Model Analisis Data Analisis Statistik Inferensial 1. Uji Asumsi Klasik

membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi. Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut : Sumber : Ghozali 2003 Gambar 4.1. Diagram Durbin – Watson Ghozali 2003 mendeteksi autokorelasi dengan indicator sebagai berikut : a. Jika nilai DW hitung batas atas du tabel, berarti terdapat autokorelasi b. Jika nilai DW hitung batas atas du tabel, berarti terdapat autokorelasi

4.6.2.2. Model Analisis Data

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah explanatory research berdimensi hubungan kausal causal effect, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal variabel bebas dengan variabel terikatnya. Hubungan kausal dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui koefisien Ho diterima no serial correlation Autokorelasi + Autokorelasi - 4 4-dl 4-du du dl regresi dari masing – masing variabel kedalam model matematis regresi untuk selanjutnya dijadikan sebagai model analisis dalam penelitian ini. Adapun model dimaksud diformulasikan sebagai berikut : 1. Model Persamaan -1 Model persamaan ini digunakan untuk megestimasi kinerja keuangan daerah dilihat dari persepektif pengeluaran atau belanja daerah. Sesuai skenario 1 kerangka konsep sebagaimana digambarkan pada bab III terdahulu, secara matematis diformulasikan model persamaan : BD t = β + β 1 DAU t-1 + β 2 DAK t-1 + β 3 DBH t-1 + β 4 LPDS t-1 + β 5 PAD t-1 2. Persamaan Struktural -2 + e Model persamaan ini digunakan untuk megestimasi kinerja keuangan daerah dilihat dari persepektif penerimaan dareah, yakni pendapatan asli daerah. Sesuai dengan skenario 2 kerangka kosenp pada bab III terdahulu, secara matematis diformulasikan model persamaan : PAD t = β + β 1 DAU t-1 + β 2 DAK t-1 + β 3 DP t-1 + β 4 BD t-1 3. Model Persamaan - 3 + e Model persamaan ini digunakan untuk mendeteksi terjadi ilusi fiskal pada determinan kinerja keuangan, dalam hal ini belanja daerah. Sesuai dengan skenario 3 kerangka kosenp pada bab III terdahulu, dengan menggunakan pendekatan pendapatan revenue enchancement, secara matematis diformulasikan model persamaan ilusi fiskal dalam penelitian : LnBD t = β + β 1 PDRB t-1 + β 2 PD t-1 + β 3 HCT t-1 + β 3 DAU t-1 + β 4 DAK t-1 + β 5 DBH t-1 + β 6 LPDS t-1 Keterangan : + e BD : Belanja Daerah Milyar Rupiah PAD : Pendapatan Asli Daerah Milyar Rupiah B B : Konstanta 1 … B n PDRB : Produk Domestik Regional Bruto Juta Rupiah : Koefisien Persamaan masing – masing variabel bebas DP : Daya Pajak Persen PD : Pajak Daerah Milyar Rupiah HCT : Herfindahl Concentration Taxes Persen DAU : Dana Alokasi Umum Milyar Rupiah DAK : Dana Alokasi Khusus Milyar Rupiah DBH : Dana Bagi Hasil Milyar Rupiah LPDS : Lain – lain Pendapatan yang Sah Milyar Rupiah e : Error

4.6.2.3. Analisis Koefisien Determinasi