Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah Daya Pajak

63

2.1.5. Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 43, menyatakan bahwa: Lain- lain Pendapatan terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana Darurat. 1. Hibah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 44, menjelaskan bahwa: Pendapatan Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, danatau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Hibah merupakan bantuan yang sifatnya tidak mengikat, dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dengan pemberi hibah, dan digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah. 2. Dana darurat Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat kepada daerah yang disebabkan oleh bencana nasional dan krisis solvabilitas. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 46, menyatakan bahwa: Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional danatau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional danatau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 47, menyatakan bahwa: Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Kriteria Daerah 64 yang mengalami krisis solvabilitas adalah, daerah yang dinyatakan mengalami krisis keuangan daerah, yang tidak mampu diatasi sendiri, sehingga mengancam keberadaannya sebagai daerah otonom.

2.1.6. Daya Pajak

Daya pajak tax effort daerah adalah upaya pemerintah daerah untuk mengoptimalkan potensi PAD yang saat ini masih di dominasi oleh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah, yang kemudian digunakan juga untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Untuk mengetahui kinerja performance PAD, terutama yang diperoleh dari penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat menggambarkan rasio antara PAD dengan pendapatan masyarakat dalam periode yang sama. Daya pajak tax effort dapat juga digunakan untuk menganalisisi posisi fiskal suatu daerah yaitu dengan membandingkan penerimaan pajak terhadap kapasitas kemampuan pajaknya. Suparmoko dalam Handayani, 2009 mengemukakan bahwa daya pajak adalah pajak yang sungguh-sungguh dikumpulkan oleh kantor pajak dan dibandingkan dengan potensi pajaknya tax potential yaitu sejumlah pajak yang seharusnya mampu dikumpulkan dari pajak tax base dikalikan tarifnya. Membandingkan rasio antara pajak dan potensi antar daerah disebut sebagai prestasi pajak tax performance. Menurut Susanti dalam Handayani, 2009 menyebutkan bahwa daya pajak sebagai kemampuan pemerintah mengumpulkan dananya melalui pajak. Dimana daya pajak merupakan rasio pajak terhadap basis pajak. Sebagai proksi oleh basis pajak, 65 digunakan nilai Produk Domestik Bruto PDB. Semakin besar nilai daya pajak tax effort maka semakin besar pula kemampuan pemerintah dalam menjaring dananya melalui pajak. Devas dalam Handayani, 2009 menyatakan bahwa upaya pengumpulan pajak adalah perbandingan penerimaan pajak dibagi dengan kemampuan bayar pajak. Kemampuan bayar pajak secara keseluruhan dapat berupa Produk Domestik Regional Bruto PDRB.