yang bertanda positf, yakni sebesar 0.986, yang berarti setiap pertambahan Rp. 1,- DAU diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja
daerah kabupatenkota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 0.897. Pengaruh yang sama juga diestimasi oleh dana alokasi khusus, yakni 1.883, yang berarti setiap
pertambahan Rp. 1,- DAK diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja daerah sebesar Rp. 1.883. Demikian juga halnya dengan dana bagi hasil, juga diestimasi
berpengaruh positif terhadap ilusi fiskal belanja daerah kabupatenkota se-Sumatera Utara, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yang bertanda positif, yakni sebesar
0.766, yang berarti setiap pertambahan Rp. 1,- DBH diestimasi dapat meningkatkan ilusi fiskal belanja daerah kabupatenkota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 0.766.
Berbeda dengan lain – lain pendapatan yang sah LPDS, yang justeru diestimasi berpengaruh negatif terhadap ilusi fiskal belanja daerah, yakni -0.543, yang berarti
setiap pertambahn Rp. 1 LPDS, diestimasi dapat menurunkan ilusi fiskal belanja daerah sebesar Rp. 0.543.
Kesalahan PDRB, pajak daerah, HCT, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil dan lain – lain pendapatan daerah yang sah didalam
mengestimasi ilusi belanja daerah kabupatenkota se-Sumatera Utara sebesar 74,301.30930. Kekuatan PDRB, pajak daerah, HCT, dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dana bagi hasil dan lain – lain pendapatan daerah yang sah didalam mengestimasi ilusi fiskal kabupatenkota se-Sumatera Utara dianalisis lebih lanjut
dalam analisis koefisien determinasi.
5.1.4.3. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Kekuatan model estimasi PDRB, pajak daerah, HCT, dana alokasi umum,
dana alokasi khusus, dana bagi hasil dan lain – lain pendapatan daerah yang sah didalam mengestimasi ilusi fiskal kabupatenkota se-Sumatera Utara ditunjukkan
pada Tabel berikut ini.
Tabel 5.22. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Data Ilusi Fiskal
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .982
a
.964 .960
74,301.30930 a. Predictors: Constant, Lain-lain Pendapatan Yang Sah t-1, Dana Alokasi Khusus t-1,
PDRB t-1, Dana Alokasi Umum t-1, HCT t-1, Dana Bagi Hasil t-1, Pajak Daerah t-1 b. Dependent Variable: Belanja Daerah t
Sumber : Lampiran 8.2.
Tabel di atas menjustifikasi bahwa model estimasi PDRB, pajak daerah, HCT, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil dan lain – lain pendapatan
daerah yang sah memiliki kekuatan sebesar 96.00 didalam menjelaskan ilusi fiskal KabupatenKota se-Sumatera Utara, sedangkan sisanya sebesar 4.00 lagi, ilusi
fiskal kabupatenkota se-Sumatera Utara dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam model estimasi.
5.1.5. Pengujian Hipotesis