proses. Hal ini ditujukan agar amilum yang terdapat dalam simplisia tidak mengembang karena amilum akan mengembang swelling dengan adanya panas
73 – 82ºC. Jika mengembang, butiran amilum akan menutup pori-pori serbuk sehingga senyawa lain yang berada di dalam serbuk tidak dapat tersari keluar
Majeed, Badmaev, Shivakumar, dan Rajendran, 1995. Namun demikian, kelemahan perkolasi adalah tidak dapat distandarisasi sehingga
reprodusibilitasnya rendah. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi sebelumnya harus melalui proses pembasahan atau maserasi selama 24 jam terlebih dahulu
untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya
dengan perkolator. Perkolasi dilakukan sampai diperoleh tetesan yang jernih dari perkolator. Hal ini menunjukkan bahwa tetesan yang dihasilkan hanyalah pelarut
yang tidak lagi mengandung ekstrak, dimana ekstrak yang tersari akan berwarna kuning karena kandungan kurkumin dalam rimpang kunir putih. Perkolasi 1 kg
serbuk rimpang kunir putih membutuhkan pelarut etanol sekitar 7 L.
B. Penetapan Konsentrasi Ekstrak Rimpang Kunir Putih dengan
Nilai SPF 30
Sediaan gel sunscreen rimpang kunir putih yang akan dibuat diharapkan memiliki nilai SPF 30. SPF merupakan nilai yang menyatakan kemampuan
sunscreen melindungi kulit dari paparan radiasi sinar UV terutama UVB. SPF
adalah perbandingan MED pada kulit yang sudah dilindungi sunscreen dengan MED pada kulit yang tidak menggunakan sunscreen. Pemilihan nilai SPF 30 ini
didasarkan pada penggunaannya oleh konsumen di Indonesia. Nilai SPF 30 merupakan nilai SPF yang optimal karena sudah cukup melindungi kulit selama
waktu yang diperlukan. Indonesia termasuk negara tropis dimana matahari bersinar terus-menerus sepanjang tahun dan setiap harinya bersinar dalam waktu
yang cukup lama. Akan tetapi, masyarakat Indonesia rata-rata berkulit sawo matang atau kuning langsat, dimana kandungan melanin dalam kulit cukup tinggi
sehingga dapat menahan sinar UV lebih lama dibandingkan orang yang berkulit putih. Oleh karena itu, nilai SPF yang digunakan tidak terlalu rendah dan juga
tidak terlalu tinggi. Nilai SPF yang terlalu tinggi memberikan efek yang tidak baik untuk kesehatan karena sinar matahari yang dibutuhkan oleh tubuh tidak dapat
menembus kulit sama sekali.
Gambar 4. Spektrum serapan sediaan sunscreen
Gambar 4 menunjukkan perbandingan spektrum serapan sediaan sunscreen
yang menggunakan bahan aktif avobenzone dengan nilai SPF yang berbeda-beda, yaitu nilai SPF 4, 30, dan 45. Sediaan sunscreen dengan nilai SPF
30 dapat menyerap UV dari panjang gelombang 290 – 400 nm dengan serapan yang lebih besar daripada produk dengan nilai SPF 4, sedangkan sediaan dengan
nilai SPF 45 menyerap UV dari panjang gelombang 290 – 330 nm lebih banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daripada sediaan dengan nilai SPF 30, tetapi lebih sedikit menyerap UV dengan panjang gelombang 330 – 400 nm Stanfield, 2003. Penggunaan sunscreen
dengan nilai SPF 30 dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari 30 kali lebih lama daripada kulit yang tidak
dilindungi sama sekali. Konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih yang digunakan harus dapat
memberikan nilai SPF 30 pada sediaan. Ekstrak rimpang kunir putih sebelumnya discanning terlebih dahulu untuk melihat serapannya pada range panjang
gelombang sinar UV. Serapan yang dihasilkan oleh ekstrak rimpang kunir putih ditunjukkan pada Gambar 5, dan dari hasil scanning ini diketahui bahwa ekstrak
rimpang kunir putih dapat menyerap panjang gelombang pada range sinar UVA – UVB, yaitu pada panjang gelombang 290 – 400 nm.
Gambar 5. Scanning panjang gelombang ekstrak rimpang kunir putih
Ekstrak rimpang kunir putih dibuat dalam beberapa seri konsentrasi kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 300 nm. Penggunaan
panjang gelombang 300 nm karena merupakan panjang gelombang pada range PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UVB. Serapan A yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi nilai SPF dengan rumus :
A = log SPF SPF = 10
A
Perhitungan nilai SPF pada masing-masing konsentrasi direplikasi tiga kali kemudian dirata-rata. Hasil perhitungan SPF dari beberapa konsentrasi
ekstrak menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih semakin besar nilai SPF yang dihasilkan. Konsentrasi ekstrak 8
v v
memberikan nilai SPF 6,466, konsentrasi ekstrak 9
v v
memberikan nilai SPF 23,686, konsentrasi ekstrak 10
v v
memberikan nilai SPF 30,224, konsentrasi ekstrak 11
v v
memberikan nilai SPF 44,195, dan konsentrasi ekstrak 12
v v
memberikan nilai SPF 62,534. Dengan demikian, nilai SPF 30 diperoleh dari konsentrasi ekstrak 10 Konsentrasi ekstrak 10 memberikan serapan yang
cukup besar tidak memenuhi hukum Lambert-Beer, absorbansi yang dihasilkan lebih dari 0,8 untuk menghasilkan nilai SPF yang diinginkan SPF 30 sehingga
perlu dilihat linearitas antara absorbansi dengan konsentrasi menggunakan kurva baku.
Pembuatan kurva baku standar kurkuminoid dengan konsentrasi yang menghasilkan serapan yang sama dengan serapan seri konsentrasi ekstrak
bertujuan untuk memastikan linearitas dari serapan yang diberikan oleh larutan baku standar kurkuminoid agar dapat digunakan untuk menghitung nilai SPF.
Standar kurkumin yang digunakan adalah kurkuminoid dari E. Merck
®
. Hasil perhitungan analisis regresi linear memberikan persamaan kurva baku y =
0,1964x – 0,0084 serta menunjukkan bahwa nilai r hitung adalah 0,9938, dan nilai tersebut lebih tinggi daripada nilai r tabel dengan derajat bebas 4 dan taraf
kepercayaan 95 r tabel = 0,811. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kurva larutan baku standar kurkuminoid linear, dan dengan demikian dapat digunakan
untuk menentukan nilai SPF ekstrak rimpang kunir putih.
C. Pengukuran Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Rimpang