Nilai Rasa Bahasa Penelitian yang relevan

tentunya akan memiliki daya bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan pemakaian konteks tuturannya.

2.2.6 Nilai Rasa Bahasa

Nilai rasa bahasa adalah kadar perasaan yang terdapat dalam suatu makna, informasi, atau maksud yang diungkapkan oleh penutur atau penulis agar sesuai dengan yang diinginkan penulis atau penutur. Menurut Poerwadarminta 1967: 34-35 nilai rasa adalah kadar rasa yang tercantum dalam isi kata itu. Rasa disini maksudnya adalah gerakan hati atau segala yang terasa dalam batin; seperti sedih, senang, suka, duka, benci, menghina, mngejek, hormat, dan sebagainya.Nilai rasa dalam tuturan itu sendiri dapat diketahui dengan memperhatikan pilihan kata atau diksinya, karena kata-kata emosi merupakan manifestasi perasaan penutur. Nilai rasa bahasa dapat muncul melalui unsur intralingual seperti permainan bunyi, kata, gaya bahasa, ungkapan, dan konteks bahasa. Dalam berbagai tindak komunikasi brbeda-beda nilai rasa bahasanya.Nilai rasa dalam tuturan dapat menyatakan, sindiran, pujian, rasa empati, melebih-lebihkan, dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui atau memunculkan nilai rasa bahasa seseorang kita bisa lihat dari bahasa verbal dapat terlihat dari diksi atau pilihan katanya, bahasa non verbal dapat terlihat dari fenomena konteks praanggapan, sedangkan konteksnya dapat terlihat setelah kita mengetahui maksud suatu tuturan dengan memperhatikan berbagai aspek pragmatik seperti praanggapan, tindak tutur, dan implikatur. Menurut Poerwadarminta 1967 : 35-36, ciri-ciri kata yang memiliki nilai rasa yaitu menggunakan : 1. Kata rasa perasaan Kata rasa mencakup kata-kata yang berisi kadar rasa seperti rasa senang, sedih, benci, menghina, mencemooh, belas kasihan, dan sebagainya. 2. Kata pelembut Kata-kata yang bernilai rasa halus dikelompokan menjadi tiga : a Nilai rasa hormat Kata-kata yang bernilai rasa hormat memiliki ciri menggunakan kata-kata hormat, misalnya : anda, beliau, dan lain sebagainya. b Nilai rasa menghargai Kata-kata yang bernilai rasa menghargai memiliki cirri menggunakan kata-kata halus, misalnya : istri, mengandung, jenazah, dan lain sebagainya. c Nilai rasa khawatir Kata-kata yang bernilai rasa khawatir terjadi sesuatu memiliki cirri menggunakan kata pantang, misalnya: akar untuk menyebutkan ular di malam hari. 3. Nilai rasa kasar Kata-kata yang bernilai rasa kasar adalah kata-kata yang pada umumnya dianggap kasar.Kata-kata ini umumnya adalah sebagai ungkapan perasaan marah, benci, sakit hati, mendongkol, dan sebagainya.Misalnya kata tolol.Kata tolol memiliki makna dan maksud.Makna yaitu arti kata tersebut, sedangkan maksud terdapat pada isi kata tersebut. Maksud dan nilai rasa kadar perasaan dapat ditemukan dalam isi kata. 4. Kata Bunyi Kata ini hanya berkadar bunyi seperti: desis, dentang, sir, dan sebagainya. Jenis-jenis nilai rasa dalam poerwadarminta 1967: 35-36 mengelompokan kata-kata yang bernilai rasa menjadi dua, yaitu kata yang umum dianggap bernilai rasa dan kata yang sengaja diberi nilai rasa untuk menggantikan kata yang dianggap kurang baik nilai rasanya. Kata- kata yang umum bernilai rasa, misalnya : konyol, tolol, mampus, dan lain sebagainya. Kata - kata yang diberi nilai rasa adalah untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kurang pantas diucapkan, misalnya gugur untuk mati dalam peperangan, mengandung untuk bunting, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui perasaan seseorang, kita perlu menganalisis emosi yang dikeluarkan melalui tingkah laku maupun kata-katanya.Suprapti,dkk dalam Kaswanti Purwo 1992:110-112, mengelompokkan kata emosi pada manusia ke dalam 28 macam, yaitu malas, kelelahan, kesedihan, pesimis, takut, heran, tertekan, marah, benci, bersalah, malu, muak, bosan, sunyi, kekosongan, kedamaian-kebahagiaan, bebas, cinta, kangen, terasing, dipaksa-dibohongi, dicintai, yakin-optimis, sehat, perasaan terhadap makanan, keinginan, menerima, dan rasa kecil. 1. Malas-acuh: acuh, ogah, ogah-ogahan, segan, wegah, males, enggan. 2. Kelelahan: Letih, cape, penat, lemes, pegal, pusing, pucat, sakit, perih, kessemutan, gatal, ngantuk, lesu, pening, nyeri, dan getir. 3. Kesedihan: Pilu, sedih, haru, terharu, trenyuh, kasihan, ngenes, tergugah, prihatin,syahdu, susah, pedih, sendu, duka, iba, dan masygul. 4. Perasaan pesimis depresif: Nelangsa, merana, malang, sial, sia-sia, putus asa, pesimis, kehilangan pegangan, hina, kalah, apes, putus harapan, dan patah semangat. 5. Takut-cemas: Kacau, bingung, gugup, gemetaran, tegang, cemas, gelisah, risau, was- was, kuatir, bimbang, ragu-ragu, sangsi, panik, takut, ngeri, gentar, curiga, ruwet, sewen, berdebar-debar, resah, ragu, seram, dan nanar. 6. Heran: Kaget, heran, tercengang, terpukau, takjub, kagum, seperti mimpi, terkejut, dan terpaku. 7. Tertekan: Terdorong, terdesak, terpaksa, terkekang, terhambat, tertindas, terinjak, terpukul, tersinggung, tersindir, tersudut, teramcam, terikat, terbanting, dan terhina. 8. Marah: Sakit hati, jengkel, keki, kesal, dongkol, gedeg, geram, sebal, cape hati, kecewa, marah, pitam, darah pendidih, kelap, sengit, panas, mangkel, gondok, naik darah, dan amarah. 9. Benci: Dendam, cemburu, iri, benci, antipati, sentimen, dan tidak menghargai. 10. Bersalah: Bersalah, salah, dosa, menyesal, dan sesal. 11. Malu: Malu, sungkan, kikuk, kaku,risi, dan jengah. 12. Muak: Gilo, jijik, enak, mual, muak, dan senep. 13. Bosan: Jeleh, jenuh, jemu, dan bosan. 14. Sunyi: Kesepian, sepi, dan kehilangan. 15. Kekosongan: Hampa, kosong, hambar, dan dingin. 16. Kedamaian-kebahagiaan: Adhem, nyaman, aman, tentram,selamat, terlindungi, enak, nikmat, asyik, betah, rileks, santai, gembira, riang, senang, besar hati, bangga, bahagia, ayem, tenang, damai, dan girang. 17. Bebas: Lega, plong, lapang, puas, untung, ringan, dan terlepas. 18. Cinta: Suka, simpati, tertarik, cinta, sayang, dhemen, dan kasih. 19. Kangen: rindu, kangen, dan terkenang. 20. Terasing: Terasing, terkucil, tak dihiraukan, diabaikan, dan asing. 21. Dipaksa-dibohongi: Dipaksa, diburu-buru, diadu domba, ditipu, dikibuli, dininabobokan, dan diboodohi, 22. Dicintai: Terbelai, tersanjung, diperhatikan, disayangi, dibutuhkan, dipercaya, dan dicintai. 23. Yakin optimis: Yakin, optimis, kuat, cukup, dan mantep. 24. Sehat: Segar, sehat, dan sadar. 25. Perasaan terhadap makanan: Kenyang, lapar, dan haus. 26. Keinginan: Bernafas, ngantuk, dan ingin. 27. Menerima Ikhlas, rela, pasrah, dan bersyukur. 28. Rasa kecil: Sempit dan kecil.

2.2.7 Konteks

Dokumen yang terkait

KAJIAN SEMANTIK PENGGUNAAN HIPONIM DAN HIPERNIM PADAJUDUL WACANA DALAM KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER- Kajian Semantik Penggunaan Hiponim Dan Hipernim Pada Judul Wacana Dalam Koran Kompas Edisi September-Oktober 2013.

2 5 11

KAJIAN SEMANTIK PENGGUNAAN HIPONIM DAN HIPERNIM PADAJUDUL WACANA DALAM KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER- Kajian Semantik Penggunaan Hiponim Dan Hipernim Pada Judul Wacana Dalam Koran Kompas Edisi September-Oktober 2013.

4 13 17

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

Implikatur dan penanda kesantunan tuturan pada berita politik di surat kabar Tribun Jogja edisi Juni-Agustus 2011.

0 1 117

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20