Mengukur Kepuasan Pelanggan Landasan Teori

Delivery : pengiriman produk. Complain handling : penanganan atas keluhan yang disampaikan. Resolution of problems : pemecahan masalah yang diberikan perusahaan atas keluhan pelanggan. 3. Atribut related to the purchase Courtesy : kesopanan, keramahan karyawan dalam menangani pelanggan. Comunication : komunikasi yang dapat dimengerti oleh pelanggan. Ease or convenience : kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan of acquisition tentang produk. Company reputation : reputasi perusahaan. Company competence : kompetensi perusahaan.

2.2.12. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Kotler, et al., 1994 seperti dikutip oleh Tjiptono 2001;104-105 mengungkapkan 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran. Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan costumer- orieted perlu memberikan kesempatan yang luas kepada pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang digunakan biasanya berupa kotak saran yang diletakkan ditempat-tempat yang strategis yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan, kartu komentar yang biasanya diisi langsung maupun yang bisa dikirim via pos pada perusahaan, saluran telepon khusus bebas pulsa dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga kemungkinannya untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, karena metode ini bersifat pasif maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidak puasan pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak merasa puas akan menyampaikan keluhannya. Upaya mendapat saran yang bagus dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan metode ini. Terlebih lagi bila perusahaan tidak memberikan imbal balik dan tindak lanjut yang memadai kepada mereka yang bersusah payah berpikir menyumbangkan ide kepada perusahaan. 4. Ghost Shopping. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang Ghost Shopper untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka melaporkan teman-temannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati para perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan dan mengenai setiap keluhan. Ada baiknya para manajer perusahaan terjun langsung menjadi ghost shopper untuk mengetahui langsung bagaimna karyawannya berinteraksi dan memperlakukan para pelanggannya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannyasedang melakukan penilaian misalnya dengan cara menelepon perusahaannya sendiri dan mengajukan berbagai keluhan dengan pertanyaan. Bila mereka tahu sedang dinilai, tentu saja perilaku mereka akan sangat manis dan hasil penilaian akan menjadi bias. 5. Lost Costomer Analysis. Perusahaan seyogyanaya menghubungi para konsumen yang telah berhenti membeli atau telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan penyempurnaan selanjutnya. 6. Survey Kepuasan Pelanggan Metode yang digunakan dengan cara melakukan survei, baik dengan survey melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi McNeal dan Lambd dalam Peterson dan Wilson, 1992. Melalui survey balik feedback secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Sedangkan menurut Paters sebagaimana dikutip Tjiptono 2001;106-107, mengemukakan pendapat sepuluh kunci sukses dalam mengukur kepuasan pelanggan yaitu: 1. Frekuensi Berapa kali perusahaan mengedakan survey untuk mengetahui kepuasan pelanggan? Paters, mengatakan bahwa paling tidak setiap 60 sampai dengan 90 hari setiap kali. 2. Format Siapa yang melakukan survey kepuasan pelanggan? Dkatakan oleh Paters bahwa sebaliknya yang melakukan survey formal kepuasan pelanggan adalah pihak ketiga diluar perusahaan, dan hasilnya disampaikan kepada semua pihak dalam organisasi. 3. Isi Isi content pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan standart dan dapat dikuantitatifkan. 4. Desain isi Tidak ada satupun instrumen survey yang paling baik untuk setiap kondisi. Oleh karena itu perusahaan harus mendisain survey secara sistematis dan memperhatikan setiap pandangan yang ada. 5. Melibatkan setiap orang Mereka yang mengunjungi pelanggan untuk melakukan survey adalah semua level dari semua fungsi yang ada dalam organisasi, mulai dari manajer puncak hingga karyawan. 6. Mengukur kepuasan setiap orang Perusahaan harus mengukur kepuasan semua pihak, tidak hanya pelanggan lansung seperti pemakai akhir, tetapi pelanggan tidak langsung seperti : Distributor, agen, pedagang besar, pengecer dan lain-lain. 7. Kombinasi berbagai ukuran Ukuran yang digunakan untuk kepusan pelanggan hendaknya dibatasi pada skor kuantitatif, yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur seperti : individu, kelompok, devisi dan fasilitas. 8. Hubungan dengan kompensasi reward lainnya Hasilpengukuran kepuasan pelanggan harus dijadikan dasar dalam penentuan kompensasi insentif dalam penjualan. 9. Penggunaan ukuran secara simbolik Hasil pengukuran kepuasan pelanggan hendaknya dibuat dalam kalimat yang sederhana dan mudah diingat serta ditempatkan disetiap bagian perusahaan. 10. Bentuk pengukuran lainnya Deskrisi kualitatif mengenai hubungan karyawan dengan pelanggan harus mencakup penelitian sejauh mana karyawan memiliki orientasi pada kepuasan pelanggan. Implikasi dari pengukuran kepuasan pelanggan tersebut adalah pelanggan dilibatkan dalam pengembangan produk atau jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal ini berbeda dengan pelanggan dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dilibatkan dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem. Tujuan untuk melibatkan pelanggan dalam pengembangan produk dan jasa adalah agar perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan. Persepsi yang akurat mengenai harapan pelanggan merupakan hal yang perlu, namun tidak cukup memberikan kepuasan kepada pelanggan. Perusahaan harus dapat mewujudkan harapan pelanggan kedalam desain dan standart kepuasan pelanggan dikembangkan atas dasar harapan pelanggan dan prioritasnya. Upaya atau tindakan yang harus dilakukan untuk mewujudkan harapan pelanggan kedalam desain dan standart kepuasan pelanggan, akan efektif hanya bila pihak menejemen memiliki filosofi komitmen dan ketulusan kehendak untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Menurut Tjiptono 2001;102 Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya : 1. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. 2. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan. 3. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut kemulut yang menguntungkanbagi perusahaan, 4. Reputasi perusahaan dapat menjadi baik dimata pelanggan. 5. Laba yang diperoleh dapat meningkat.

2.2.13. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan