Bahan dan Alat Analisis Data dan Optimasi

h. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati, yaitu sifat fisik gel yang meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas. i. Contour plot menunjukkan profil dari respon sifat fisik gel yang diperoleh melalui persamaan desain faktorial. j. Contour plot superimposed adalah penggabungan profil respon sifat fisik gel yang optimal dari contour plot masing-masing respon berdasarkan standar yang digunakan. k. Komposisi optimum adalah area komposisi gelling agent dan humectant yang menghasilkan gel dengan daya sebar kurang dari 5 cm, viskositas 250 sampai 260 dPa.s, dan pergeseran viskositas kurang dari 3. l. Iritasi primer adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia yang terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama.

D. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunir putih Curcuma mangga Val., etanol kualitas p.a., etanol kualitas teknis, sorbitol kualitas farmasetis, Carbopol ® 940 kualitas farmasetis, aquadest, standar kurkuminoid E. Merck ® , triethanolamine TEA. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas PYREX- GERMANY, pipet mikro, mesin penyerbuk, ayakan, perkolator, mixer dengan kecepatan 700 rpm, Viscotester seri VT 04 RION-JAPAN, Spectrophotometer UV–Vis Genesys TM 6 THERMOSPECTRONIC-USA, oven Laboratorium Farmakognosi Fitokimia USD, lemari pendingin Refrigerator Toshiba.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang kunir putih

Rimpang kunir putih Curcuma mangga Val. diperoleh dari Kulonprogo. Rimpang dicuci dengan air mengalir kemudian dilakukan sortasi basah. Rimpang dikupas kulitnya lalu diiris tipis-tipis ± 3 mm. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 30 – 40ºC sampai rimpang kering, ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering.

2. Pembuatan serbuk rimpang kunir putih

Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk kemudian diayak dengan derajat kehalusan 2030 Anonim, 1986.

3. Pembuatan ekstrak rimpang kunir putih

Ekstrak rimpang kunir putih diperoleh dengan proses perkolasi serbuk rimpang kunir putih dengan cairan penyari berupa campuran etanol dan air dengan perbandingan 70 : 30 etanol 70 v v . Serbuk rimpang kunir putih sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam bejana dan dibasahi dengan cairan penyari sebanyak 1,5 L sampai semua serbuk terendam, dimaserasi selama 24 jam. Serbuk yang telah dibasahi tersebut lalu dimasukkan ke dalam sebuah perkolator, kemudian ditambahkan sejumlah cairan penyari sehingga cairan penyari mulai menetes dan serbuk masih ditutupi dengan suatu lapisan cairan penyari. Cairan penyari dibiarkan menetes dan ditambahkan terus-menerus sampai diperoleh hasil perkolat tidak berwarna. Perkolasi 1 kg serbuk rimpang kunir putih membutuhkan pelarut etanol sekitar 7 L. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Penetapan konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih dengan nilai SPF 30

a. Scanning serapan pada panjang gelombang UV Ekstrak rimpang kunir putih diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Dari range tersebut, diamati panjang gelombang yang memberikan serapan. b. Pengukuran konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih Berbagai konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300 nm. Absorbansi yang didapat kemudian dihitung sebagai nilai SPF. Konsentrasi yang mendekati nilai SPF 30 adalah konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk percobaan selanjutnya. Rumus konversi absorbansi menjadi nilai SPF : T 1 SPF = Stanfield, 2003 T log I I log A − = − = Walters et al., 1997 SPF 1 log A − = A = log SPF SPF = 10 A c. Pembuatan larutan baku kurkumin Standar kurkumin E. Merck ® dilarutkan dalam etanol p.a. sebagai larutan stok. Dibuat seri pengenceran menggunakan etanol p.a. dari larutan stok hingga diperoleh konsentrasi 4,0966 mg, 5,1208 mg, 6,1449 mg, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7,1691 mg, 8,7054 mg, dan 9,2174 dan mg. Larutan baku tersebut diukur serapannya pada λ 300 nm dengan spektrofotometer. Pembuatan seri larutan baku dan pengukuran serapan tersebut setiap konsentrasi diulangi sebanyak 3 kali, kemudian dibuat persamaan garis regresi linear kurva bakunya.

5. Pengukuran kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang kunir putih 10

a. Penetapan panjang gelombang λ maksimum Larutan baku kurkumin diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV– Vis pada panjang gelombang 200 – 700 nm. Panjang gelombang maksimum ditandai dengan nilai serapan yang paling besar. b. Pembuatan larutan baku kurkumin Standar kurkumin E. Merck ® dilarutkan dalam etanol p.a. sebagai larutan stok. Dibuat seri pengenceran menggunakan etanol p.a. dari larutan stok hingga diperoleh konsentrasi 0,1792 mg, 0,2560 mg, 0,3328 mg, 0,4097 mg, dan 0,4865 mg. Larutan baku tersebut diukur serapannya pada λ maks dengan spektrofotometer. Pembuatan seri larutan baku dan pengukuran serapan tersebut setiap konsentrasi diulangi sebanyak 3 kali, kemudian dibuat persamaan garis regresi linear kurva bakunya. c. Pengukuran kadar kurkumin dalam ekstrak Ekstrak rimpang kunir putih diambil 10 mL lalu diencerkan dengan etanol p.a. sampai 100 mL konsentrasi ekstrak 10 v v , kemudian larutan tersebut diambil 5 mL lalu diencerkan dengan etanol p.a. sampai 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 5 v v . Ekstrak tersebut kemudian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer. Pembuatan ekstrak dan pengukuran serapan diulangi sebanyak 4 kali. Serapan yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi linear kurva baku dan dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh kadar kurkumin dalam ekstrak 10 v v .

