lusuh.Jalannya sempoyongan.Tetapi wajahnya menunjukan keceriaan.Dia baru pulang dari Jakarta.
Bentuk “dia” pada kalimat terakhir, mengacu pada nama Junot yang sudah disebutkan sebelumnya. Penafsiran ini jelas benar karena
didasarkan pada teks lain yang menjadi penjelas kata “dia”. Maka dalam hal ini “Junot” adalah koteks bagi bentuk :dia”.
Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian koteks dalam suatu wacana berfungsi sebagai alat bantu dalam memahami dan menganalisis wacana.
2.2.4 Unsur Ekstralingual
Unsur ekstralingual merupakan suatu unsur yang berada dalam luar bahasa atau diluar unsur internal, misalnya gerakan anggota tubuh, cara berbicara, sikap
sinis, lirikan mata, peristiwa lain, tuturan katanya implikatur, dan praanggapan. Dapat dikatakan bahwa unsur ekstralingual ini dapat kita lihat dalam konteks
tuturan berupa fenomena praanggapan dalam suatu wacana atau tulisan, termasuk dalam berita politik dalam Koran Kompas.
Chaer 2012:16 menyebutkan bahwa ilmu bahasa yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas
faktor luar bahasanya itu daripada struktur internal bahasa disebut sebagai linguistik makro. Menurut hipotesis Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf
menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Jadi, bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak manusia itu sendiri. Dapat disimpulkan
bahwa studi atau objek dasar linguistik makro ini merupakan bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, karena pengaruh yang
didapatkan hanyalah pengaruh dari luar bahasa. Sebagai cermin kepribadian bangsa, kita harus mampu menerapkan tindak
bahasa itu dalam kehidupan sehari-harinya, bukan hanya tindak bahasa yang bersifat verbal, tetapi juga tindak bahasa yang bersifat nonverbal. Dalam
hubungannya dengan kajian daya bahasa dan nilai rasa bahasa, bahasa nonverbal digunakan untuk menganalisis unsur ekstralingual.
Kajian unsur ekstralingual pada berita politik Koran kompas dapat dimunculkan melalui daya bahasa dan nilai rasa bahasa.Kajian ekstralingual yang
paling sering dimunculkan ialah fenomena konteks berupa praanggapan atau pengetahuan umum.
Aspek non
kebahasaan yang
lainnya ialah
konteks situasi
komunikasi.Konteks situasi komunikasi ialah segala keadaan yang melingkupi terjadinya komunikasi.Hal ini dapat berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi
psikologis penutur, respons lingkungan terhadap tuturan, dan sebagainya. Konteks situasi komunikasi dapat mempengaruhi tingkat kesantunan
pemakaian bahasa.Sebab, konteks situasi komunikasi yang melingkupi terjadinya berbagai peristiwa dapat memancing emosi penutur sehingga tuturannya terkesan
keras dan tidak santun. Bahasa non verbal ini memiliki peranan penting dalam tindakan
komunikasi.Hal ini dikarenakan seseorang berkomunikasi tidak hanya berupa
bahasa lisan.Banyak seseorang yang memanfaatkan media sebagai alat komunikasi, seperti pada berita politik dalam Koran kompas.
2.2.5 Daya Bahasa