6. Optimasi proses pembuatan gel

a. Formula i. Formula gel sunscreen menurut A Formulary of Cosmetic Preparation Ash dan Michael, 1977 Ethanol SD-40 48,0 Carbopol ® 940 1,0 Escalol 106 Glyceryl-p-amino benzoate 3,0 Monoisopropilamine 0,09 Aquadest 47,91 Parfum 9,5 ii. Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula dengan berbagai konsentrasi gelling agent : Carbopol ® 940 3 b v 28,33 – 38,33 gram Sorbitol 10 – 20 gram Ekstrak rimpang kunir putih 10 gram Aquadest 40 gram Triethanolamine TEA 1 mL PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II. Formula desain faktorial Formula Carbopol ® 3 g Sorbitol g 1 28,33 10 a 38,33 10 b 28,33 20 ab 38,33 20 b. Pembuatan gel Ekstrak rimpang kunir putih dan sorbitol dicampur secara manual dengan pengadukan tanpa pemanasan sampai homogen campuran 1. Carbopol ® dan aquadest juga dicampur secara manual dengan pengadukan tanpa pemanasan sampai homogen campuran 2. Campuran 1 dimasukkan ke dalam campuran 2 kemudian dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 700 rpm selama 10 menit. Setelah campuran homogen, tambahkan TEA sedikit demi sedikit sambil tetap dicampur mengunakan mixer dengan kecepatan 700 rpm selama 5 menit.

7. Uji sifat fisik dan stabilitas gel

sunscreen ekstrak rimpang kunir putih a. Uji daya sebar Uji daya sebar sediaan gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara : gel ditimbang seberat 1,0 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya Garg, Aggarwal, dan Singla, 2002. b. Uji viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04 dengan cara : gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viscotester . Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu 1 segera setelah gel selesai dibuat dan 2 setelah disimpan selama 1 bulan untuk uji stabilitas.

8. Uji iritasi primer

0,5 g gel diletakkan di bawah kasa berukuran 1 inci persegi yang ditempatkan di atas bagian kulit yang telah dicukur. Kasa diikatkan dengan cermat pada hewan selama 24 jam. Pada akhir periode, kasa diambil dan reaksi kulit diberi angka sesuai dengan tingkat 1 eritema dan 2 pembentukan edema. Reaksi kulit dibaca lagi setelah 48 jam dan 72 jam Lu, 1995. Tabel III. Evaluasi reaksi iritasi kulit Lu, 1995 Jenis Iritasi Skor Tanpa eritema Eritema hampir tidak tampak 1 Eritema berbatas jelas 2 Eritema moderat sampai berat 3 Eritema Eritema berat merah bit sampai sedikit membentuk kerak 4 Tanpa edema Edema hampir tidak tampak 1 Edema tepi berbatas jelas 2 Edema moderat tepi naik ± 1 mm 3 Edema Edema berat tepi naik lebih dari 1 mm dan meluas keluar daerah pejanan 4 Tabel IV. Kriteria iritasi Lu, 1995 Indeks Iritasi Kriteria Iritasi Senyawa Kimia 2 Kurang merangsang 2-5 Iritan Moderat 6 Iritan Berat

F. Analisis Data dan Optimasi

Data yang terkumpul dari uji sifat fisik dianalisis dengan analisis statistik Anova menggunakan taraf kepercayaan 95 dengan metode desain faktorial untuk melihat besarnya efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik gel. Selanjutnya dibuat contour plot dengan menggunakan persamaan desain faktorial dari masing-masing sifat fisik, kemudian contour plot tersebut digabungkan menjadi contour plot superimposed untuk mencari area komposisi optimum gelling agent dan humectant serta prediksi formula optimum gel sunscreen pada komposisi gelling agent dan humectant yang diteliti.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunir Putih

C. mangga Val.

Tahap awal pembuatan ekstrak rimpang kunir putih adalah pengumpulan bahan baku rimpang kunir putih yang diperoleh dari Wates, Kulonprogo. Rimpang yang didapat kemudian disortasi, dibersihkan dari bahan organik asing atau kotoran-kotoran yang melekat, seperti tanah, daun, batang, dan rimpang tanaman lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan baku simplisia benar dan murni, berasal dari tanaman kunir putih Curcuma mangga Val.. Rimpang selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk menekan angka kuman, kemudian ditiriskan agar kelebihan air mengalir. Rimpang yang sudah bersih lalu dirajang dengan tebal irisan ± 3 mm. Perajangan ini dilakukan untuk mempercepat dan memudahkan proses pengeringan simplisia. Irisan yang terlalu tebal dapat memperlama proses pengeringan dan kemungkinan dapat menyebabkan simplisia berjamur atau membusuk karena enzim yang terkandung masih aktif. Irisan yang terlalu tipis juga tidak baik karena mempermudah terjadinya perusakan kandungan kimia akibat reaksi oksidasi dan reduksi. Irisan rimpang kunir putih kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dan dilanjutkan dengan dikeringkan menggunakan oven. Pengeringan tidak langsung dilakukan dengan menggunakan oven karena kapasitas irisan rimpang yang dapat muat ke dalam oven hanya sedikit, sedangkan irisan rimpang yang akan dikeringkan jumlahnya sangat banyak. Pengeringan di bawah sinar 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI